JATIMTIMES - Dalam Islam, rumah bukan sekadar tempat berlindung, melainkan pusat keberkahan yang mencerminkan harmoni spiritual. Namun, realita menunjukkan banyak rumah kaum muslimin justru jauh dari nilai-nilai syariat.
Mulai dari lalai salat, hiruk-pikuk musik, hingga interaksi yang melanggar batas. Lantas, seperti apa kriteria rumah yang diridhai Allah SWT dan Rasul-Nya? Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Muslim menggambarkan rumah yang diisi zikir bagai “orang hidup”, sementara yang kosong dari ibadah laksana “mayat”. Sabda ini bukan metafora semata, melainkan cerminan hakiki: rumah adalah cerminan hati penghuninya.
Baca Juga : Narasi Tercecer Pemberontakan Pulung Ponorogo 1885: Kami Datang untuk Membunuh Belanda
Rumah ideal dalam Islam memiliki beberapa ciri. Pertama adalah rumah yang dijadikan pusat ibadah. Salat sunnah, misalnya, menjadi penanda hidupnya sebuah rumah. Nabi SAW bersabda, “Jadikan rumah kalian sebagai tempat salat, jangan seperti kuburan” (HR. Bukhari-Muslim). Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menegaskan, salat sunnah di rumah mengundang ketenangan dan menjauhkan aura “kematian” spiritual.
Kedua, lantunan Al-Qur’an adalah “napas” rumah muslim. Kitab suci ini bukan hanya dibaca, tapi dijadikan panduan hidup. Rasulullah SAW menyebut, rumah yang rutin dibacakan Surat Al-Baqarah akan dijauhi setan.
“Janganlah engkau jadikan rumahmu seperti pekuburan, sesungguhnya syaitan lari tunggang langgang dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al Baqarah.” (HR. Muslim).
Ketiga, rumah harus menjadi ruang belajar agama. Nabi SAW menyebut majelis ilmu sebagai “taman-taman surga” (HR. Ahmad). Diskusi keluarga tentang halal-haram, pengajian kecil, atau sekadar membacakan hadis sebelum tidur bisa menjadi fondasi.
Rasulullah bersabda, "Jika Engkau melewati taman-taman surga maka singgahlah!” Para sahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah! Apakah taman-taman surga itu?". Rasulullah menjawab, "Yaitu majelis-majelis zikir.” (HR. Ahmad).
Baca Juga : Posisi Tempat Tidur yang Baik dalam Islam dan Fengsui
Rumah yang dipenuhi zikir akan menjadi magnet bagi malaikat pembawa rahmat. Sebaliknya, kemungkaran mengundang setan. Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mengingatkan: “Syaitan masuk melalui celah kelalaian mulai dari gosip, tontonan haram, hingga musik yang melalaikan.”
Di tengah gempuran gadget dan konten negatif, menjaga rumah sebagai “sanctuary” (tempat suci) butuh komitmen. Mematikan TV saat azan, mengganti musik dengan murotal, atau membuat sudut baca Qur’an bisa menjadi langkah awal. Membangun rumah yang diberkahi bukan perkara instan. Butuh konsistensi, doa, dan kolaborasi seluruh anggota keluarga.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Tha-Ha: 14, “Dirikanlah salat untuk mengingat-Ku.” Mari jadikan rumah sebagai cermin iman dimulai dari diri sendiri, hari ini. Wallahu a’lam bish-shawab.