JATIMTIMES - Keikhlasan adalah inti dari setiap amal perbuatan, yang tak hanya dinilai dari hasil atau tampilan luar, tetapi dari kedalaman hati dan niat yang murni. Dalam ajaran Islam, setiap kebaikan yang dilakukan dengan niat tulus karena Allah SWT, tak akan luput dari perhatian-Nya, bahkan sekecil apapun amal tersebut.
Hal ini mengingatkan kita bahwa ucapan yang diucapkan dengan hati yang ikhlas, seperti syahadat, bisa menjadi kunci keselamatan, meskipun seseorang masih dalam tahap awal mengenal agama.
Baca Juga : Kalender Jawa Weton Rabu Pon 21 Mei 2025: Karakter, Rezeki, Jodoh hingga Pekerjaan yang Cocok
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT mengingatkan kita mengenai balasan setiap amal, betapapun kecilnya, dengan firman-Nya:
"Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya ia akan melihat balasannya." (QS. Al-Zalzalah: 7)
Kisah yang terinspirasi dari buku Kumpulan Kisah Teladan karya Prof. Dr. HM Hasballah Thaib, MA, dan H. Zamakhsyari Hasballah, Lc, MA, Ph.D., mengisahkan tentang seorang pria yang, meskipun baru mengenal Islam, menemukan keikhlasan yang luar biasa dalam melafalkan syahadat di Padang Arafah.
Pada musim haji di masa lampau, pria ini, yang baru memeluk Islam, memutuskan untuk menjalankan ibadah haji. Keimanannya masih berada pada tahap awal, namun rasa spiritual yang mendalam mendorongnya untuk mengikuti seruan Allah SWT.
Saat berada di Padang Arafah, ia memungut tujuh batu kecil dari tanah yang gersang, memandanginya dengan penuh perhatian, lalu dengan tulus mengucapkan kalimat tauhid, “Wahai batu-batu, saksikanlah bahwa aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.”
Usai mengucapkan syahadat tersebut, ia meletakkan batu-batu itu di bawah kepalanya dan tertidur. Dalam tidurnya, ia bermimpi mengalami hari kiamat. Ia melihat dirinya sedang diadili di hadapan Allah, dan setelah amal perbuatannya diperiksa, ia divonis masuk neraka karena amalnya yang belum mencukupi.
Namun, ketika ia hendak memasuki neraka, hal yang tak terduga terjadi. Tujuh batu yang sebelumnya ia ambil di Arafah muncul di hadapannya, seolah menjadi penghalang yang tak bisa dilewati. Setiap kali malaikat penjaga mencoba menariknya untuk masuk ke neraka, batu-batu itu tetap menahan langkahnya.
Baca Juga : Training Talent DNA ESQ Dimulai, Guru BK Berkualitas Dituntut Mampu Tingkatkan Prestasi Siswa di Jatim
Bahkan ketika ia berpindah ke pintu neraka lainnya, batu-batu tersebut terus menghalangi, membuktikan keajaiban syahadat yang ia ucapkan dengan penuh keikhlasan.
Setiap upaya untuk memasuki neraka selalu gagal. Batu-batu tersebut mengikuti langkahnya hingga akhirnya ia dibawa ke hadapan Arasy di langit ketujuh. Di sana, terdengarlah suara Allah SWT yang berkata, “Wahai hamba-Ku, Aku mendengar syahadatmu yang kau ucapkan di Arafah. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesaksian itu. Masuklah ke dalam surga.”
Dengan suara tersebut, pintu surga pun terbuka lebar menyambutnya. Keikhlasan dalam mengucapkan syahadat, meskipun ia masih berada dalam tahap awal mengenal Islam, menjadi penentu nasibnya. Ucapan tulusnya menjadi jalan rahmat dan pembuka pintu surga.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa Allah SWT tidak melihat pada seberapa banyak amal perbuatan kita, tetapi seberapa ikhlas dan tulus hati kita dalam menjalankannya. Keikhlasan, sebagaimana yang ditunjukkan oleh pria dalam kisah ini, mampu mengubah takdir seseorang dan membuka jalan menuju kebahagiaan abadi di surga.