JATIMTIMES - Micro-tourism atau wisata mikro adalah tren perjalanan yang fokus pada destinasi wisata lokal berskala kecil dan minim dampak terhadap lingkungan. Konsep ini semakin diminati setelah pandemi Covid-19 karena memberikan pengalaman otentik, hemat biaya, dan mendukung ekonomi masyarakat sekitar.
Tahun 2025, micro-tourism menjadi gaya liburan populer, terutama di daerah dengan kekayaan alam dan budaya seperti Malang dan Batu.
Baca Juga : Jangan Asal Nunggu, Ini Cara Cairkan BPNT Juni–Juli 2025 di Jawa Barat lewat KKS dan Pos
Berdasarkan data Dinas Pariwisata Jawa Timur, kunjungan wisatawan domestik ke destinasi lokal di Malang-Batu meningkat 17% pada kuartal pertama 2025 dibandingkan tahun sebelumnya. Sebagian besar wisatawan memilih aktivitas berbasis alam dan interaksi langsung dengan warga lokal.
Destinasi Micro-Tourism Populer di Malang-Batu
1. Agrowisata dan Petik Buah
Kusuma Agrowisata Batu: Wisata petik apel langsung dari pohon, edukasi pertanian, dan kuliner berbasis apel. Tiket Rp20.000–30.000.
Petik Apel Bumiaji: Alternatif kebun apel rakyat yang memberikan pengalaman lebih lokal. Tiket sekitar Rp25.000.
Petik Jeruk Dau: Musiman (Juli–September), cocok untuk wisata keluarga. Tiket Rp20.000.
Strawberry Highland Pujon: Kebun stroberi dengan latar pegunungan, ideal untuk anak-anak. Tiket Rp15.000.
2. Desa Wisata dan Kebun Bunga
Desa Sidomulyo: Dikenal sebagai "Desa Seribu Bunga", menawarkan edukasi budidaya bunga dan spot foto. Tiket Rp5.000.
Santerra de Laponte Pujon: Taman bunga bergaya Eropa yang populer di media sosial. Tiket Rp30.000–35.000.
Kampung Lampion (Kampung LA) Batu: Desa kreatif dengan lampu warna-warni dan fasilitas rekreasi anak.
3. Wisata Peternakan dan Alam
Peternakan Kuda Mega Star: Aktivitas berkuda, kebun bunga matahari, dan mini-zoo. Tiket Rp25.000.
Baca Juga : PLN UP3 Malang Gandeng PLN Insurance Lindungi Aset Kendaraan Dinas Pemkot Batu
Coban Talun, Coban Rais, Coban Putri: Air terjun alami yang mudah dijangkau, cocok untuk trekking ringan.
4. Wisata Kuliner dan Malam
Batu Night Spectacular (BNS): Wahana malam dengan lampion, kuliner, dan hiburan keluarga.
Kafe View Alam: Seperti Green Rock Cafe, Noi Coffee, dan Bylss Café menawarkan ngopi santai dengan pemandangan pegunungan.
Tips Menikmati Micro-Tourism
Agar pengalaman micro-tourism semakin bermakna, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama, pilihlah destinasi yang dekat dan mudah diakses, seperti area dalam radius 10–25 km dari pusat kota Malang atau Batu. Ini membantu menghemat waktu dan mengurangi jejak karbon.
Kedua, jangan ragu untuk berinteraksi langsung dengan warga lokal—dari ngobrol santai hingga mengikuti aktivitas seperti bertani atau membuat kerajinan. Ketiga, perhatikan musim kunjungan. Misalnya, musim petik jeruk hanya tersedia antara Juli hingga September, sementara air terjun lebih aman dikunjungi saat musim kemarau.
Terakhir, belanjalah produk lokal seperti makanan, oleh-oleh, atau hasil pertanian sebagai bentuk dukungan terhadap perekonomian masyarakat sekitar.
Kesimpulan
Micro-tourism di Malang-Batu bukan hanya tentang berlibur, tapi juga tentang membangun koneksi dengan alam dan masyarakat sekitar. Dengan mengunjungi tempat-tempat kecil namun autentik, kita turut berkontribusi pada pelestarian budaya dan lingkungan lokal. Ayo dukung pariwisata berkelanjutan mulai dari destinasi terdekat!