Jawa Tengah sering kita kenal sebagai jantung budaya Jawa dengan kemajuan pesat di kota-kota besarnya seperti Semarang dan Solo. Namun, di balik gemerlap kemajuan itu, ada sebuah realita pahit yang masih menjerat beberapa wilayahnya. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) kembali menyorot "sisi gelap" provinsi ini, mengungkap daftar kabupaten dengan tingkat kemiskinan paling tinggi.
Fakta ini bukan sekadar angka di atas kertas, melainkan cerminan kehidupan ribuan keluarga yang masih berjuang untuk memenuhi kebutuhan paling dasar. Siapa sangka, beberapa daerah yang terkenal dengan potensi alam dan agrarisnya justru menjadi yang paling menderita.
Baca Juga : Seratus Makassar Kalahkan Panji Karsula: Strategi Karaeng Galesong Hancurkan Ekspedisi Mataram
Penasaran daerah mana saja yang masuk dalam daftar ini? Simak ulasan lengkapnya berdasarkan data BPS yang diolah hingga tahun 2023-2024.
Daftar 5 Kabupaten Termiskin di Jawa Tengah (Update Terbaru)
Berikut adalah peringkat lima besar kabupaten di Jawa Tengah dengan persentase penduduk miskin tertinggi. Peringkat ini menjadi pengingat bahwa pekerjaan rumah untuk pemerataan kesejahteraan masih sangat panjang.
1. Kabupaten Kebumen
Secara mengejutkan dan konsisten, Kebumen kembali menduduki peringkat pertama sebagai kabupaten termiskin di Jawa Tengah. Tingkat kemiskinan di kabupaten yang dikenal dengan sebutan "Kota Beriman" ini tercatat sebagai yang tertinggi di provinsi ini, dengan persentase penduduk miskin berada di angka sekitar 16,41%.
Fakta: Ironisnya, Kebumen adalah salah satu kantong pengirim Tenaga Kerja Indonesia (TKI) terbesar. Meskipun devisa mengalir, hal ini juga mengindikasikan terbatasnya lapangan pekerjaan yang layak di dalam kabupaten itu sendiri. Sektor pertanian yang menjadi andalan utama seringkali belum mampu mengangkat taraf hidup warganya secara signifikan.
Sumber: https://kebumenkab.bps.go.id/id/statistics-table/2/MTMwIzI=/kemiskinan.html
2. Kabupaten Brebes
Siapa yang tak kenal Brebes, si lumbung bawang merah dan telur asin nasional? Namun, di balik ketenarannya itu, Brebes menempati posisi kedua sebagai kabupaten termiskin dengan persentase kemiskinan sekitar 15,01%.
Fakta: Dengan jumlah penduduk terbanyak kedua di Jawa Tengah dan wilayah yang sangat luas, tantangan pemerataan pembangunan di Brebes menjadi sangat kompleks. Ketergantungan pada sektor pertanian yang rentan terhadap fluktuasi harga dan cuaca menjadi salah satu faktor utama.
Sumber: https://brebeskab.bps.go.id/id/statistics-table/2/MTg2IzI%3D/tingkatkemiskinan.html
3. Kabupaten Wonosobo
Pesona Dataran Tinggi Dieng memang mendunia, namun keindahan alamnya belum sepenuhnya berbanding lurus dengan kesejahteraan penduduknya. Wonosobo berada di peringkat ketiga dengan angka kemiskinan yang masih cukup tinggi, yakni sekitar 14,83%.
Fakta: Sebagian besar masyarakat Wonosobo menggantungkan hidup pada pertanian di lahan miring yang rawan bencana dan tidak selalu stabil. Meskipun pariwisata terus berkembang, manfaat ekonominya dirasa belum merata hingga ke lapisan masyarakat paling bawah.
Baca Juga : Badai PHK Ancam Ekonomi Jatim, Puguh Desak Deregulasi Demi Selamatkan Industri
4. Kabupaten Pemalang
Berada di jalur strategis Pantura, Pemalang ternyata juga menyimpan masalah kemiskinan yang serius. Kabupaten ini masuk dalam lima besar dengan persentase penduduk miskin di angka sekitar 14,40%.
Fakta: Sektor andalan seperti pertanian dan perikanan di Pemalang masih menghadapi banyak tantangan, mulai dari modernisasi alat hingga akses pasar yang lebih baik. Tingkat pengangguran dan upah yang relatif rendah juga menjadi faktor pendorong angka kemiskinan.
Sumber: https://pemalangkab.bps.go.id/id/statistics-table/2/NDgjMg==/persentase-penduduk-miskin-kab-pemalang.html
5. Kabupaten Banjarnegara
Bersebelahan dengan Wonosobo, Banjarnegara melengkapi daftar lima besar kabupaten termiskin di Jawa Tengah. Angka kemiskinan di daerah yang juga menjadi rumah bagi sebagian kawasan Dieng ini berada di kisaran 14,24%.
Fakta: Mirip dengan tetangganya, tantangan utama di Banjarnegara adalah sektor pertanian skala kecil dan aksesibilitas di beberapa wilayah dataran tingginya. Peningkatan nilai tambah produk pertanian lokal menjadi salah satu kunci untuk keluar dari jerat kemiskinan.
Mengapa Kemiskinan Masih Menjadi PR Besar?
Melihat daftar di atas, muncul sebuah pola yang jelas. Sebagian besar daerah termiskin ini adalah wilayah agraris yang belum tersentuh industrialisasi secara masif. Beberapa faktor umum yang menjadi akar masalah antara lain:
- Ketergantungan pada Sektor Pertanian: Harga komoditas yang tidak stabil dan gagal panen membuat pendapatan masyarakat sangat rentan.
- Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM): Tingkat pendidikan dan keterampilan yang belum memadai membatasi akses ke pekerjaan dengan upah lebih baik.
- Infrastruktur yang Belum Merata: Akses jalan, pasar, dan fasilitas kesehatan di beberapa daerah pelosok masih menjadi kendala.
- Kurangnya Lapangan Kerja di Luar Sektor Pertanian: Minimnya industri dan sektor jasa membuat banyak angkatan kerja produktif harus merantau.
Data kemiskinan ini bukanlah aib yang harus ditutupi, melainkan sebuah panggilan aksi bagi semua pihak. Pemerintah daerah dan pusat terus menggulirkan berbagai program, mulai dari Bantuan Langsung Tunai (BLT), program pemberdayaan UMKM, hingga pembangunan infrastruktur.
Namun, sebagai masyarakat, kita juga bisa berperan. Mendukung produk lokal dari daerah-daerah tersebut dan meningkatkan kesadaran akan isu ini adalah langkah kecil yang bisa membawa perubahan besar. Semoga ke depannya, jurang antara si kaya dan si miskin di Jawa Tengah bisa semakin menyempit.