JATIMTIMES - Di sebuah sudut Kota Kediri, Bercakap Kopi, sebuah kedai yang biasa menjadi arena diskusi santai para pegiat kreatif berubah fungsi menjadi ruang sosialisasi serius pada Selasa, 3 Juni 2025.
Bukan untuk membahas tren kopi kekinian atau musik indie, melainkan untuk menggulirkan misi besar: memperluas perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan bagi pekerja informal dan pelaku usaha mikro.
Baca Juga : Pertengahan Juni Ini, Mas Dhito Gelar Pameran Temporer Pre-Launching Museum
BPJS Ketenagakerjaan Kediri, bersama mitra strategisnya, Agen BRILink dan BRI Pare, meluncurkan Program Racing Point, sebuah inisiatif yang memungkinkan masyarakat mendaftar dan membayar iuran BPJS Ketenagakerjaan secara digital, langsung melalui agen BRILink yang tersebar di penjuru desa.
Kepala BPJS Ketenagakerjaan Kediri, Muhamad Abdurrohman Sholih, menyebut inisiatif ini sebagai bentuk konkret pendekatan kolaboratif antara negara dan pelaku ekonomi akar rumput. Ia menekankan bahwa perlindungan kerja bukan semata milik pekerja kantoran atau buruh pabrik, melainkan juga hak para pedagang kaki lima, tukang las, hingga pemilik warung kopi di pinggir jalan.
“Kami menyadari bahwa banyak pekerja informal yang belum terjangkau jaminan sosial karena keterbatasan akses dan informasi. Kolaborasi dengan BRILink adalah langkah taktis agar layanan kami hadir di titik-titik paling dekat dengan masyarakat,” ujarnya di hadapan puluhan peserta yang terdiri dari perwakilan agen BRILink dari berbagai kecamatan di Kabupaten Kediri.
Sholih menambahkan, para agen BRILink bukan hanya menjadi perpanjangan tangan layanan keuangan, tetapi kini juga diharapkan menjadi simpul penyebaran informasi perlindungan ketenagakerjaan. Ia percaya, perubahan besar bisa dimulai dari percakapan kecil di warung kopi.
Dukungan juga datang dari Pimpinan Cabang BRI Pare, yang menyatakan bahwa agen BRILink didorong untuk tak hanya menjadi penyedia layanan, tetapi juga menjadi peserta aktif BPJS Ketenagakerjaan. Dengan demikian, mereka juga terlindungi saat menjalankan aktivitas harian yang penuh risiko.
Kegiatan ini tak berhenti pada sosialisasi semata. Para peserta mendapat pemaparan menyeluruh mengenai manfaat program BPJAMSOSTEK: mulai dari Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), hingga Jaminan Hari Tua (JHT). Agen-agen BRILink juga dibekali pelatihan praktis agar mampu melakukan pendaftaran peserta dan pembayaran iuran secara digital—sebuah langkah penting dalam menyederhanakan birokrasi dan mempercepat layanan.
Tak hanya edukatif, forum ini juga terasa sebagai ruang silaturahmi yang hangat. Peserta aktif mengajukan pertanyaan soal prosedur klaim, hak dan kewajiban peserta, hingga kemungkinan manfaat tambahan seperti beasiswa untuk anak peserta yang wafat.
Baca Juga : Pacu Kendaraan Lebihi Marka Jalan, Dua Motor Tabrakan
Kepala BPJS Ketenagakerjaan Kediri menyatakan pihaknya akan terus mengembangkan program serupa di berbagai titik strategis lainnya, seperti pasar tradisional, kawasan UMKM, hingga kelompok pengrajin di desa-desa.
“Target kami adalah inklusi jaminan sosial yang merata. Negara tak boleh hanya hadir di pusat-pusat kota, tapi juga menyapa hingga ke warung kopi di pelosok desa. Melalui kemitraan ini, kami ingin membuktikan bahwa jaminan kerja adalah hak semua warga negara,” tegas Sholih.
Acara ditutup dengan sesi foto bersama dan penyerahan materi promosi edukatif kepada para agen. Meski berlangsung dalam suasana santai, hasil yang diharapkan jauh lebih serius: peningkatan jumlah peserta BPJS Ketenagakerjaan dari sektor informal dan terbangunnya kesadaran bahwa perlindungan kerja adalah bagian tak terpisahkan dari pembangunan yang berkeadilan.
Melalui strategi jemput bola dan kemitraan dengan jaringan lokal, BPJS Ketenagakerjaan Kediri memperlihatkan bahwa pelayanan publik bisa hadir dengan cara yang adaptif, membumi, dan membangun. Di antara seruput kopi dan senyum para agen, lahir tekad baru untuk menjangkau mereka yang selama ini belum terjangkau.
“Melalui program ini, kami ingin hadir lebih dekat dengan masyarakat. Agen BRILink adalah mitra strategis yang mampu menjangkau komunitas-komunitas kecil dan pelaku usaha mikro. Harapan kami, semakin banyak pekerja yang sadar pentingnya perlindungan ketenagakerjaan dan terdaftar sebagai peserta aktif,” tutup Muhamad Abdurrohman Sholih.