free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Peristiwa

Uskup Surabaya Romo Didik Akui Dekat dan Sempat Pelajari Islam di Lingkungan Nahdlatul Ulama

Penulis : M. Bahrul Marzuki - Editor : Nurlayla Ratri

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Uskup Surabaya Monsinyur Agustinus Tri Budi Utomo

JATIMTIMES - Pada pertengahan Maret yang berbarengan dengan bulan Ramadan ini, Uskup Surabaya Monsinyur Agustinus Tri Budi Utomo atau yang biasa disapa Romo Didik menggelar Pameran Lukisan Rasa Retreat dengan mengambil tema Art and Faith.

Pameran lukisan bertempat di Aula Maria, Katedral Hati Kudus Yesus Surabaya. Yang telah dimulai sejak akhir Februari lalu hingga 23 Maret nanti dan terbuka untuk umum.

Baca Juga : Heboh! Kim Soo Hyun Diduga Pernah Pacari Mendiang Kim Sae Ron, Sang Aktor Membantah

Di sana total ada 18 lukisan karya Romo Didik yang dipamerkan. Romo Didik mengakui jika melukis adalah sebuah hobby bagi dirinya. Karena sebelum sempat masuk sekolah Teologi dahulu terlebih dahulu ingin kuliah dengan mengambil jurusan seni ataupun mengambil jurusan lain nuklir.

Bagi Romo Didik melukis tidak bisa dilepaskan begitu saja dalam keseharian. Selain memang hobi juga untuk bisa membantu sesama.

"Kalau lukisannya laku uangnya bisa buat membantu siswa yang tidak bisa bayar sekolah. Banyak juga mahasiswa yang tidak bisa membayar pendidikan kuliah di luar sana," ucapnya saat Talk Show Bishop's Love Affair, di Gereja Katedral Hati Kudus Yesus, Selasa (11/3).

Salah satu lukisan Romo Didik adalah sebuah lukisan tentang toleransi beragama. Dimana dia melukis ulang foto Paus Francis saat berpelukan dengan Imam Besar Masjid Al Azhar, Kairo Syeikh Ahmed al-Tayeb. Bagi dia itu adalah sebuah arti dari cinta tanpa syarat.

Romo Didik sendiri mengaku dekat dengan tradisi keislaman. Khususnya Islam Kejawen yang lebih dekat pada Nahdlatul Ulama.

Karena Romo Didik dahulunya lahir di Desa Pandansari, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi. "Saya dekat dengan tradisi Muslim. Karena banyak juga keluarga yang Islam," ujarnya 

Romo Didik bahkan secara tegas mengakui jika dirinya dahulu terlahir sebagai Muslim. "Kemudian kelas 4 SD saya pindah agama karena ikut orang tua," tegasnya.

Dengan latar belakang inilah Romo Didik mengaku tidak memiliki rasa benci terhadap Agama apapun. Karena sudah biasa hidup dalam keberagaman.

Baca Juga : Asbabun Nuzul Surat Al-Qadr: Sejarah dan Keutamaannya

Romo Didik menjelaskan, di tempat asalnya di Ngawi, Islam yang berkembang adalah Islam Kejawen yang lebih dekat pada tradisi Nahdlatul Ulama. "Tidak ada faham Islam lainnya yang di luaran," beber dia.

Romo Didik juga sempat mengapresiasi keberadaan Wali Songo di Pulau Jawa. Yang dianggap mampu mengembangkan faham Islam yang moderat. "Sehingga lahirlah istilah Islam Nusantara," tuturnya.

Bagi Romo Didik, Wali Songo adalah sosok yang benar-benar jenius. Karena mampu menyebarkan faham Islam yang terlahir dari Arab dan kemudian mampu diterima dengan baik oleh masyarakat Jawa yang saat itu masih menganut faham Hindu dan Budha.

Romo Didik juga menambahkan bahwa banyak kesamaan tradisi antara Katolik dengan Nahdlatul Ulama. Salah satunya pada pemahaman teks klasik atau pun teks suci Agama.

 Karena untuk menafsirkannya tidak boleh dilakukan secara sembarangan dan harus oleh seorang yang memang memiliki disiplin ilmu bahasa ataupun tertentu dan juga terdidik.

"Karena itu cara berpikirnya jika kami (Katolik) bisa dibilang lebih dekat dengan Nahdlatul Ulama," imbuh dia.