free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Peristiwa

Menyambut Waisak 2025, Ini Deretan Tradisi Sakral Umat Buddha di Indonesia

Penulis : Binti Nikmatur - Editor : A Yahya

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Pindapatta, salah satu proses perayaan hari Waisak di Indonesia. (Foto: laman bimas Buddha)

JATIMTIMES - Hari Raya Waisak kembali diperingati umat Buddha di seluruh dunia, termasuk Indonesia, tepatnya pada Senin, 12 Mei 2025. Di balik perayaan ini, ada sejumlah tradisi khas yang telah mengakar kuat dan terus dijaga hingga kini. Apa saja tradisi umat Buddha di Indonesia?

Untuk diketahui, Waisak diperingati bertepatan dengan Purnama Sidhi, dimana bulan mencapai puncak cahayanya, yang melambangkan tiga peristiwa penting dalam kehidupan Buddha Gautama. Momen tersebut dikenal dengan istilah Tri Suci Waisak, yakni kelahiran Pangeran Siddharta, pencapaian Penerangan Agung saat menjadi Buddha, serta wafatnya (Parinibbana).

Baca Juga : BMKG Keluarkan Peringatan Banjir Rob di Pesisir Jatim hingga 17 Mei, Ini Wilayah yang Terdampak

Mengutip laman resmi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbud), perayaan Waisak modern di Indonesia mulai digelar sejak tahun 1929. Saat itu, peringatan Waisak dipelopori oleh Himpunan Teosofi Hindia Belanda, yang terdiri dari orang-orang Eropa dan kalangan ningrat Jawa.

Candi Borobudur yang kini menjadi pusat perayaan sempat tidak difungsikan sebagai tempat ibadah selama berabad-abad sejak dibangun pada abad ke-8 dan ke-9 Masehi. Namun, sejak diizinkan kembali, perayaan Waisak di sana menjadi simbol kuat dari hidupnya nilai-nilai spiritual masa lampau dan toleransi antarumat beragama.

Walaupun pusat perayaan Waisak berada di kompleks Candi Borobudur, umat Buddha di berbagai daerah juga menggelar ibadah di wihara-wihara terdekat tempat mereka tinggal.

Perayaan Waisak di Borobudur diisi dengan rangkaian ritual yang sakral. Beberapa tradisi yang rutin di antaranya:
• Pengambilan air berkah dari mata air suci Jumprit di Temanggung, Jawa Tengah. Air ini dipercaya membawa energi spiritual dan kesucian.
• Menyalakan obor Waisak dari api abadi Mrapen di Grobogan. Api ini menjadi simbol pencerahan dan semangat yang tak padam.
• Pindapatta, yaitu pemberian dana makanan kepada para biksu. Ritual ini menjadi bentuk kebajikan dan penghormatan umat kepada Sangha.
• Samadhi pada puncak detik-detik bulan purnama, yang telah dihitung berdasarkan perhitungan astronomi (falak). Puncak ini bisa terjadi siang hari, tergantung posisi bulan.

Pada momen tersebut, ribuan umat Buddha duduk hening bermeditasi bersama di pelataran Candi Borobudur, menciptakan suasana yang khidmat dan penuh ketenangan.

Baca Juga : Jaga Peluang Runner Up, Persebaya Wajib Kalahkan Semen Padang

Tak hanya ritual keagamaan, Waisak juga diramaikan oleh pawai budaya dan pertunjukan seni. Peserta pawai biasanya mengenakan pakaian tradisional dan membawa simbol-simbol keagamaan seperti bunga, lilin, serta lentera.

Tak sedikit wisatawan domestik maupun mancanegara yang datang untuk menyaksikan langsung perayaan ini. Atmosfer damai dan keindahan arsitektur Borobudur saat diterangi cahaya lilin dan lentera di malam hari juga menjadi daya tarik tersendiri yang tak bisa dijumpai di tempat lain.

Demikian serangkaian tradisi perayaan Waisak yang digelar di Indonesia. Selamat merayakan Hari Raya Waisak bagi umat Buddha. Semoga informasi ini bermanfaat.