free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Agama

Kisah Syahid Badui dan Kafan Istimewa dari Rasulullah

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Nurlayla Ratri

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Ilustrasi (pixabay)

JATIMTIMES - Di tengah gemuruh Perang Khaibar, seorang lelaki Badui yang baru memeluk Islam mengajukan permintaan yang tak biasa kepada Rasulullah SAW. Bukan harta rampasan perang (ganimah) yang ia dambakan, melainkan sebuah tusukan di leher yang akan mengantarkannya pada kesyahidan. 

Permintaan itu bukan sekadar kata-kata. Tak lama kemudian, ia terbaring syahid, persis di titik yang ditunjukkannya, dikafani dengan baju zirah Rasulullah sendiri, dan disaksikan langsung oleh Sang Nabi.

Baca Juga : Menumbuhkan Kecintaan pada Belajar lewat Pendidikan yang Membahagiakan

Kisah menggetarkan ini, yang mengalir dari dedikasi para peneliti lokal, diabadikan dalam buku Kisah Mengagumkan dalam Kehidupan Rasulullah SAW karya Khoirul Anam. Ia menegaskan janji Allah dalam Al-Qur'an Surat Ali 'Imran ayat 169-170: bahwa mereka yang gugur di jalan-Nya tidaklah mati, melainkan hidup di sisi Allah dengan penuh rezeki, bergembira atas karunia-Nya, dan berbahagia menyambut saudara seimannya yang akan menyusul tanpa rasa takut maupun sedih.

Kisah bermula ketika seorang lelaki Badui, penduduk pedalaman Arab yang hidup nomaden, datang menghadap Rasulullah SAW. Dengan hati terbuka, ia menyatakan keislamannya dan tekad untuk berhijrah bersama Nabi. Sebagai mualaf, ia pun menerima bimbingan agama dari Rasulullah dan para sahabat. 

Api iman dalam dadanya berkobar begitu besar, mendorongnya untuk turut serta dalam Perang Khaibar membela Islam. Kemenangan pun berpihak pada kaum muslimin. Sebagai bagian dari pasukan, lelaki Badui itu pun mendapat jatah ghanimah. Namun, berbeda dengan kegembiraan rekan-rekannya, wajahnya justru berkerut. "Apa ini?" tanyanya heran saat menerima bagian.

"Ini bagian ghanimah untukmu dari Rasulullah SAW," jawab para sahabat.

Diterimanya harta itu, namun hatinya gelisah. Ia pun menghadap Rasulullah SAW, "Harta apakah ini, ya Rasulullah?". "Ini adalah bagian ghanimah yang kuberikan sebagai bagianmu," jelas Nabi.

Dengan keteguhan hati, lelaki Badui itu pun membuka isi hatinya: "Bukan karena alasan ini aku mengikutimu, ya Rasulullah. Aku ingin suatu saat nanti terkena tancapan di sini," ujarnya sambil menunjuk lehernya sendiri, "sehingga aku terbunuh dan masuk surga." Cita-citanya jelas: syahid.

Mendengar pengakuan tulus itu, Rasulullah SAW menjawab penuh keyakinan, "Jika kau menepati janjimu kepada Allah, Dia juga akan menepati janji-Nya kepadamu."

Baca Juga : Gus Baha Ijazahkan Amalan Penghapus Dosa di Malam 1 Muharram 

Peperangan kembali berkecamuk. Di tengah bisingnya medan tempur, beberapa sahabat terlihat membawa seorang prajurit yang tubuhnya berlumuran darah. Mereka menghadapkannya kepada Rasulullah SAW. Luka menganga di leher sang prajurit, tepat di titik yang pernah ia tunjukkan sebelumnya.

"Apakah ini orang yang kemarin?" tanya Rasulullah SAW, mengenali lelaki Badui yang penuh tekad itu.
"Benar, ya Rasulullah," sahut para sahabat.
Rasulullah SAW pun bersabda dengan penuh penghormatan, "Ia telah menepati janjinya kepada Allah. Maka, Allah pun menepati janji-Nya kepadanya."

Di hadapan jasad yang syahid itu, Rasulullah SAW melakukan sesuatu yang luar biasa. Beliau mengafani lelaki Badui tersebut dengan baju zirah miliknya sendiri, baju perang yang biasa melindungi tubuh Rasulullah dari sabetan senjata. Lebih dari sekadar kain kafan, itu adalah kehormatan tertinggi.

Tak berhenti di situ, Rasulullah SAW pun bersaksi atas kesyahidannya. Usai menguburkan jasad sang mujahid, beliau berdoa, "Ya Allah, ini adalah hamba-Mu. Ia keluar untuk berhijrah di jalan-Mu dan terbunuh sebagai syahid. Maka, akulah yang menjadi saksi atasnya."

Kisah lelaki Badui ini menjadi monumen hidup akan kesungguhan iman. Ia datang dengan niat tulus, menolak gemerlap dunia yang ditawarkan ghanimah, dan meraih mahkota syahid persis seperti yang diidamkan, disaksikan langsung oleh Rasulullah SAW dan dikafani dengan pakaian perang Sang Nabi. Sebuah akhir kehidupan yang membuktikan kebenaran janji Allah bagi para pejuang di jalan-Nya.