free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Pendidikan

Unisba Blitar Hidupkan Gagasan Generasi Muda Lewat Intellectual Insight Showcase

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Para peserta dan panitia Intellectual Insight Showcase Universitas Islam Balitar Blitar berfoto bersama usai kegiatan bertema “Peran Generasi Muda terhadap Keberlangsungan Bangsa”, Sabtu (31/5/2025). Acara ini menggugah kesadaran siswa SMA/SMK/MAN se-Blitar akan pentingnya kontribusi generasi muda dalam pembangunan bangsa. (Foto: Unisba Blitar)

JATIMTIMES - Aula Majapahit Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar tak tampak seperti biasanya pada Sabtu, 31 Mei 2025. Deretan kursi penuh oleh wajah-wajah muda, sebagian berseragam SMA, SMK, dan MAN dari penjuru Blitar Raya. Mereka datang bukan sekadar menjadi penonton, melainkan ikut dalam ruang diskusi yang dirancang mahasiswa semester dua Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi UNISBA Blitar. 

Bertajuk Intellectual Insight Showcase, acara ini mengusung tema tajam: “Peran Generasi Muda terhadap Keberlangsungan Bangsa.”

Baca Juga : Bahas Peran Bea Cukai di Era Digital Bersama BINUS, Kakanwil: Jadi Backbone Ketahanan Nasional

Di tengah hiruk-pikuk perdebatan tentang apatisme anak muda terhadap isu bangsa, kegiatan ini menjadi kontras yang terang. Ia hadir sebagai ruang alternatif yang justru membuktikan sebaliknya, pemuda masih punya suara, dan lebih penting lagi, pemuda masih mau berpikir.

Panggung diskusi tersebut bukan panggung kosong. Mahasiswa penyelenggara menyulapnya menjadi wadah pertukaran gagasan, kritik konstruktif, dan pembacaan situasi sosial secara lebih visioner. Bukan hanya presentasi hasil riset, tapi juga ide-ide mentah yang siap digodok bersama, demi masa depan yang lebih rasional.

Sejak awal acara, suasana intelektual sudah terasa. Materi yang disampaikan oleh Muhammad Iqbal Baihaqi, S.Pd., M.Pd., dosen mata kuliah Kewarganegaraan Unisba Blitar, membuka wawasan tentang pentingnya tanggung jawab sipil dan peran pemuda dalam proses kebangsaan. Ia menekankan bahwa partisipasi anak muda tak melulu harus dalam bentuk politik praktis.

“Kesadaran kritis itu bisa dibangun lewat diskusi, penelitian, bahkan inovasi yang menjawab kebutuhan lokal,” ujar Iqbal. Ia menambahkan, kegiatan semacam ini bisa menjadi langkah awal untuk menggerakkan kesadaran kolektif.

Tak hanya dosen, hadir pula Ziyadatu Sinta, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNISBA Blitar periode 2024/2025. Dalam forum terbuka itu, Ziyadatu menyampaikan pengalamannya sebagai aktivis kampus. Ia berbicara tentang kegagalan, tentang mencoba hal baru, dan pentingnya berpikir jernih di tengah arus informasi yang deras.

“Pemuda harus berani gagal. Karena dari kegagalan itu kita belajar. Jangan takut mencoba hal baru, mulai dari lingkungan sekitar. Perubahan tak datang dalam semalam, tapi bisa dimulai dari langkah kecil,” ujar Sinta kepada peserta. Ia mengajak generasi muda untuk melihat perubahan sebagai peluang, bukan sebagai ancaman.

Pernyataan itu disambut dengan anggukan. Beberapa peserta tampak mencatat, lainnya berdiskusi usai sesi berakhir. Bagi sebagian dari mereka, pengalaman semacam ini barangkali menjadi perjumpaan pertama dengan dunia pemikiran yang lebih luas dari bangku sekolah.

Kegiatan ini bukan sekadar gelaran seremonial. Mahasiswa Unisba Blitar mencoba menyisipkan gagasan besar dalam format sederhana. Mereka tahu bahwa perubahan tidak harus dimulai dari gedung tinggi atau pusat kekuasaan. Cukup dari kampus kecil di Blitar, cukup dari ruang aula dengan puluhan siswa yang mau mendengar dan menyuarakan.

Baca Juga : Saat Hadiah Lebih Berbahaya dari Perang: Politik Tanah Jaka Tingkir Setelah Arya Penangsang

Semangat itu tak lepas dari kepedulian terhadap keberlanjutan bangsa. Dalam setiap sesi, isu lingkungan, sosial, hingga teknologi jadi bahan diskusi yang hidup. Panitia menegaskan, Intellectual Insight Showcase disusun bukan hanya untuk menambah wawasan peserta, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kepemimpinan, tanggung jawab sosial, serta kesadaran berkontribusi nyata.

“Kalau bukan kita yang peduli, siapa lagi?” begitu salah satu kutipan yang tertulis di backdrop panggung utama. Kutipan yang menjadi semacam mantra bagi penyelenggara.

Intellectual Insight Showcase menjadi bukti bahwa mahasiswa, meski masih duduk di semester awal, mampu menyusun kegiatan edukatif yang tak hanya berorientasi pada seremonial, melainkan juga membangun ruang diskusi yang hidup. Ia menjadi pernyataan sikap bahwa masa depan bangsa butuh pemuda yang berpikir dan bertindak.

Dengan pendekatan yang inklusif, kegiatan ini juga membuka ruang kolaborasi antar sekolah dan kampus. Para peserta tidak hanya diajak mendengar, tetapi juga berdialog, bertanya, bahkan saling memberi masukan terhadap ide-ide yang muncul.

Tak sedikit guru pendamping yang mengapresiasi kegiatan tersebut. Mereka menilai acara ini mampu memberi pengalaman baru kepada siswanya, sekaligus memantik semangat belajar di luar kelas.

Dengan semangat membangun dari ruang-ruang kecil seperti ini, mahasiswa Unisba Blitar telah memperlihatkan satu hal penting: bahwa pendidikan bukan hanya urusan kurikulum dan nilai akhir, melainkan juga soal keberanian menyampaikan gagasan dan menciptakan perubahan. Pelan, tapi pasti. Dari Blitar, suara pemuda kembali bergema.