JATIMTIMES - Ketua Umum Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) Boy Kelana Soebroto menekankan bahwa perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) membawa dampak besar terhadap cara kerja dunia kehumasan. Ia menyebut, meskipun AI memberikan banyak kemudahan, tantangan yang dihadapi para praktisi humas justru semakin kompleks.
Menurut Boy Kelana, tantangan utama bukan sekadar menguasai teknologi, melainkan bagaimana humas tetap dapat mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan, kepekaan sosial, dan integritas di tengah derasnya arus digitalisasi. AI memang mampu mengotomatisasi berbagai pekerjaan teknis seperti menyusun konten, menganalisis tren, hingga merespons publik secara cepat. Namun, sentuhan manusia yang menciptakan kedalaman makna dalam komunikasi tidak bisa digantikan.
Baca Juga : Program Bayi Tabung Morula IVF Hadir di Malang: From Prayers to Miracle
Dalam pandangan Boy, kehadiran AI berpotensi mereduksi dimensi emosional dalam komunikasi jika tidak digunakan secara bijak. Selain itu, perkembangan AI berpotensi membawa risiko baru seperti penyebaran disinformasi dan manipulasi opini publik. Teknologi seperti deepfake, chatbot otomatis, hingga konten yang dihasilkan oleh algoritma dapat digunakan untuk tujuan yang tidak etis apabila tidak diatur dengan baik.
Menanggapi kondisi ini, Perhumas telah menyusun draf kode etik khusus yang mengatur penggunaan AI dalam praktik kehumasan. Dokumen tersebut disiapkan sebagai panduan moral dan profesional agar pemanfaatan teknologi ini tetap berada dalam koridor etis dan bertanggung jawab.
Lebih lanjut Boy menekankan, bahwa humas harus hadir sebagai penjaga narasi yang jujur, transparan, dan membangun kepercayaan publik, bukan hanya sebagai pengguna teknologi. Terlebih, di era keterbukaan informasi saat ini, masyarakat semakin kritis dan menuntut akuntabilitas dari setiap pesan yang mereka terima.
“AI bisa membantu mempercepat kerja kita, tapi hanya manusia yang bisa memahami makna dan membangun kepercayaan. Jadi, teknologi ini harus memperkuat nilai, bukan menggantikannya,” kata Boy belum lama ini saat hadir dalam sebuah kegiatan di Malang.
Sementara itu, pemanfaatan AI oleh institusi-institusi kehumasan di Indonesia belum sepenuhnya optimal. Banyak organisasi yang masih terkendala oleh kurangnya pemahaman teknologi, keterbatasan infrastruktur, serta minimnya pelatihan SDM di bidang kehumasan digital. Oleh karena itu, Boy menilai perlunya peningkatan literasi teknologi dan penguatan kapasitas praktisi humas agar dapat bertransformasi secara menyeluruh.
Baca Juga : Poster Film Knock-Off Tampilkan Kim Soo Hyun, Langsung Tuai Pro-Kontra Netizen
Ia berharap, cabang-cabang Perhumas di berbagai daerah, termasuk Malang Raya, dapat menjadi motor penggerak dalam membekali para praktisi humas dengan keterampilan digital, memperluas kolaborasi lintas sektor, dan memperkuat ekosistem komunikasi yang sehat dan etis. Peran humas di masa depan, menurut dia, tidak hanya sebagai pelaksana teknis, melainkan sebagai pemimpin strategi komunikasi yang mampu menavigasi tantangan zaman.