JATIMTIMES - Hari Raya Idul Adha tidak lepas dari tradisi membakar sate daging hewan kurban. Tentunya, arang menjadi bahan bakar utamanya. Nah, arang yang dibuat secara tradisional di Jombang ini laris manis diburu jelang Lebaran Kurban.
Yuni Lukitasari (39), satu-satu perajin arang di Desa Gedangan, Mojowarno, Jombang. Dia mewarisi usaha ayahnya, Sukarno (65) yang merintis usaha arang sejak 2016 lalu.
Baca Juga : HUT ke-44, Perumda Tirta Kanjuruhan Beri Kado Masyarakat 444 Program Pasang Baru Gratis dan Baksos
Arang dari kayu pohon mangga dan asam dibuat secara tradisonal. Bahan baku tersebut dibakar di dalam tungku dari bata merah dengan lapisan tanah liat di sisi luarnya.
Pembakaran kayu ini memakan waktu 8 hari hingga terbakar sempurna menjadi arang. Pembuatan arang secara tradisonal ini lah yang membuat arang milik Yuni memiliki kualitas wahid dan diburu pembeli.
"Kita menggunakan bahan pohon mangga dan asem karena tidak mletik (keluar percikan api, red), kalau yang lain itu mletik-mletik," kata Yuni saat ditemui wartawan di rumahnya, Rabu (04/06/2025).
Dalam sebulan, Yuni memproduksi 8 tungku arang. Setiap tungkunya menghasilkan 700 Kg arang. Masing-masing tungku dibongkar setiap hari untuk dijual ke pelanggan.
Saat menjelang Idul Adha ini, kata Yuni, permintaan arang meningkat dua kali lipat. Sehingga, dalam sehari ia membongkar 2 tungku yang berisi 1.400 Kg arang.
"Pesanannya sudah banyak. Kalau hari biasa ini 1 tungku ini habis satu hari, kalau Idul Adha ini dua kali lipat," ujarnya.
Baca Juga : Lempar Jumrah Jemaah Haji Indonesia Kapan? Ini Jadwalnya
Pesanan arang mulai ramai sejak bulan Mei. Permintaan arang datang dari Jombang dan Mojokerto untuk dijual di toko-toko dalam momen Idul Adha.
Yuni menjual arangnya dalam bentuk karung. Setiap karung berisi 20 Kg dibandrol Rp 65.000 untuk arang mangga, sedangkan arang asem dibandrol Rp 100.000.
"Keuntunggannya Rp 500.000 setiap tungku. Kalau satu bulan bisa untung Rp 4 juta," pungkasnya.(*)