free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Serba Serbi

Tradisi Unik Sambut Jemaah Haji di lndonesia, dari Gentong Air hingga Ratiban

Penulis : Binti Nikmatur - Editor : A Yahya

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Potret seni Ratiban betawi, salah sati tradisi menyambut bulan haji. (Foto: laman seni budaya betawi)

JATIMTIMES - Musim haji di Indonesia tak hanya identik dengan momen spiritual, tapi juga lekat dengan tradisi lokal. Di berbagai wilayah Nusantara, kepulangan maupun keberangkatan jemaah haji kerap disambut dengan ritual khas yang mencerminkan budaya dan rasa syukur masyarakat.

Berikut ini JatimTIMES rangkum tradisi-tradisi unik dari berbagai daerah di Indonesia yang menyambut momen haji: 

1. Ratiban

Baca Juga : Apa Itu Haji Mabrur? Ini Penjelasannya, Lengkap dengan Tanda-tandanya

Warga Betawi punya cara tersendiri melepas kepergian jemaah haji ke Tanah Suci. Tradisi ini dikenal dengan sebutan ratiban. Dalam pelaksanaannya, warga akan berkumpul dan melantunkan berbagai bentuk dzikir yang telah disusun rapi, seperti tahlil, tahmid, tasbih, hingga istighfar.

Secara bahasa, “ratib” berasal dari kata Arab yang berarti menyusun dan mengatur. Ratiban biasanya digelar di rumah keluarga calon jemaah haji dan melibatkan kerabat serta tetangga sekitar. Menariknya, bagi keluarga yang berkecukupan secara ekonomi, ratiban bisa dilangsungkan selama 40 hari berturut-turut hingga jemaah kembali ke tanah air.

2. Gentongan Air

Jika berkunjung ke Cirebon saat musim haji, jangan heran bila melihat gentong berisi air diletakkan di depan rumah warga. Tradisi ini disebut gentongan, yakni kebiasaan menyediakan air minum gratis bagi siapa saja yang melintas.

Gentong yang digunakan biasanya terbuat dari tanah liat dengan penutup dari anyaman bambu. Di sampingnya, tersedia beberapa gelas yang bisa digunakan masyarakat secara bebas.

Menurut sejarah yang dikutip dari laman UIN Walisongo, tradisi ini muncul karena dulu perjalanan haji sangat panjang dan penuh risiko. Warga yang akan berhaji berharap diberi kemudahan dengan cara bersedekah, salah satunya melalui air minum. Bahkan, menurut Saptaji, Kepala Bidang Kebudayaan Disbudparpora Kabupaten Cirebon, tradisi ini diyakini sudah berlangsung sejak 600 tahun lalu.

3. Ninjau Haji di Bali

Di Kabupaten Jembrana, Bali, terdapat tradisi khas bernama ninjau haji. Tradisi ini berupa kegiatan mengantar jamaah haji oleh keluarga hingga ke pelabuhan atau bandara. Tradisi ini sudah berlangsung sejak abad ke-19, saat keberangkatan haji masih menggunakan kapal laut.

Pada masa lampau, keluarga mengantar calon jemaah hingga ke Pelabuhan Teluk Bunter. Dari sana, jemaah akan melanjutkan perjalanan ke Tanjung Tangis sebelum menyeberang ke tanah suci. Tradisi ini biasanya juga disertai dengan ziarah kubur dan permintaan doa dari keluarga yang belum bisa menunaikan ibadah haji.

Uniknya, setelah mengantar, keluarga kerap melanjutkan kegiatan dengan berwisata di sekitar lokasi pelabuhan sebagai bentuk hiburan sebelum berpisah dengan calon haji.

Baca Juga : Jemaah Haji Jatim Berangsur Pulang, 3 Kloter Perdana Tiba di Surabaya Hari Ini

4. Tepung Tawar di Riau
Di Riau, ada tradisi bernama tepung tawar yang dilangsungkan sebagai bagian dari persiapan keberangkatan haji. Tradisi ini merupakan ritual adat yang bertujuan untuk memohon keselamatan serta mengungkapkan rasa syukur.

Dalam praktiknya, daun perenjis yang telah diikat dicelupkan ke dalam air wangi, lalu dipercikkan ke tubuh orang yang akan berangkat haji. Pelaksana ritual juga menaburkan beras kunyit, bunga rampai, dan menyematkan doa-doa.

Tepung tawar bukan hanya dilakukan menjelang haji, tapi juga dalam berbagai kegiatan penting lainnya seperti pernikahan, khitanan, hingga menempati rumah baru. Tradisi ini sudah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kemendikbud sejak 2019.

5. Peusijuek dari Aceh
Masyarakat Aceh menyambut momen haji dengan tradisi peusijuek. Ini adalah ritual adat yang dilakukan sebagai bentuk doa dan harapan agar seseorang mendapat keberkahan serta keselamatan dalam perjalanannya.

Ritual ini dilakukan dengan menaburkan beras dan air tepung tawar ke jemaah. Setelah itu, nasi ketan disematkan di telinga kanan sebagai simbol keberuntungan. Biasanya juga disertai pemberian uang secara simbolis.

Tradisi peusijuek tidak hanya dilakukan untuk calon haji, tapi juga dalam berbagai kesempatan penting seperti pernikahan, membangun rumah baru, bahkan saat terjadi musibah.

Menurut catatan di laman Data Budaya Kemendikbud, jenis peusijuek sangat beragam, seperti peusijuek meulangga untuk mendamaikan konflik hingga peusijuek keurubeuen yang dilakukan saat berkurban.

Demikian berbagai ragam tradisi untuk menyambut momen haji. Semoga informasi ini bermanfaat.