JATIMTIMES - Wali Kota Malang Wahyu Hidayat meminta agar penanganan anak tidak sekolah (ATS) dapat terus dilakukan secara konsisten. Bahkan, dirinya berharap agar permasalahan ATS di Kota Malang dapat benar-benar dituntaskan.
Sebagai informasi, berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang, saat ini jumlah ATS telah turun sebesar 41 persen.
Baca Juga : Temukan Jukir Liar, Wali Kota Surabaya Segel Lahan Parkir Toko ModernÂ
Tahun 2025 ini, jumlah ATS masih ada sekitar 3.250 orang. Sedangkan pada tahun 2024 lalu, jumlah ATS di Kota Malang masih sebanyak 5.555 orang.
Menurut Wahyu, hal tersebut tentunya akan menjadi tantangan tersendiri bagi satuan pendidikan. Sehingga, dokumen perencanaan harus bersifat inklusif, responsif terhadap konteks sosial.
"Selain itu juga menyertakan program-program strategis untuk mengakomodasi ATS kembali belajar. Mengingat sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi juga tempat kembali bagi anak-anak yang pernah terputus dari pendidikan" ujar Wahyu.
Dirinya juga berpesan agar seluruh satuan pendidikan, dinas terkait dan elemen masyarakat untuk terus melangkah. Dan tidak hanya berhenti pada tahap pendataan dan diseminasi.
"Harus melangkah lebih jauh. Mulai menyusun rencana aksi yang konkret, menyinergikan program, serta membangun ekosistem pendidikan yang memulihkan dan memberdayakan," kata Wahyu.
Baca Juga : Disoroti Dewan, Wali Kota Malang Bakal Evaluasi Perizinan Minimarket
Selain itu, ia juga berkomitmen untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas di Kota Malang. Menurutnya, hal tersebut sebagai midal dasar dalam mencetak sumber daya manusia (SDM) yang mampu mendorong kemajuan daerah secara berkelanjutan.
Apalagi, ia juga menilai bahwa persoalan Anak Tidak Sekolah (ATS) bukan sekadar angka dalam statistik. Namun merupakan tantangan nyata yang memerlukan solusi sistemik, kolaboratif, dan berkelanjutan.
"Tentu saya mengapresiasi seluruh pihak yang telah bekerja keras dalam upaya identifikasi, pendampingan, dan reintegrasi anak-anak ATS ke dalam sistem pendidikan. Hasil-hasil yang didiseminasikan bukan hanya sebuah catatan administratif, melainkan cermin dari semangat kolaboratif serta gotong royong seluruh satuan pendidikan dalam mewujudkan keadilan pendidikan," pungkas Wahyu.