JATIMTIMES - Pemerintah Kota (Pemkot) Malang berkomitmen untuk terus menekan angka stunting. Namun, di tengah berbagai upaya yang dilakukan, tak dipungkiri ada sejumlah kendala yang harus dihadapi.
Tak hanya itu, dalam pelaksanaannya Pemkot Malang juga harus melakukan sinkronisasi dengan program dari pemerintah pusat. Yang juga ditangani melalui Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS).
Baca Juga : PLN UP3 Malang Gandeng PLN Insurance Lindungi Aset Kendaraan Dinas Pemkot Batu
Dalam hal ini, Kepala Sosial Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinsos P3AP2KB) Kota Malang Donny Sandito mengatakan bahwa Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur juga turut melakukan penilaian kinerja TPPS.
"Jadi yang dinilai apakah Kota Malang dalam rangka penurunan stunting ini (sudah) memenuhi 8 kriteria. Salah satunya ya komitmen Pemkot Malang, inovasinya apa, dan lain sebagainya," jelas Donny, Rabu (11/5/2025).
Donny mengatakan, Pemkot Malang juga telah menjalankan berbagai program sebagai bentuk komitmennya atas penanganan stunting. Salah satunya, program penanganan stunting juga dibreakdown di sejumlah organisasi perangkat daerah.
"Kalau Pemkot berkomitmen. Makanya di masing-masing OPD itu ada anggaran yang berkaitan dengan penurunan stunting. Gak semua, tapi di OPD terkait. Misalnya di Diskominfo, Dinsos, Dinkes, PUPR, dan lainnya," terang Donny.
Sedangkan untuk Dinsos sendiri, program yang dirancang untuk menangani stunting yakni dengan berkonsentrasi pada upaya pencegahan. Salah satunya dengan menggencarkan kegiatan sosialisasi dan edukasi.
"Misalnya edukasi untuk calon pengantin. Kemudian sosialisasi penurunan stunting di kecamatan, minilokakarya di kelurahan sehingga kita tahu apa yang menjadi prioritas di masing-masing kelurahan dalam penanganan stunting," tutur Donny.
Tak dipungkiri, dirinya mengaku ada sejumlah kendala yang dihadapi, salah satunya berkaitan dengan pola asuh anak. Contohnya, seorang anak yang dititipkan ke pengasuh karena orang tuanya harus bekerja.
Baca Juga : Guide Serius Belajar Bahasa Mandarin Imbangi Membanjirnya Wisman Asal China Kawah Ijen Banyuwangi
"Jadi misalnya ada keluarga yang punya balita, karena orangtuanya bekerja maka anaknya ini dititipkan ke pengasuh," imbuh Donny.
Sehingga menurutnya, anak stunting tidak selalu berasal dari keluarga yang tidak mampu. Selain pola asuh, kebiasaan dan lingkungan perokok juga disebut menjadi salah satu penyebab seorang anak stunting.
"Kemudian kebiasaan di keluarga misalnya ada orang tua yang merokok. Itu dari hasil minilokakarya," kata Donny.
Saat ini berdasarkan bulan timbang, prevalensi stunting di Kota Malang sebesar 8 persen. Sedangkan berdasarkan data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting masih 20 persen. "Target tahun ini kalau provinsi 14 persen," pungkasnya. (ADV).