free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Prevalensi Stunting di Kabupaten Malang Naik, Dinkes Sebut Tantangan Berat jika 2026 Ditarget Zero Stunting

Penulis : Tubagus Achmad - Editor : Yunan Helmy

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang Ivan Drie saat ditemui di ruang Command Center, gedung sekretariat daerah Kabupaten Malang, Kamis (15/5/2025). (Foto: Tubagus Achmad/JatimTIMES)

JATIMTIMES - Prevalensi stunting di Kabupaten Malang berdasarkan data pada bulan timbang Februari 2025 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan data pada bulan timbang Februari 2024. Yakni data prevalensi stunting pada bulan timbang Februari 2024 lalu sebesar 6,15 persen. Sedangkan data prevalensi stunting pada bulan timbang Februari 2025 sebesar 6,26 persen. 

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang Ivan Drie menyampaikan,  adanya kenaikan prevalensi stunting di Kabupaten Malang antara bulan timbang Februari 2024 dengan bulan timbang Februari 2025 disebabkan jumlah balita yang dilakukan penimbangan. 

Baca Juga : Semarakkan HJKS Ke-732, Pemkot Surabaya Gelar Baksos dan Donor DarahĀ 

Ivan Drie mengatakan, untuk bulan timbang Februari 2024 sebanyak 9.515 balita yang ditimbang dan diukur dari total balita di Kabupaten Malang sebanyak 156.791 anak. Sedangkan pada bulan timbang Februari 2025, terdapat 9.829 balita yang ditimbang dan diukur dari total balita sebanyak 156.948 anak. 

"Perbedaan jumlah balita yang ditimbang dan diukur ini yang menjadi penyebab adanya kenaikan prevalensi stunting di Kabupaten Malang pada tahun 2025," ujar Ivan Drie. 

Pria yang secara definitif menjabat sebagai kepala Bidang Pelayanan Medik RSUD Lawang ini mengatakan,  adanya kondisi peningkatan jumlah balita yang ditimbang dan diukur ini menjadi salah satu alasan stunting di Kabupaten Malang naik. 

Menurut dia,  adanya wacana dari Bupati Malang HM. Sanusi yang menargetkan pada tahun 2026 Kabupaten Malang zero stunting merupakan target yang sangat berat.  "Pak Bupati memiliki misi 2026 bisa zero stunting. Target ini merupakan tantangan yang sangat berat karena banyak sekali hal-hal yang perlu kita perbaiki. Stunting itu tidak hanya masalah kesehatan, melainkan sanitasi dan air bersih juga," ucap Ivan Drie.

Dalam menangani stunting, Ivan menilai tidak bisa dalam waktu sekejap. Butuh waktu dan proses yang panjang jika balita sudah dinyatakan stunting. Oleh karena itu,  butuh peran dari semua pihak dalam menurunkan prevalensi stunting di Kabupaten Malang. 

"Untuk bisa menurunkan prevalensi stunting, Dinas Kesehatan tidak bisa bekerja sendiri. Diperlukan dukungan dari seluruh elemen masyarakat, termasuk camat dan kades, harus terlibat karena mereka ini leading sectornya," ujar Ivan. 

Pihaknya yakin dan percaya, jika semua elemen perangkat daerah dan stakeholder serta masyarakat berkolaborasi dan bekerja sama dengan kompak, maka prevalensi stunting akan dapat turun drastis dan para balita di Kabupaten Malang dapat hidup sehat. 

Baca Juga : Tim Hibah Berdikari Vokasi UB Uji Coba Program Digitalisasi Aset Desa Wisata Gubugklakah

Lebih lanjut, Ivan menjelaskan beberapa desa di Kabupaten Malang telah melakukan terobosan untuk membantu menangani stunting di masing-masing wilayahnya. Salah satunya di wilayah Desa Ternyang, Kecamatan Sumberpucung, yang mengolah kelor dan melakukan budidaya ikan lele serta ikan nila untuk mengatasi stunting di wilayahnya. 

Menurut Ivan, tanaman kelor serta ikan lele serta ikan nila ini merupakan sumber pangan yang murah dan mudah didapatkan untuk menyuplai gizi serta protein para balita yang terindikasi maupun dinyatakan stunting. 

Sementara itu, dari Dinas Kesehatan Kabupaten Malang juga telah melakukan upaya pencegahan stunting dimulai dari calon pengantin atau catin. Pada tahap awal ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Malang melakukan intervensi dengan upaya skrining triple eliminasi, yakni pemeriksaan yang bertujuan untuk mendeteksi penularan human immunodeficiency virus (HIV), sifilis hingga hepatitis B dari ibu ke anak. Artinya, jika seorang ibu sedang terjangkit penyakit infeksi kronis harus diselesaikan terlebih dahulu supaya tidak berpengaruh pada asupan gizi balita. 

Namun, jika seorang anak yang terlahir sudah dinyatakan stunting, maka upaya yang bisa dilakukan yakni fokus memenuhi kebutuhan gizi untuk tumbuh kembang anak. Utamanya untuk menyelamatkan perkembangkan otak balita yang sudah terlahir stunting. 

"Upayanya harus dengan dokter spesialis anak. Jadi, dengan menggenjot asupan gizi anak entah itu dengan formula khusus atau upaya yang lain. Karena jika anak dinyatakan stunting, setidaknya membutuhkan waktu satu tahun setengah untuk mengembalikan kondisi tumbuh kembangnya agar tidak stuting," pungkas Ivan.