JATIMTIMES - Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar sidang isbat penetapan 1 Dzulhijah 1446 Hijriah sekaligus penentuan Hari Raya Idul Adha 2025 pada hari ini, Selasa (27/5/2025). Sementara di Kabupaten Malang, pengamatan hilal penentu awal bulan Dzulhijah 2025 akan dilangsungkan di Kecamatan Kepanjen.
"Sore ini (Selasa, 27/5/2025) akan dilakukan pengamatan hilal untuk penentuan awal bulan Dzulhijah 1446 hijriah 2025. Lokasinya di lantai 9 Kantor Bupati Malang, Kepanjen jam 16.00 WIB," terang Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Malang Mamuri, saat dikonfirmasi JatimTIMES sebelum pengamatan hilal berlangsung.
Baca Juga : Pengumuman UTBK SNBT: Nilai Tertinggi dan Nilai Terendah Peserta yang Lolos
Pengamatan hilal pada serangkaian sidang isbat ini menjadi momen penting bagi umat muslim. Mengingat pada sidang isbat tersebut juga akan menentukan tanggal pelaksanaan puasa sunah Dzulhijah Tarwiyah, Arafah serta penetapan Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada 10 Dzulhijah.
Mamuri menyebut, untuk penentuan awal bulan Dzulhijah 1446 hijriah, konjungsi akan terjadi pada Selasa (27/5/2025). Yakni pada pukul 10.02.15 WIB.
Di wilayah Indonesia pada Selasa (27/5/2025), waktu matahari terbenam paling awal adalah pukul 17.25.48 WIT di Merauke, Papua. Sedangkan waktu matahari terbenam paling akhir adalah pukul 18.48.46 WIB di Sabang, Aceh.
"Dengan memperhatikan waktu konjungsi dan matahari terbenam, dapat dikatakan konjungsi terjadi sebelum matahari terbenam pada tanggal 27 Mei 2025 di wilayah Indonesia," ujarnya.
Merujuk pada berbagai sumber, konjungsi dalam konteks BMKG adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada fenomena ketika bulan, bumi, dan matahari berada dalam satu garis lurus. Konjungsi ini juga sering disebut sebagai ijtimak, dan merupakan peristiwa penting dalam perhitungan awal bulan Hijriah, seperti bulan Ramadan dan Dzulhijah.
"Secara astronomis, bagi yang menerapkan rukyat (pengamatan), pelaksanaan rukyat hilal penentu awal bulan Dzulhijah 1446 Hijriah dalam penentuannya adalah setelah matahari terbenam pada tanggal 27 Mei 2025," terangnya.
Sementara bagi yang menerapkan hisab atau perhitungan dalam penentuan awal bulan Dzulhijah 1446 hijriah, perlu diperhitungkan kriteria-kriteria hisab. Yakni saat matahari terbenam pada tanggal 27 Mei 2025 tersebut.
Perlu diketahui, ketinggian hilal di Indonesia saat matahari terbenam pada 27 Mei 2025, berkisar antara 0,14° di Merauke, Papua, sampai dengan 3,24° di Sabang, Aceh. Sedangkan elongasi geosentris di Indonesia saat matahari terbenam pada 27 Mei 2025, berkisar antara 5,8° di Merauke, Papua sampai dengan 7,11° di Sabang, Aceh.
Baca Juga : Tampil di Osaka World Expo 2025 Jepang, Kota Batu Pukau Dunia Lewat Budaya dan Potensi Pariwisata
Elongasi geosentris adalah jarak sudut antara pusat piringan bulan dan pusat piringan matahari yang diamati dari permukaan Bumi. "Umur bulan di Indonesia saat matahari terbenam pada 27 Mei 2025, berkisar antara 5,39 jam di Merauke, Papua sampai dengan 8,78 jam di Sabang, Aceh," jelasnya.
Kemudian untuk lag atau selisih antara waktu terbenam bulan dan matahari di Indonesia saat matahari terbenam pada 27 Mei 2025, berkisar antara 2,02 menit di Merauke, Papua sampai dengan 18,1 menit di Sabang, Aceh.
Sementara itu, fraksi iluminasi bulan di Indonesia saat matahari terbenam pada 27 Mei 2025, berkisar antara 0,24 persen di Jayapura, Papua sampai dengan 0,32 persen di Banda Aceh, Aceh.
Fraksi iluminasi bulan (FIB) adalah persentase perbandingan antara luas piringan bulan yang tercahayai oleh matahari dan menghadap ke pengamat di bumi, dengan luas seluruh piringan bulan. Artinya, semakin besar FIB, berarti semakin banyak bagian bulan yang terlihat terang oleh pengamat di bumi.
"Pada tanggal 27 Mei 2025, dari sejak matahari terbenam hingga bulan terbenam tidak ada objek astronomis lainnya yang jarak sudutnya lebih kecil daripada 10° dari bulan," pungkasnya.