JATIMTIMES - Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun ajaran 2025-2026 telah dibuka. Meski kini pendaftaran dilakukan secara online, namun masih ada sekolah yang menerapkan SPMB secara offline.
Kondisi SPMB yang berlangsung secara offline tersebut ditemukan Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Malang saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke beberapa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN). Terbaru, agenda sidak oleh Komisi IV DPRD Kabupaten Malang tersebut berlangsung pada Senin (26/5/2025) di SMPN 1 Lawang dan SMPN 1 Singosari.
Baca Juga : Sertijab Bupati Magetan 2025 Digelar, Gubernur Khofifah Tekankan Sinkronisasi RPJMD dan Asta Cita
"Di Lawang itu kami masih menemukan pendaftaran secara offline. Jadi wali murid dengan (calon) siswa itu datang ke sekolah langsung, bahkan ada yang jam 05.00 WIB sudah antre mendaftar di sekolahan," ujar Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Malang Zia'ul Haq dalam konfirmasinya, Selasa (27/5/2025).
Sistem pendaftaran yang masih dilakukan secara offline tersebut, turut dikeluhkan oleh para wali murid ketika Komisi IV DPRD Kabupaten Malang melakukan sidak ke SMPN 1 Lawang. Sebab, banyak orang tua yang datang ke sekolah untuk mendaftarkan anaknya.
"Kemarin saya melihat seperti pasien mau daftar berobat saja. Ada sekitar 200-an lebih orang tua (wali murid) yang datang ke sekolah, kasihan," ujar pejabat publik yang karib disapa Zia ini.
Dari pendalaman dewan kepada sejumlah wali murid saat melakukan sidak, disampaikan Zia, sebagian dari mereka ada yang mengaku datang ke sekolah untuk mendaftar sejak pukul 05.00 WIB. "Waktu saya tanya ada yang datang jam 05.00 WIB, itupun sudah mendapatkan antrean nomor 80. Ada juga yang datang pagi, dapat antrean 120. Bahkan ada yg antre mulai jam 05.30 WIB sampai jam 12.00 WIB belum dipanggil, kan kasihan kok bisa offline gini," ujarnya.
Zia menambahkan, selain harus ribet antre dan menguras waktu, sejumlah wali murid juga ada yang terpaksa harus izin kerja karena SPMB berlangsung secara offline. "Ada orang tua yang harus izin kerja ke perusahaan. Kalau sehari tidak selesai, mereka terpaksa harus izin dua hari. Makanya saya sampaikan ke kepala sekolah, kok bisa masih offline. Padahal kan seharusnya online, sehingga wali murid atau calon siswa itu tidak perlu ke sekolah," tuturnya.
Masukan dari dewan tersebut, disampaikan Zia, kemudian ditampung oleh pihak sekolah. "Katanya (pihak sekolah), iya nanti kami perhatikan (benahi, red). Apa sebenarnya kendalanya ketika mereka online, sekarang itu semua bisa pakai HP (Handphone) termasuk daftar sekolah," terang Zia saat menyampaikan tanggapan pihak sekolah terkait temuan dewan mengenai SPMB yang masih berlangsung offline.
Masukan yang diberikan dewan Kabupaten Malang tersebut, diakui Zia, sebenarnya bukanlah hal baru. Sebab, sudah dari dulu pendaftaran SMP di Kabupaten Malang telah dilakukan secara daring alias online.
"Seperti yang dilakukan di SMPN 1 Singosari, kan tidak ada orang tua siswa sama sekali di sekolah. Di sana, semua daftar secara online, karena sekarang memang sistemnya online. Sedangkan ini kami temukan ada yang masih offline, ini yang akan kami evaluasi," tegasnya.
Baca Juga : Dana JKP Kuat, Komitmen BPJS Ketenagakerjaan Lindungi Pekerja Berlanjut
Lantaran masih dilakukan secara offline, dijelaskan Zia, membuat SPMB di SMPN 1 Lawang masih berlangsung secara manual. "Di SMPN 1 Lawang itu benar-benar masih konvensional. Antreannya juga seperti orang mau berobat, nunggu giliran di panggil. Ketika proses pendaftaran selesai, baru bisa pulang. Tapi nanti masih harus menunggu pengumuman atau tahap selanjutnya," bebernya.
Padahal, disampaikan Zia, jika SPMB berlangsung secara online, maka otomatis akan lebih praktis. "Kalau di SMPN 1 Singosari enggak offline, sudah masuk sistem semua. Sekolah tinggal print semua (berkas) dari yang daftar. Kemudian ditaruh map masing-masing sesuai dengan nama yang tertera di pendaftaran online," tuturnya.
Dijelaskan Zia, mekanisme jika SPMB berlangsung online tersebut di antaranya usai pendaftaran tahap selanjutnya ialah verifikasi. Pada SMPN 1 Singosari misalnya, ada petugas verifikator dan perangkat komputer yang memadai.
"Ada sekitar enam komputer verifikator yang kami temui saat sidak di Singosari. Sedangkan di Lawang sebenarnya juga ada sekitar tujuh komputer, tapi (pendaftarannya) offline," ujarnya.
Zia turut mendorong pihak sekolah baik tingkat sekolah dasar (SD) maupun SMP untuk mensosialisasikan terkait SPMB SMP dapat diakses secara online. Sehingga para wali murid atau siswa tinggal mendaftar melalui website. Yakni melalui website www.malangkab.spmb.id.
"Padahal di tingkat SD itukan sudah diberi panduan kalau pendaftaran SMP online, karena dari dulu memang online. Sehingga pihak calon siswa tidak perlu repot ke sekolah, karena nanti pihak sekolah yang akan melakukan verifikasi berdasarkan alamat sesuai KK (Kartu Keluarga). Tapi kami menemukan kok masih ada yang offline," pungkasnya.