JATIMTIMES - Sebuah investigasi soal produksi tahu di daerah dekat Surabaya tengah viral. Hal ini terjadi setelah kreator konten Andrew Fraser membongkar praktik penggunaan sampah plastik sebagai bahan bakar dalam proses produksi tahu di sejumlah pabrik rumahan.
"Ini dia hal tergila yang pernah aku lihat tentang sampah di Indonesia. Ini bisa ngeracunin jutaan orang loh," ujar Andrew, dikutip dari kanal YouTube-nya, Jumat (2/5/2025).
Dalam video tersebut, Andrew menyebut ada sebuah desa yang terletak tak jauh dari Surabaya, yang menjadi lokasi puluhan pabrik tahu menggunakan sampah plastik untuk memasak. Sampah tersebut digunakan untuk merebus air, mengukus, menggoreng, bahkan mengasapi tahu yang diproduksi.
“Dekat dengan Surabaya, ada 1 desa dengan belasan pabrik tahu yang pakai sampah plastik. Mulai dari rebus air, mengukus menggoreng, sampai mengasapi tahunya,” lanjut Andrew.
Lebih mengkhawatirkan lagi, pabrik-pabrik ini disebut menjadi penyuplai utama tahu ke ribuan toko dan restoran di kawasan Indonesia Timur. “Tapi pabrik-pabrik ini jadi supplier ribuan restoran dan toko di Indonesia timur, kebayang enggak berapa juta orang yang makan tahu kayak gini setiap hari?” tambahnya.
Dalam cuplikan video yang dibagikan, tampak tumpukan sampah berada di samping tahu yang sedang diproses. Asap dari pembakaran sampah plastik mengepul dan mengelilingi area produksi.
Fenomena ini lantas mendapat sorotan dari kalangan medis. Dokter umum sekaligus certified nutrition & health coach dr Dion Haryadi menjelaskan bahwa pembakaran plastik bisa menghasilkan senyawa berbahaya.
"Kenapa ini perlu diperhatikan? Karena pembakaran sampah plastik ini bisa menghasilkan senyawa dioksin, yang termasuk sebagai karsinogenik kelas 1," ungkap dr Dion, dikutip Instagramnya @dionharyadi.
Menurut dia, dioksin dapat masuk ke tubuh manusia melalui pernapasan maupun makanan. "Dioksin ini bisa masuk lewat saluran nafas atau juga lewat makanan. Nah, populasi yang paling rentan adalah mereka secara kronis mengkonsumsi dan menghirup asap ini," jelasnya.
"Terutama yang lebih rentan lagi yang lebih bahaya adalah ibu hamil dan janinnya serta balita." tambahnya.
Yang tak kalah mengkhawatirkan, dr Dion mengungkap temuan dari penelitian IPEN (International Pollutants Elimination Network) pada 2019. Studi itu meneliti kandungan dioksin dalam telur ayam kampung yang dipelihara di daerah sekitar lokasi pembakaran sampah plastik.
“Hasilnya ditemukan kandungan dioksin itu tertinggi kedua di dunia, selisih dikit dengan nomor satu yaitu di Vietnam, di tanah bekas perang Vietnam, di mana dioksin itu dulu digunakan untuk kebutuhan perang,” ungkap dr Dion.
Namun, kata dr Dion, kadar dioksin dalam tahu yang diproduksi di wilayah Surabaya itu belum diperiksa secara menyeluruh. "Ini pada telurnya ya, sedangkan kadar dioksin pada tahunya itu nggak dicek dulu. Tapi harusnya, sekarang seharusnya dilakukan pemeriksaan," tambahnya.
Sama halnya dengan Andrew, dr Dion pun menilai bahwa persoalan ini tidak bisa dilihat secara hitam putih. Menurut dia, para pembuat tahu sebenarnya tidak ingin menggunakan sampah plastik sebagai bahan bakar, namun karena alasan ketersediaan dan biaya, pilihan mereka sangat terbatas.
"Persoalan yang sulit, mereka yang membakar sampah juga seharusnya nggak pingin menggunakan sampah sebagai bahan bakar, tapi yang tersedia secara mudah ya itu," ujarnya.
Meski ada alternatif lain seperti kayu dan sabut kelapa, namun harga dan ketersediaannya tidak menentu. "Dan alternatifnya yang mereka gunakan juga ya sebagian, seperti kayu dan sabut kelapa, itu fluktuatif harganya. Jadi bukan persoalan sederhana yang sekedar 'ya udah jangan pakai sampah plastik lagi buat jadi bahan bakar gitu ganti aja sama kayu gitu'. Nggak, nggak sesimpel itu perlu ada andil dari pemerintah soal ini,” tegas dr Dion.
Dokter Dion berharap, dengan viralnya video ini, pemerintah bisa turun tangan menyelesaikan masalah ini secara menyeluruh dan jangka panjang. “Dan semoga dengan lebih viralnya ya kasus ini, akan ada solusi yang lebih baik dan jangka panjang dari pemerintah,” harapnya.
Ia pun menambahkan bahwa sebenarnya isu ini sudah mencuat sejak 2019, namun belum mendapat perhatian yang memadai. “Udah lumayan rame juga ternyata ya dari tahun 2019 tapi tenggelam,” pungkas dr Dion.
Home
Peristiwa
Heboh Tahu di Surabaya Diproduksi dengan Bakar Sampah Plastik, Ini Bahayanya Menurut Dokter
Heboh Tahu di Surabaya Diproduksi dengan Bakar Sampah Plastik, Ini Bahayanya Menurut Dokter
Penulis : Binti Nikmatur - Editor : Yunan Helmy
admin
1 min read
