JATIMTIMES — Wali Kota Blitar, H. Syauqul Muhibbin atau yang akrab disapa Mas Ibin, menyampaikan imbauan kepada mahasiswa untuk menyampaikan aspirasi secara elegan dan proporsional. Hal ini disampaikannya menanggapi insiden pemasangan spanduk oleh sekelompok mahasiswa saat kunjungan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka ke Kota Blitar, Rabu (18/6/2025).
Menurut Mas Ibin, menyuarakan pendapat di ruang publik adalah bagian dari demokrasi, namun harus tetap menjunjung etika, waktu, dan menghormati kehadiran tamu negara.
Baca Juga : Ratusan Sopir Truk Malang Hingga Jateng Ikut Demo Zero ODOL di Jalibar
Dalam keterangannya kepada wartawan pada Kamis (19/6/2025), Mas Ibin mengaku menyayangkan aksi yang dinilai kurang elok itu. Menurutnya, aspirasi para mahasiswa sebenarnya sudah diterima dengan baik. Bahkan, setelah situasi terkendali, tiga mahasiswa yang sempat terlibat dalam aksi spanduk telah diajak berbicara langsung dan dijamu makan bersama.
“Saya kira tidak ada isu besar dalam peristiwa kemarin. Saya sendiri melihat mereka diajak ngobrol dan dijamu dengan baik di rumah makan tempat kami singgah,” tutur Mas Ibin. Ia menegaskan bahwa tindakan pengamanan terhadap mahasiswa bukan bentuk represi, melainkan langkah preventif untuk memastikan keamanan rombongan tamu negara.
Sebagai kepala daerah yang menjadi tuan rumah dalam kunjungan wapres, Mas Ibin justru merasa tersentak dengan kejadian tersebut. Ia bahkan menyebut sempat merasa malu dan kecewa atas cara sekelompok mahasiswa menyambut tamu negara di tanah kelahiran Bung Karno.
“Kalau caranya seperti itu, seharusnya saya tidak perlu mengundang tamu-tamu negara ke Blitar. Saya malu dan kecewa,” ujarnya.
Menurutnya, ketika seorang pejabat negara datang ke suatu daerah, mereka tidak hanya sekadar berkunjung, tetapi juga ingin mengecek langsung kondisi lapangan: apakah program berjalan, apakah ada hal yang perlu ditingkatkan, dan bagaimana potensi daerah bisa dikembangkan. Dalam konteks ini, ujar Mas Ibin, kehadiran wapres ke Blitar seharusnya menjadi peluang strategis untuk menyampaikan kebutuhan pembangunan daerah.
“Ini justru sesuatu yang kita idam-idamkan. Kehadiran pejabat pusat membuka ruang bantuan, perhatian, bahkan investasi pembangunan. Tapi justru dirusak oleh cara penyampaian aspirasi yang tidak elegan,” ujarnya, dengan nada prihatin.
Sebagai mantan aktivis, Mas Ibin memahami betul semangat kritis kalangan mahasiswa. Namun ia juga mengingatkan, semangat tersebut seharusnya disampaikan dengan cara-cara yang bermartabat dan tidak terkesan “cari panggung.”
“Kalau mau menyampaikan gagasan dan kritik, ya silakan. Tapi jangan dengan cara yang justru mempermalukan diri sendiri dan daerah.Saya juga dulu aktivis. Tapi kami menyampaikan aspirasi dengan substansi dan dengan cara-cara yang bijak,” ujarnya.
Mas Ibin menambahkan bahwa kejadian tersebut justru membuat dirinya sebagai kepala daerah “ketampar secara moral.” Beberapa pihak bahkan menyindir seolah wali kota tak menyampaikan aspirasi warganya.
Baca Juga : Menang dari Kabupaten Jember, Tim Sepak Bola Putra Kota Malang Evaluasi Fisik Pemain
“Kan pasti saya sampaikan. Tidak mungkin saya abaikan. Tapi sekali lagi, ini soal cara,” katanya.
Dalam pandangan Wapres Gibran, para mahasiswa itu tetap dianggap sebagai bagian dari elemen bangsa yang perlu dirangkul. Gibran, yang juga berlatar belakang aktivis kampus, merespons tenang dan menyebut mereka sebagai “adik-adik kita semua.”
Menurut Mas Ibin, sejumlah aparat keamanan sempat menyebut para mahasiswa itu sebagai “adik-adiknya Pak Wali Kota.” Menanggapi itu, Mas Ibin mengaku merasa tertampar. “Saya jawab, iya, saya kepala daerah mereka, dan saya juga merasa tertampar atas kejadian ini,” ungkapnya.
Lebih jauh, Mas Ibin berharap masyarakat Blitar, terutama kalangan muda, dapat menunjukkan kedewasaan dalam menyambut tamu negara. Momentum Bulan Bung Karno, kata dia, seharusnya menjadi ajang untuk meneguhkan semangat kebangsaan, memperkuat diplomasi daerah, dan menunjukkan wajah Blitar sebagai kota yang ramah serta siap berkembang.
“Bulan Juni ini penuh kegiatan penting. Kami mengundang banyak tokoh dan pejabat nasional agar mereka bisa melihat langsung potensi Kota Blitar. Kita ingin pembangunan kita dipantau dan didukung pusat. Tapi kalau disambut seperti itu, ya bagaimana?” ujarnya.
Sebagai penutup, Mas Ibin menitipkan pesan kepada mahasiswa untuk terus bersuara, namun tetap menjaga nilai-nilai sopan santun dan dialog terbuka. “Jangan jadikan aksi jalanan sebagai ajang caper. Sampaikanlah aspirasi dengan cara yang cerdas dan elegan. Kita butuh suara muda yang kritis, bukan yang gaduh,” tutupnya.