free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Pendidikan

Gebrakan Inklusif dan Kolaboratif Dekan Baru FISIP UB, Dr. Ahmad Imron Rozuli

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya, Dr. Ahmad Imron Rozuli, S.E., M.Si. baru dilantik untuk periode 2025-2030 (foto: Anggara Sudiongko/MalangTimes)

JATIMTIMES – Langkah besar tengah digagas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) di bawah kepemimpinan dekan barunya, Dr. Ahmad Imron Rozuli, S.E., M.Si. 

Resmi dilantik untuk periode 2025–2030, Imron langsung mengusung misi besar: menjadikan FISIP UB sebagai ruang akademik inklusif yang berdampak sosial nyata, sekaligus memperkuat kolaborasi lintas wilayah dan internasional.

Baca Juga : Ini Merek dan Spesifikasi Laptop Pengadaan Kemendikbud yang Kini Jadi Sorotan

Imron menegaskan, pentingnya membangun lingkungan kampus yang betul-betul inklusif. Menurutnya, inklusivitas bukan sekadar wacana atau simbol, melainkan harus hadir nyata mulai dari cara berpikir individu hingga pada tata kelola kelembagaan. “Keterbukaan bukan hanya soal teman-teman difabel. Ini tentang membangun pola pikir dan tata kelola yang ramah dan setara bagi siapa saja, baik di internal kampus maupun dalam kemitraan eksternal,” ujarnya.

Komitmen ini telah diwujudkan, antara lain dengan penyediaan fasilitas ramah disabilitas yang menjadi rujukan dalam pelaksanaan UTBK. FISIP UB bahkan menjadi lokasi favorit bagi peserta berkebutuhan khusus karena kelengkapan sarana dan perhatian penuh yang diberikan. Tak berhenti di situ, Imron menekankan bahwa inklusivitas sejati berarti membangun relasi setara, penuh perhatian, dan tanpa stigma, baik untuk mahasiswa, dosen, maupun masyarakat luas.

Selain inklusivitas, Imron membawa semangat kuat untuk memperkuat interkoneksi dan kolaborasi, khususnya dengan kawasan Indonesia Timur. “Kami ingin mendorong afirmasi dan habituasi bagi mahasiswa dari wilayah Nusa Tenggara, Maluku, hingga Papua. Tidak hanya sekadar memberi akses, tapi juga menghapus stigma miring dan membangun kebersamaan dalam bingkai keindonesiaan,” katanya.

Saat ini, FISIP UB telah menjalin komunikasi aktif dengan tiga gubernur di Papua sebagai langkah awal memperluas jejaring dan aksi nyata di wilayah-wilayah tersebut. Langkah strategis itu sekaligus menjadi bentuk dukungan FISIP UB terhadap program-program prioritas nasional, mulai dari rekonsiliasi nasional, ketahanan pangan, hingga program makan gratis bergizi. 

“Kami siap mengerahkan sumber daya untuk mendukung program strategis presiden, tentu dengan tetap mengedepankan dampak sosial yang nyata,” tambahnya.

Baca Juga : RPJMD Magetan 2025–2029: Ketua DPRD Tegaskan Harus Jadi Cerminan Aspirasi Rakyat

Di tingkat global, Imron juga menargetkan internasionalisasi kampus yang tidak hanya berhenti pada urusan ranking, tetapi juga memberi manfaat sosial. FISIP UB akan memperkuat arena riset kolaboratif bagi peneliti dalam dan luar negeri, serta mendorong riset yang berdampak pada sektor industri kecil, pariwisata, dan ekonomi kreatif. “Reputasi itu penting, tetapi lebih penting lagi adalah bagaimana perguruan tinggi memberi kontribusi positif bagi masyarakat,” jelasnya.

Target ambisius pun dipatok: dalam lima tahun ke depan, FISIP UB diharapkan mampu mendorong ranking QS by subject bidang sosial ke level 400 besar dunia dan memperbaiki posisi universitas secara keseluruhan yang kini berada di kisaran 600+. Imron menegaskan, pencapaian itu akan diraih melalui peningkatan kualitas publikasi, penguatan khasanah keilmuan, dan yang utama, lahirnya gagasan-gagasan pemikiran yang bermanfaat bagi bangsa.

“Kampus harus menjadi kawah candradimuka yang mengasah dan mengasuh generasi penerus, sejalan dengan nilai luhur Ki Hajar Dewantara: ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani,” pungkasnya.