free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Hiburan, Seni dan Budaya

Gelar Tradisi Pencak Sumping Banyuwangi, Kades Tamansuruh Ingin Wujudkan Desa Pendekar

Penulis : Nurhadi Joyo - Editor : Nurlayla Ratri

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Gelaran tradisi seni Pencak Sumping di Dusun Mondoluko Desa Tamansuruh Kecamatan Glagah Banyuwangi (Istimewa)

JATIMTIMES - Tradisi seni Pencak Sumping kembali digelar oleh warga Dusun Mondoluko, Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha 1446 H atau pada Jumat sore (6/6/2025).

Menurut Kepala Desa (Kades) Tamansuruh, Teguh Eko Rahadi, pagelaran seni Pencak Sumping merupakan rangkaian ritual bersih desa atau Ider Bumi, yang dilaksanakan malam sebelum Idul Adha.

Baca Juga : Apa itu GTA V Roleplay dan Tips Cara Bermainnya!

Dalam ritual ini, warga mengelilingi desa sambil melantunkan adzan dan istighfar sebagai bentuk permohonan ampun kepada Allah serta doa keselamatan bagi desa.

“Pencak sumping ini khasanah budaya nusantara yang memiliki filosofi tinggi tidak hanya gerakan-gerakan silatnya. Oleh karenanya perlu ditumbuh kembangkan dan dilestarikan minimal nilai-nilai luhur masa lalu tetap menjadi jiwa dalam berkarya oleh generasi muda,” ujar Kang Teguh.

Dia ingin suatu saat Tamansuruh nanti akan semakin dikenal dengan salah satunya dengan mengedepankan pelestarian seni budaya pencak silat.

”Sehingga suatu saat nanti Tamansuruh akan dikenal sebagai desa pendekar,” tambahnya.

Dengan kombinasi antara nilai sejarah, seni bela diri, dan sajian kuliner khas, tradisi Mencak Sumping tidak hanya memperkuat identitas budaya lokal, tetapi juga membuka peluang besar dalam pengembangan wisata budaya di Banyuwangi.

Tradisi pencak sumping bagi masyarakat setempat bukan hanya menjadi bentuk upaya pelestarian seni bela diri pencak silat sebagai warisan leluhur. Melainkan juga menjadi daya tarik wisata budaya yang memikat wisatawan lokal maupun mancanegara. Bahkan mereka berpartisipasi turun ke gelanggang.

Salah seorang  wisatawan mancanegara asal Chili, Sebastian, mengaku terkesan saat melihat flyer kegiatan ini di media sosial. Tanpa ragu, ia pun datang langsung dan ikut meramaikan perhelatan budaya yang telah diwariskan lintas generasi.

“Merupakan pengalaman yang luar biasa bagi saya untuk ikut meramaikan kegiatan tradisional di sini. Saya turut bangga bisa bergabung dengan orang-orang yang penuh keramahtamahan,” ujar Sebastian. 

Baca Juga : Cara Cek Umur Akun Mobile Legends, Mudah dan Praktis!

Ratusan penonton pun bersorak-sorai menyemangati dan memberikan tepuk tangan kepada wisatawan mancanegara tersebut.

Mencak Sumping adalah pertunjukan pencak silat tradisional yang dipadukan dengan iringan musik khas Banyuwangi yang rancak. Para pendekar dari berbagai usia (anak-anak hingga lansia, laki-laki dan perempuan) menampilkan jurus-jurus silat dengan semangat  lincah dan energik, baik dengan tangan kosong maupun menggunakan senjata; pedang, sabit, toya dan lain sebagainya.

Dari cerita yang berkembang di warga desa setempat, Tradisi ini memiliki keterikatan erat dengan sejarah Dusun Mondoluko. Konon, pada masa penjajahan Belanda, seorang tokoh bernama Buyut Ido terluka parah (luko) hingga tubuhnya terkoyak (modol-modol), yang kemudian menjadi asal-usul penamaan "Mondoluko".

Selain aksi silat, acara ini juga menyuguhkan sumping, jajanan tradisional Banyuwangi berbahan dasar pisang yang dibungkus adonan tepung lalu dikukus (mirip dengan nagasari di daerah lain).

Uniknya, kue sumping bukan hanya disajikan sebagai suguhan kepada tamu, tetapi juga digunakan dalam atraksi silat sebagai bentuk pengakuan kemenangan. Pendekar yang menang akan ‘menyumpal’ mulut lawan yang kalah dengan kue sumping sebagai simbol humoris sekaligus penghormatan.