JATIMTIMES - Meski usianya sudah 61 tahun, Utomo warga Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu bertekad untuk mempertahankan buah apel yang jadi ikon Kota Batu. Melihat setiap tahun lahan apel berubah menjadi pertanian sayur.
Jika dilihat saat ini perkebunan apel terbanyak hanya ada di Desa Tulungrejo dan Desa Sumbergondo. Namun tetap saja, diantara perkebunan apel ada yang sebagian sudah berubah jadi pertanian apel.
Baca Juga : Penyandang Disabilitas Daksa Ubah Perca Kaos Jadi Keset Daya Serap Tinggi
Misalnya seperti lahan yang ada di depan milik Utomo, dulunya adalah perkebunan apel kini ditanami sayurannya. Alasannya, mereka sudah tidak sanggup lagi merawat. āYa karena hama dan penyakit, harga pupuknya tidak sebanding dengan harga jual saat panen. Jadi banyak orang yang memilih ganti ke sayur,ā terang Utomo.
Utomo sudah menjadi petani sejak 2008. Ia dilahirkan dari orang tua yang juga petani apel. Namun Utomo tak ingin nantinya apel musnah. āWah, ya sudah banyak petani Apel yang ganti tanaman lain. Paling banyak ganti ke buah jeruk,ā tambah bapak dua anak ini.
Selama 16 tahun lebih menjalankan pertanian apel, tentu suka dan duka menyelimuti perjalanan Utomo untuk mempertahankan apel di atas 2,5 hektare lahan miliknya. Menurutnya, dulu saat kondisi pohon apel normal, bisa panen mencapai 2 ton. Namun saat ini turun drastis, paling banyak 5 kuintal sudah bagus.
Hama lalat buah serta kondisi tanah menjadi faktor berkurangnya hasil panen. Ditambah biaya operasional yang tinggi membuat petani apel menyerah. āSaya tahun lalu rugi banyak, karena tidak berbuah. Harga buahnya hanya Rp 4 ribu. Satu musim saya merugi Rp 137 juta,ā ujar pria yang juga Ketua Kelompok Tani Bersama Dusun Gerdu Desa Tulungrejo itu.
Segala upaya pun sudah dilakukannya demi apel tidak mudah terserang hama. Mulai dari membungkus satu per satu apel yang masih di pohon. Upaya ini pun ternyata membuahkan hasil.
Ada empat jenis apel yang dikembangkan Utomo, yakni 4 room beauty, manalagi, anna, dan graanly smith. Untuk menutupi biaya operasional agar tidak terus merugi, Utomo menjalankan wisata petik apel di lahannya. Dengan cara ini, Utomo mampu mempertahankan apel Kota Batu.
Baca Juga : SIM Mati saat Pelayanan Satpas di Kota Malang Libur, Tenang Polisi Berikan Dispensasi
āKalau tidak ada wisata petik dan hanya mengandalkan dijual, sudah gulung tikar. Alhamdulillah saya dibantu anak saya yang mengelola wisata petik apel,ā imbuh Utomo.
Menurut Utomo, ratusan pengunjung datang untuk petik apel dan membeli buah apel di lahannya. Rata-rata pengunjung ada dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan, bahkan hingga wisatawan mancanegara.
"Namanya wisata kalau bulan puasa seperti ini ya sepi. Nanti setelah lebaran biasanya ramai," tutup Utomo.