JATIMTIMES - Pemerintah Kota (Pemkot) Malang tengah melakukan berbagai persiapan untuk menyambut beroperasinya armada Trans Jatim di koridor Malang Raya. Salah satunya, mengkaji dua konsep yang bakal digunakan jalur Trans Jatim di Kota Malang.
Konsep pertama, yakni melewati jalur tengah kota yang akan dimulai dari Jalan Ahmad Yani di Kecamatan Blimbing, lalu melintasi pusat Kota Malang. Sedangkan konsep kedua, dirancang melintasi sejumlah ruas jalan di pinggiran Kota Malang.
Baca Juga : UIN Maliki Malang Wujudkan Inklusivitas: Disabilitas Difasilitasi Sepenuh Hati dalam UM-PTKIN 2025
Mulai dari arah Karanglo masuk ke Jalan Raden Intan, Arjosari, Jalan Tumenggung Suryo, Jalan Sulfat, hingga Jalan Kyai Ageng Gribig di Kedungkandang, lalu masuk ke Terminal Hamid Rusdi dan selanjutnya ke wilayah Kabupaten Malang.
Selain jalur, berdasarkan hasil rapat koordinasi (rakor) bersama Dishub Jawa Timur rencananya akan ada sebanyak 15 unit bus Trans Jatim yang akan disiapkan untuk melayani rute se Malang Raya.
Kepala Dishub Kota Malang, Widjaja Saleh Putra mengatakan, awalnya armada Trans Jatim yang beroperasi di Malang Raya akan menggunakan bus besar.
Namun, penggunaan bus besar menurutnya tidak memungkinkan untuk digunakan beroperasi melintas di Kota Malang. Hal tersebut berkaitan terbatasnya kapasitas jalan di Kota Malang.
"Konsepnya begitu. Di awal memang konsepnya adalah bus besar. Tapi kami beri masukan bahwa tingkat kesulitan di Kota Malang adalah kapasitas jalan. Tidak akan mungkin mampu menampung bus dengan dimensi yang besar. Kami usulkan nanti menggunakan mikro bus," ujar Jaya sapaan akrabnya.
Selain itu, untuk mendukung beroperasinya Trans Jatim, pihaknya juga menyiapkan beroperasinya angkutan kota (angkot) sebagai feeder atau kendaraan pengumpan. Hal itu dimaksudkan agar angkot tetap berdaya saing di tengah transformasi angkutan publik.
"Kami sudah membuat yang namanya kajian. Tapi masih konsep, ya. Nanti kami akan berdiskusi sedikit dengan para paguyuban sopir angkot di sini," tutur Jaya.
Saat ini, pihaknya tengah menyusun kajian soal titik-titik lokasi yang akan digunakan sebagai pemberhentian armada feeder Trans Jatim. Sebab menurutnya, fungsi feeder nantinya bukan hanya sekadar sebagai pendukung.
Baca Juga : Menpan RB Resmikan MPP Bumi Bung Karno, Wali Kota Blitar: Saatnya Layanan Publik Bebas Drama
Namun, melalui konsep tersebut ia juga mempertimbangkan nasib para sopir angkot yang selama ini menjadi bagian dari transportasi di Kota Malang. Bahkan, sempat menjadi moda transportasi publik andalan di Kota Malang.
"Kami ingin yang seperti ini bisa dialihkan untuk mendukung sistem feeder," imbuh Jaya.
Sejauh ini, ia mengklaim bahwa para pengemudi angkot memberikan respon yang positif atas rencana tersebut. Bahkan para sopir angkot berharap rencana itu dapat menjadi angin segar terhadap perbaikan layanan moda transportasi publik di Kota Malang.
Serta meningkatkan daya saing mereka di tengah tekanan dari angkutan online. Pasalnya, tak dipungkiri bahwa di tengah pertumbuhan teknologi saat ini, angkot harus bersaing dengan moda transportasi publik berbasis online.
"Kata kuncinya adalah mereka ingin berubah menjadi lebih baik. Ini kesempatan agar mereka bisa bersaing dan tidak tertinggal. Karena bagaimanapun kami harus pikirkan juga keberlangsungan mereka," jelasnya.