free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

PMK Mereda, Produksi Susu Sapi di Brau Berangsur Normal

Penulis : Prasetyo Lanang - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Salah satu kandang sapi perah di Dusun Brau Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Produksi susu berangsur kembali normal setelah turun drastis akibat adanya wabah PMK beberapa tahun terakhir. (Foto: Prasetyo Lanang/ JatimTIMES)

JATIMTIMES - Seiring infeksi penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak di Kota Batu mereda, produksi susu berangsur normal. Salah satunya di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Sapi perah di kandang-kandang yang dikelola warga mulai kembali produktif seperti semula.

Seperti yang dialami Arianto, warga Dusun Brau, Gunungsari. Ia mengelola belasan indukan untuk diperah susunya setiap hari. Arianto mengaku saat wabah PMK melanda, produksi susu sempat turun drastis dan banyak sapi indukan yang mati.

Baca Juga : Sensasi Juicy dan Gurih Sate Kronyos di Jombang Bikin Lidah Bergoyang

"Total ada 13 sapi di kandang yang indukan. Lainnya ada 11 yang anakan. Jadi, 24 ekor. Ini sudah kembali normal setelah PMK kemarin banyak yang mati," ungkap Arianto saat ditemui, Rabu (7/5/2025).

Dia menambahkan, sebelum wabah PMK, sapi indukan di kandangnya berjumlah 15 ekor. Bahkan satu di antaranya mengandung anakan. Namun, indukan itu mati karena infeksi penyakit. "Dari 15 mati lima, jadi tinggal 10. Lalu bertambah bertahap jadi 13," katanya.

Kerugian untuk kematian setiap satu ekor sapi mencapai Rp 25 juta. Ia bersyukur, sapi-sapi indukan mampu bertahan dan berkembang biak hingga siap perah. Meski ia mengakui produksi susu belum setara dengan ketika sebelum wabah PMK. Sebab, jumlah sapi yang berusia lebih dari dua tahun dan siap perah belum sebanyak dulu.

"Produksi di sini 200-250 liter per harinya," katanya.

Dirinya menyebut, normalnya sapi perah bisa memproduksi susu sekitar 25 liter. Saat terserang PMK, sapi perah di kandang yang ia kelola hanya menghasilkan sekitar 5 liter. Tak jarang pula tidak bisa diperah sama sekali. 

Hal tersebut menyebabkan kerugian materil yang besar. Ia juga mengaku sebelumnya kandang dikelola empat orang. Namun karena dua karyawan mengundurkan diri, tersisa dua orang saja yang mengelola.

Berdasarkan yang dialaminya, peternak harus kembali merintis dalam setahun terakhir untuk mengembalikan populasi sapi di kandang dan produksi susu. Ia memastikan perawatan ternak dilakukan dengan baik, disertai suplemen vitamin juga vaksinasi untuk memastikan sapi sehat.

Baca Juga : Tumbuh 5 Persen, Ekonomi Jatim Triwulan I-2025 Masih Ditopang Industri Pengolahan

Ia berharap, pemerintah memberikan perhatian lebih agar tidak kembali terjadi infeksi atau wabah yang merugikan peternak. Sebab, perternak sapi perah dan produksi susu menjadi sumber pendapatan utama warga Dusun Brau.

Untuk diketahui, berdasarkan catatan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan-KP), saat ini populasi hewan ternak di Kota Batu cukup tinggi. Yakni sebanyak 2.535 sapi potong, 8.535 sapi perah, 8.832 kambing, 7.190 domba dan 190 Babi. Hewan-hewan ternak tersebut merupakan hewan ruminansia atau berkuku belah yang sama-sama berisiko PMK jika tidak dilakukan pencegahan seperti vaksinasi.

Arianto berujar, mayoritas warga yang memilih mata pencaharian peternak sapi perah menjadikan Brau salah satu sentra produksi susu murni di Kota Batu. Ia menyebut populasi sapi perah mencapai ratusan ekor di Dusun Brau saja. Peternak di Dusun Brau rata-rata di bawah naungan Koperasi Margo Makmur Mandiri.

"Mungkin 90 persen setor di bawah naungan koperasi di Brau. Sepuluh persen ke KUD Batu," beber Arianto.