JATIMTIMES - Musim kemarau 2025 diprediksi mulai menyapa sejumlah wilayah di Jawa Timur dalam waktu dekat. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Kelas II Jawa Timur menyampaikan, sebagian besar daerah di provinsi ini akan memasuki musim kemarau antara bulan April hingga Mei 2025.
"Secara umum, awal musim kemarau di Jawa Timur tahun ini diprediksi dimulai pada Maret hingga Juni 2025, dengan dominasi awal musim kemarau terjadi pada bulan Mei," demikian keterangan resmi @bmkg.iklimjatim, dikutip Senin (7/4/2025).
Baca Juga : Sistem Zonasi Ganti Domisili, Ini Besaran Kuota SPMB 2025 SMA/SMK di Jatim
BMKG mencatat, dari total 74 Zona Musim (ZOM) di Jatim, sebanyak 38 ZOM atau sekitar 51,4 persen diperkirakan akan masuk musim kemarau pada Mei 2025. Sementara 30 ZOM (44,6 persen) bakal mulai kemarau pada April, 2 ZOM (2,7 persen) pada Maret, dan sisanya 1 ZOM (1,4 persen) pada Juni.
Adapun wilayah yang diprediksi paling awal mengalami peralihan ke musim kemarau adalah bagian utara Bangkalan (ZOM 338) dan bagian timur Sumenep (ZOM 346), yakni pada dasarian III bulan Maret atau sekitar akhir bulan.
Sementara itu, daerah yang diperkirakan paling akhir masuk musim kemarau adalah bagian tenggara Kabupaten Malang dan barat daya Lumajang (ZOM 313), yaitu pada dasarian I Juni 2025.
Menurut BMKG, prediksi ini dipengaruhi oleh kondisi global seperti fenomena La Nina yang kini telah bertransisi ke fase netral, serta Indian Ocean Dipole (IOD) yang juga berada dalam kondisi netral. Keduanya diperkirakan tetap netral sepanjang musim kemarau tahun ini. "Puncak musim kemarau di Jawa Timur secara umum diprediksi akan terjadi pada Agustus 2025," imbuh BMKG.
Mengantisipasi dampak musim kemarau yang akan datang, BMKG memberikan sejumlah rekomendasi kepada berbagai sektor. Terutama bagi sektor pertanian dan perkebunan, BMKG mengimbau agar dilakukan penyesuaian jadwal tanam serta pemilihan komoditas yang sesuai dengan kondisi cuaca.
Di sektor kebencanaan, potensi kebakaran hutan dan lahan menjadi perhatian utama. BMKG menyarankan adanya langkah antisipasi di wilayah-wilayah yang diprediksi akan mengalami curah hujan di bawah normal.
Tak hanya itu, sektor lingkungan juga diminta waspada terhadap penurunan kualitas udara serta cuaca panas dan lembab yang bisa mengganggu kenyamanan masyarakat.
Baca Juga : Bisa Buat Mabuk, Satpol PP Surabaya Segel Stan Es KrimĀ
Untuk sektor energi, efisiensi penggunaan air menjadi penting. āPenghematan dan pengelolaan pasokan air perlu dilakukan untuk menjamin kelangsungan PLTA, irigasi, serta ketersediaan air baku,ā jelas BMKG.
Sedangkan sektor sumber daya alam didorong untuk mengoptimalkan sumber air alternatif dan menjaga distribusi air agar tetap efektif selama kemarau berlangsung.
BMKG juga mengingatkan masyarakat akan potensi kekeringan yang bisa mengganggu aktivitas harian. Sebagai bentuk mitigasi, BMKG telah menyiapkan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) guna mengisi waduk dan menjaga ketersediaan air, sambil tetap memperhatikan masa panen di sektor perkebunan.
"Langkah antisipatif perlu dilakukan sejak dini agar dampak musim kemarau bisa diminimalkan," tutup BMKG.