JATIMTIMES - Langkah strategis untuk memperkuat jejaring ekonomi regional digagas Wali Kota Blitar, H. Syauqul Muhibbin, S.H.I—akrab disapa Mas Ibin—dengan menandatangani nota kesepahaman kerja sama antardaerah, Jumat (20/6/2025). Penandatanganan tersebut dilakukan dalam suasana meriah Bazar Blitar Djadoel 2025, dan diikuti oleh sejumlah kepala daerah dari Kota Surabaya, Depok, Bekasi, Surakarta, Jombang, Mojokerto, serta mitra swasta seperti Indomaret.
Mas Ibin menyebut kerja sama ini sebagai langkah konkrit membangun ekosistem ekonomi baru yang saling menopang antarwilayah. Menurutnya, kekuatan masing-masing daerah akan lebih berdampak apabila disinergikan ke dalam rantai pasok terpadu. Kota Blitar, ujar dia, telah menyiapkan diri dengan mengembangkan sektor peternakan—terutama produksi telur—dan mendorong kebangkitan UMKM lokal sebagai tulang punggung ekonomi masyarakat.
Baca Juga : Haul Bung Karno ke-55, Wali Kota Blitar: Hidupkan Pancasila dan Trisakti, Jangan Lupakan Sejarah
“Kami ingin membentuk tata kelola ekonomi baru, di mana daerah saling menguatkan. Salah satu wujud nyatanya adalah pendirian Blitar Trade Center. Dari sinilah distribusi komoditas unggulan kami akan bergerak ke berbagai wilayah mitra,” ujar Mas Ibin dalam pernyataan yang disampaikan di sela penandatanganan.
Blitar Trade Center yang kini tengah dipersiapkan, dirancang sebagai simpul distribusi hasil peternakan dan produk UMKM dari Blitar menuju pasar regional. Dengan konsep distribusi terpadu dan kolaboratif, pusat niaga ini akan menjadi wajah baru Kota Blitar dalam mendorong pemerataan ekonomi antarwilayah.
Khusus sektor peternakan, Blitar selama ini dikenal sebagai salah satu daerah produsen telur terbesar di Jawa Timur. Potensi inilah yang kemudian menjadi daya tarik utama bagi Kota Surabaya. Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, secara tegas menyebut bahwa pihaknya menggandeng Blitar karena konsistensi daerah ini dalam menjaga produktivitas dan kualitas komoditas unggulan.
Menurut Eri, Surabaya memiliki kebutuhan komoditas pangan yang tinggi setiap hari, mulai dari beras, sayur, hingga telur. Dalam catatan neraca komoditas Kota Surabaya, kebutuhan akan telur menjadi salah satu yang paling krusial. Blitar dinilai paling siap untuk memenuhi kebutuhan tersebut secara berkelanjutan.
“Surabaya sangat terbantu dengan produksi telur dari Blitar. Kami percaya kolaborasi ini akan memperkuat ketersediaan komoditas pokok bagi warga kota. Apalagi koperasi seperti Koperasi Merah Putih yang aktif di dua kota ini bisa dimanfaatkan sebagai motor distribusi,” kata Eri.
Ia menambahkan, peran koperasi menjadi penting dalam mendorong ekonomi gotong royong. Dengan menghubungkan produksi Blitar dan kebutuhan Surabaya melalui jalur koperasi, proses distribusi akan lebih efisien dan manfaat ekonomi bisa langsung dirasakan masyarakat. Ia optimistis pendekatan ini mampu menekan angka kemiskinan dan pengangguran terbuka, khususnya di wilayah perkotaan.
Baca Juga : Selaras dengan Visi Kota Kediri, Mbak Wali Apresiasi Karya Kreatif Mataraman 2025
Lebih dari sekadar pasokan pangan, kerja sama ini juga membuka jalan bagi pertukaran produk UMKM. Kota Blitar, yang tengah giat memasarkan produk kerajinan dan olahan makanan lokal, kini memiliki peluang memperluas pasar hingga ke kota-kota besar mitra. Dengan jaringan distribusi yang dibangun secara kolektif, pelaku usaha kecil akan mendapatkan ruang tumbuh yang lebih luas.
Mas Ibbin menyampaikan bahwa kesepahaman antarwilayah ini bukan kerja sama simbolik. Ia memastikan seluruh mekanisme lanjutan akan dikawal serius, mulai dari pembentukan tim koordinasi, penyusunan skema logistik, hingga dukungan infrastruktur yang memadai.
“Kami tidak berhenti di penandatanganan. Akan ada tindak lanjut teknis dan implementasi di lapangan. Harapannya, ini menjadi model pembangunan ekonomi yang saling menghidupi,” tuturnya.
Dengan langkah progresif ini, Kota Blitar menapaki jalur baru sebagai simpul distribusi komoditas dan pusat pertumbuhan UMKM di wilayah Jawa. Lewat visi kepemimpinan Mas Ibin yang kolaboratif, ekonomi daerah tidak lagi berjalan sendiri-sendiri, melainkan menyatu dalam jaringan yang saling menguatkan.