JATIMTIMES - Komentar kontroversial dari Paus Leo XIV yang baru terungkap belakangan ini membuat umat Katolik LGBTQ+ merasa khawatir. Pernyataan tersebut dinilai berseberangan dengan pendekatan inklusif yang selama ini dibawa oleh Paus Fransiskus.
Paus Leo XIV, yang sebelumnya dikenal sebagai Uskup Agung Robert Prevost, sempat menyampaikan pandangan keras terhadap isu LGBTQ+ lebih dari satu dekade lalu. Dalam pidatonya pada Sinode Para Uskup tahun 2012, ia menyebut “gaya hidup homoseksual” dan “pendefinisian ulang pernikahan” sebagai hal yang bertentangan dengan Injil.
Baca Juga : Lagi, Viral Diduga Pungli Ngaku Karang Taruna di Kota Malang, Ternyata Bukan Anggota
“Media massa Barat sangat efektif dalam menumbuhkan simpati publik terhadap keyakinan dan praktik yang bertentangan dengan Injil, misalnya aborsi, gaya hidup homoseksual, eutanasia,” demikian pidato Paus Leo yang ditayangkan dalam video oleh Catholic News Service, media milik Konferensi Waligereja Katolik AS, dikutip The Guardian, Jumat (9/5/2025).
Ia juga menuding media menciptakan distorsi terhadap nilai-nilai Kristen. “Pilihan gaya hidup anti-Kristen begitu disukai, sehingga ketika orang mendengar pesan Kristen, sering kali tampak ideologis dan emosionalnya kejam,” katanya.
Paus Leo juga menyayangkan citra yang ditampilkan media terkait keluarga alternatif. “Keluarga alternatif yang terdiri dari pasangan sesama jenis dan anak-anak adopsi mereka kini digambarkan sangat simpatik dan tidak berbahaya di acara televisi dan film,” katanya.
Dalam video tersebut, Paus Leo mengritik gaya hidup homoseksual sambil menampilkan cuplikan dua sitkom AS yang menampilkan pasangan sesama jenis, The New Normal dan Modern Family. Ia kemudian menyerukan adanya “penginjilan baru untuk melawan distorsi realitas religius dan etika yang diproduksi media massa.”
Komentar tersebut kembali mencuat setelah dilaporkan oleh New York Times, dan langsung memicu kekhawatiran di kalangan komunitas Katolik LGBTQ+ di Amerika Serikat.
“Kami berdoa agar dalam 13 tahun terakhir, 12 di antaranya di bawah kepemimpinan Paus Fransiskus, hati dan pikirannya telah berkembang lebih progresif dalam isu LGBTQ+. Kami akan menunggu dan melihat apakah hal itu terjadi,” ujar Francis DeBernardo, Direktur Eksekutif New Ways Ministry, organisasi Katolik LGBTQ+ yang berbasis di Maryland.
“Kami berdoa agar saat gereja ini memasuki masa transisi dari 12 tahun kepemimpinan historis, Paus Leo XIV akan melanjutkan sambutan dan pendekatan terhadap kaum LGBTQ+ yang telah dimulai oleh Paus Fransiskus,” lanjutnya.
Kelompok lain, DignityUSA, juga menyampaikan kekhawatiran namun tetap berharap mendapatkan kepastian.
Baca Juga : Wali Kota Malang: Munas APEKSI Jadi Momen Transisi Kepemimpinan Paska Pemilu
“Pernyataan ini dibuat pada masa kepemimpinan Paus Benediktus XVI, saat ketaatan doktrinal menjadi harapan utama. Selain itu, suara komunitas LGBTQ+ jarang sekali terdengar di tingkat kepemimpinan gereja saat itu. Kami berdoa agar Paus Leo XIV menunjukkan kesediaan untuk mendengarkan dan berkembang dalam peran barunya sebagai pemimpin Gereja global.” demikian unggahan daring DignityUSA.
Untuk diketahui, Paus Fransiskus dikenal karena pernyataannya yang simpatik terhadap komunitas LGBTQ+. Salah satu kutipan terkenalnya pada 2013, ketika ditanya tentang dugaan adanya “lobi gay” di Vatikan, ia menjawab dengan nada ringan. “Saya belum pernah bertemu seseorang yang memperkenalkan diri dengan kartu identitas bertuliskan ‘gay’. Tapi kita harus membedakan antara orang yang gay dengan kegiatan melobi, karena tidak ada lobi yang baik.” ungkap mendiang Paus Fransiskus.
“Jika seseorang itu gay, dan ia mencari Tuhan serta memiliki niat baik, siapa saya untuk menghakimi?” lanjut Paus Fransiskus.
Pastor James Martin, Yesuit asal Amerika sekaligus pendiri Outreach, sumber daya Katolik untuk LGBTQ+, menyampaikan nada optimis. Dalam pesan video dari Roma, ia menyebut Paus Leo XIV sebagai “pribadi yang membumi, baik hati, rendah hati” dan “pilihan yang hebat”.
Pada 2023, Pastor Martin mendapat izin untuk memberkati pasangan sesama jenis untuk pertama kalinya, setelah Paus Fransiskus menyatakan bahwa ia mengizinkan pemberkatan tersebut.
Sebelumnya pada 2020, Paus Fransiskus menyatakan dukungannya terhadap undang-undang serikat sipil bagi pasangan sesama jenis.
“Kaum homoseksual punya hak untuk menjadi bagian dari keluarga. Mereka adalah anak-anak Tuhan dan punya hak atas sebuah keluarga. Tak seorang pun boleh diusir atau dibuat menderita karenanya,” kata Paus Fransiskus saat itu.