JATIMTIMES - Leni Indah Sari, seorang perempuan berusia 26 tahun asal Lombok Timur yang mencoba mengukir namanya di dunia fashion sebagai seorang desainer yang berbakat. Dengan latar belakang pendidikan di Universitas Negeri Malang (UM) di Fakultas Teknik, Leni telah mengembangkan passion-nya dalam dunia fashion sejak lulus sekolah.
Sejak tahun 2020, Leni memulai perjalanan karirnya sebagai fashion designer, meskipun sempat terhenti akibat pandemi COVID-19. Namun, semangatnya tidak padam.
Baca Juga : 9 Kota Tujuan Wisata Populer di Jawa Timur, Wajib Coba Kuliner Khasnya!
āSuka fashion desain dari keluarga. Karena keluarga punya konveksi gitu,ā kata Leni kepada JatimTIMES.
Leni pun menilai, setiap orang memiliki kelebihan masing-masing. Ia pun tak menampik bahwa ia memiliki kelebihan pada dunia fashion desainer. āKalau saya lebih ke ilustrasi dan inovasi,ā ujar Leni.
Sejak berkarya, Leni sempat bekerjasama dengan desainer asal Malang. Karyanya saat itu hanya sebatas menggambarkan dan mengilustrasikan pakaian.
āKerjasama sama desainer asal Malang pernah. Tapi itu per project. Misal, desainer pingin baju kayak apa, saya buatkan gambar dan ilustrasi nya,ā ungkap Leni.
Saat ini, Leni bermimpi dan berusaha untuk menggapainya, yakni memiliki butik sendiri. Namun butik yang diimpikannya itu dengan tema ready to wear.
āKayak pakaian yang casual yang dipingini. Jadi ready to wear,ā ucap Leni.
Di sisi lain, Leni menilai saat ini baju batik sangat sulit untuk masuk ke anak muda atau Gen Z. Dengan karakternya yang inovatif, Leni ingin menciptakan karya yang sulit diminati menjadi berubah.
āDesainer Malang banyak yang fokus usia, jadi jarang yang liat show keanak muda. Kalau desainer Jakarta Bandung banyak yang berfikir out of the box,ā beber Leni.
āNah, kalau batik susah masuk ke Gen Z. Makanya ingin buat outer batik. Sekarang lagi kumpulin temen yang buat kerjasama. Misal ada yang punya tempat sendiri, jadi aku yang kerjain,ā imbuh Leni.

Di tengah tantangan yang dihadapi, Leni tak menyerah dalam kehidupan. Ia saat ini fokus bekerja sebagai desainer. Mulai desain kemasan parfum yang bekerjasama dengan temannya.
Kolaborasi ini merupakan langkah awal yang menarik, di mana Leni bekerja sama dengan teman-temannya untuk menciptakan brand yang unik.
Leni tidak hanya fokus pada satu jenis produk fashion. Ia telah merancang berbagai item, mulai dari outer, tas, sepatu, hingga topi. Dengan kreativitas dan dedikasinya, Leni berusaha untuk menghadirkan karya-karya yang tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga berkualitas tinggi.
Baca Juga : Jangan Salah Pilih! Ini Tips Memilih Jurusan Kuliah di Binus
Sebagai seorang desainer muda, Leni Indah Sari adalah contoh nyata bahwa dengan tekad dan kerja keras, impian untuk menjadi seorang fashion designer dapat terwujud, meskipun harus menghadapi berbagai tantangan. Dengan terus berkarya dan berinovasi, Leni berharap dapat menginspirasi generasi muda lainnya untuk mengejar passion mereka di dunia fashion.
Disisi lain, Leni juga menyoroti tren baju bekas yang semakin populer. Namun ia berpendapat bahwa masa kejayaannya tidak akan bertahan selamanya. āTrifht bakal ada masa habisnya,ā ungkap Leni.
Menurutnya, meskipun baju bekas memiliki daya tarik tersendiri, konsumen tetap membutuhkan brand yang kuat dan terpercaya. āKarena itu kan baju bekas, mereka butuh brand,ā tambahnya.
Ia menjelaskan bahwa meskipun banyak brand bagus di pasaran, konsumen tidak mungkin hanya mengandalkan baju bekas. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi industri fashion bekas di Indonesia.
Lebih lanjut, ia juga menyoroti kemungkinan adanya pembatasan dari pemerintah. āIndonesia juga kemungkinan membatasi karena kan juga dunia fashion gak berkembang,ā ungkap Leni. Pembatasan ini bisa berdampak pada keberlangsungan bisnis baju di Tanah Air.
Di sisi lain, ia menilai bahwa kota-kota seperti Bandung dan Jakarta menjadi surga bagi para pecinta fashion. "Kalau surga fashion itu ya Bandung Jakarta," kata Leni.
Namun, ia juga mengakui bahwa produk-produk fashion terbaik tetap berasal dari negara-negara seperti Korea, China, dan Paris. "Produk bagus tetap Paris," tutupnya.
Dengan berbagai tantangan dan peluang yang ada, masa depan fashion bekas di Indonesia masih menyimpan banyak misteri. Apakah industri ini akan mampu beradaptasi dan berkembang, atau justru akan tergerus oleh kebutuhan akan brand yang lebih kuat.