free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Agama

Strategi Jenius Salman Al-Farisi, Pembuat Parit Pengubah Arah Perang Khandaq

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Nurlayla Ratri

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Ilustrasi (pixabay)

JATIMTIMES – Nama Salman Al-Farisi tak sekadar tercatat sebagai sahabat Nabi Muhammad SAW. Ia adalah arsitek di balik strategi revolusioner yang menyelamatkan kaum Muslimin dalam Perang Khandaq, sebuah inovasi militer brilian yang mengubah peta pertempuran dan menyalakan kembali semangat pasukan yang sempat tertekan. Kisahnya, dari mantan penyembah api menjadi pahlawan Islam, adalah bukti nyata pencarian hakiki akan kebenaran.

Sebelum memeluk Islam, Salman bukanlah sosok biasa. Lahir dalam lingkungan Majusi (penyembah api), ia bahkan putra seorang kepala suku di Persia yang bertugas menjaga nyala api suci. Perjalanan panjang dan berliku dilaluinya dalam mencari kebenaran sejati, seperti diungkap dalam buku-buku sejarah seperti Tafsir Surat Al-Fatihah (Idrus Abidin) dan Tokoh-Tokoh yang diabadikan Al-Quran (Abdurrahman Umairah). Pengorbanan dan ketekunannya dalam mencari hidayah berbuah keislaman yang tulus.

Baca Juga : Nasi Pecel dan Ramalan di Tepian Kali Opak: Ki Ageng Karang Lo dalam Sejarah Mataram

Keistimewaan Salman bahkan diabadikan dalam Al-Qur'an. Para ahli tafsir, seperti dalam Tafsir at-Thabari, menyebutkan Surat Al-Baqarah ayat 62 turun berkenaan dengan dirinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang sabi'in, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebaikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati." (QS. Al-Baqarah: 62).

Peran krusial Salman terukir dalam Perang Khandaq (Parit) pada bulan Syawal tahun ke-5 Hijriyah di Madinah. Perang ini meletus akibat dendam kaum Yahudi, terutama Bani Nadhir yang terusir, yang kemudian bersekongkol dengan suku-suku Quraisy Mekkah dan sekutunya. Lebih memilahkan, Bani Quraizhah, yang terikat perjanjian damai dengan kaum Muslimin, turut berkhianat dan memihak musuh, seperti dijelaskan secara rinci dalam Fikih Sirah (Dr. Said Ramadhan Al-Buthy).

Di tengah kepungan pasukan koalisi yang jauh lebih besar dan ancaman kehancuran yang nyata, muncul ide brilian dari Salman Al-Farisi. Berdasarkan pengetahuannya tentang taktik pertahanan di tanah Persia, ia mengusulkan strategi yang sama sekali baru di Jazirah Arab: menggali parit besar sebagai garis pertahanan.

"Parit harus digali agak lebar dan dalam di muka pagar kota Madinah," usul Salman, seperti dikisahkan dalam Perang Khandaq dan Pengkhianatan Bani Quraizhah (Abdurrohman Asy-Syarqawi dkk). 

Strateginya cerdas: pasukan Muslim bertahan di balik parit. Jika musuh mendekat, sebagian pasukan akan menampakkan diri sebagai umpan. Saat musuh berusaha menyeberangi parit yang lebar dan dalam itu, mereka menjadi sasaran empuk serangan kaum Muslimin.

Baca Juga : Rekayasa Lalu Lintas Satu Arah di Jalan Kahuripan Mampu Urai Macet

Gagasan Salman ini bukan hanya disetujui, tetapi juga dikagumi langsung oleh Rasulullah SAW. Seperti dicatat dalam Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X (H. Abu Achmadi dan Sungarso), inilah pertama kalinya strategi penggalian parit digunakan dalam sejarah peperangan Islam. Kejeniusan strategi yang diadopsi dari luar tradisi Arab ini menjadi bukti nyata sumbangsih pemikiran lintas budaya dalam membangun peradaban Islam.

Dampaknya pun seketika terasa. Gagasan Salman bagai oase di tengah gurun keputusasaan. Mayoritas pasukan Muslim yang sempat dilanda kekhawatiran dan ketakutan, tiba-tiba tersulut kembali semangat juangnya. Mereka bersatu padu, bahu-membahu menggali parit besar yang menjadi benteng pertahanan terakhir Madinah.

Strategi "parit" Salman Al-Farisi terbukti efektif. Pasukan koalisi yang gagap menghadapi taktik baru ini akhirnya mengalami kebuntuan dan kekalahan. Inovasi seorang mantan penjaga api dari Persia itu tidak hanya menyelamatkan Madinah saat itu, tetapi juga menjadi warisan taktik militer jenius dalam sejarah Islam, mengajarkan bahwa terkadang, pertahanan terkuat bermula dari sebuah ide cemerlang dan sekop yang pertama kali menancap di tanah.