free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Wisata

Birding Tour: Saat Lensa Kamera dan Binokular Bidik Burung Endemik di Kawasan Wisata Cangar

Penulis : Prasetyo Lanang - Editor : Dede Nana

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Aktivitas Birding Tour dilakukan di kawasan wisata pemandian air panas Cangar Kota Batu.(Foto: Prasetyo Lanang/JatimTIMES)

JATIMTIMES - Ragam bentuk, warna, hingga gerak-gerik dan cara hidup burung endemik Indonesia telah memikat sorot Binokular dan lensa kamera dunia. Salah satunya tampak dari aktivitas para pengamatnya di kawasan wisata Pemandian Air Panas Cangar, Kota Batu.

Tiga orang turis asing asal Hongkong dan satu asal Singapura mengeker dengan tenang ke arah pepohonan di area luar wisata Cangar. Bak menjadi pendamba kesunyian, setiap gerak burung di alam bebas jadi hal penting untuk diamati perlahan.

Baca Juga : Minimarket Srengat Dibobol Maling Dini Hari, Uang dan Rokok Amblas

Suatu kemewahan jika Pink Headed Fruit Dove si burung endemik Jawa bisa tertangkap kamera. Satwa khususnya burung endemik memang menjadi sasaran pengamatan. Sukses membuat penasaran pengamat burung dari berbagai belahan dunia.

"Memang fokus ke endemik, kalau yang lain (spesies burung) banyak, tapi tidak semua endemik," ucap Mustain, salah seorang anggota Malang Birding Tour kepada JatimTIMES di Taman Wisata Cangar, belum lama ini.

Mustain dan beberapa rekannya adalah pengamat, dan penjelajah serta penyedia jasa Birding Tour endemik di Indonesia. Malang Raya dan sekitarnya salah satu yang banyak diminati. Burung endemik dengan warna-warna unik selalu diincar.

...

Mustain berujar, aktivitas mereka jauh dari kata ilegal. Tak sama sekali melakukan perburuan atau penangkapan. Mereka adalah penikmat keindahan berbagai jenis burung di alam bebas.

"Mereka rata-rata adalah sesama penghobi. Kalau Bird Watching atau memantau biasanya juga me-list atau mencatat hasilnya. Biasanya jadi catatan koleksi seperti foto dan aktivitas apa saja yang ditemukan dari spesies yang berhasil dilihat," tuturnya.

Ada yang berbekal kamera digital, ada pula ponsel pintar disertai lensa tele yang memanjang. Semua itu untuk melihat langsung burung-burung endemik beraktivitas. Para penikmatnya sudah paham betul kapan saja waktu yang tepat untuk mengamati. Musim buah salah satunya, di mana para burung banyak muncul untuk mencari makan, hingga berkembang biak.

Jejaring Birding Tour di komunitas Mustain sudah terbangun dengan banyak klien dan rekan sehobi di berbaga negara. Mereka banyak terjaring karena informasi yang cepat tersebar dari mulut ke mulut dan jaringan internet beragam platform.

"Berawal dari teman, banyak yang tersebar dari mulut ke mulut. Lewat grup telegram di beberapa negara mereka penasaran ketika tau ada burung endemik apa saja yang ditemui. Akhirnya mereka ingin ikut mencari," ucapnya.

Mustain menyabut di Singapura saja, sudah ada 3000 lebih anggota dalam grup Telegram. Serupa pula di Indonesia dan beberapa negara lainnya. Tak jarang, para penghobi mengamati burung itu menyebarkan hasil yang didapat di grup.

Baca Juga : Lebih 400 Ribu Wisatawan Banjiri Banyuwangi Selama Libur Lebaran 

Mustain dan rekan-rekannya menyediakan jasa yang terbagi dalam tiga tim. Jika musimnya tiba, mereka bisa melayani sebagai pemandu dan teman perjalanan Birding Tour di sekitar Malang Raya maupuan wilayah lain. Biaya yang harus dikeluarkan para pengamat untuk memanfaatkan jasa mereka juga tak main-main. Bisa di angka jutaan rupiah sekali perjalanan mengamati burung.

"Kalau ramai di Jawa sendiri bisa lebih dari dua tim sekali jalan. Banyak yang mereka hobi setelah jadi pensiunan kerja di negaranya," tambahnya.

..

Komunitas di Indonesia, sambungnya, berasal dari banyak latar belakang. Seperti dosen, pekerja kantoran, pengusaha, dan banyak lainnya. Sementara dari luar negeri banyak berada dari negara-negara asia.

Lokasi di Jawa, salah satunya kawasan wisata Cangar salah satu favorit. Klien Mustain dan kawan-kawan ingin benar-benar melihat apa yang belum pernah tampak di negara mereka sendiri.

"Di Cangar sudah sejak tahun 2011. Pernah dari nepal, paling jauh Tunisia," sebut Mustain.

Mereka tetap mengutamakan legalitas melalui izin yang resmi pada pihak berwenang di lokasi pengamatan. Tak semua berjalan mudah, namun itu dilalui dengan telaten hingga terbiasa. Misi para pengamat burung itu sama, memastikan beragam spesies endemik itu tetap lestari. Sembari membawa pesan tetap menjaga alam, dan tidak melakukan perburuan.

"Kami berjejaring, menyediakan tempat, habitat burungnya dibuka sebagai lokasi tur saja. Agar burung dapat terbang bebas," tutupnya.