JATIMTIMES - Belakangan ini Taman Safari Indonesia (TSI) tengah menjadi sorotan. Hal ini terjadi setelah beberapa mantan pemain sirkus mengaku dieksploitasi oleh pihak sirkus yang berkaitan dengan Taman Safari.
Bahkan Cak Sholeh, pengacara asal Surabaya yang kini mendampingi dua mantan pemain sirkus, secara terbuka menyebut tiga nama besar yang menurutnya berada di balik dugaan eksploitasi manusia selama puluhan tahun. Ketiganya adalah Hadi Manansang, Jansen Manansang, dan Frans Manansang, tokoh-tokoh penting di balik berdirinya Taman Safari Indonesia. “Sebenarnya ada satu lagi, istrinya, tapi sudah meninggal,” kata Cak Sholeh, dikutip YouTube Forum Keadilan TV.
Gegara itulah, nama keluarga Hadi Manansang menjadi sorotan. Banyak yang mencaritahu profil dari keluarga Hadi Manansang tersebut. Simak ulasannya.
Perjalanan Keluarga Mendirikan Taman Safari Indonesia
Ada kisah panjang perjalanan keluarga Hadi Manansang dan tiga putranya, Jansen Manansang, Frans Manansang, dan Tony Sumampau, yang menjadi fondasi berdirinya Taman Safari Indonesia, salah satu destinasi wisata konservasi terbesar di Tanah Air.
Perjalanan Hadi Manansang di Indonesia dimulai setelah ia pindah dari Shanghai, China, sempat menetap di Filipina, lalu masuk ke Manado. Bermodalkan mimpi besar dan pengalaman di dunia pertunjukan, Hadi merintis hidup dari bawah. Ia dikenal sebagai pemain akrobat keliling yang kemudian melibatkan anak-anaknya dalam dunia hiburan sirkus.
Jansen, Frans, dan Tony sejak kecil sudah dilatih melakukan akrobat sepulang sekolah. Saat musim liburan, mereka ikut berkeliling tampil dari satu tempat ke tempat lain. "Kami tampil di kelenteng, lapangan, bahkan sekolah-sekolah, sambil jualan obat koyok racikan sendiri," kisah Frans, dikutip dalam buku Tiga Macan Safari yang terbit pada 2019.
Hadi membentuk kelompok akrobat bernama Bintang Akrobat dan Gadis Plastik. Mereka tampil sebagai grup kecil yang terdiri dari anak-anak kandung dan anak asuh. Ketiga anak lelakinya dijuluki "Macan", merujuk pada singkatan dari nama keluarga Manansang dan juga sebagai kode internal, Macan 1, Macan 2, dan Macan 3.
Tahun 1972, kelompok pertunjukan itu resmi berganti nama menjadi Oriental Circus Indonesia (OCI). Seiring waktu, sirkus mereka mulai melibatkan binatang-binatang eksotik, yang kemudian membuka jalan menuju bisnis konservasi.
Ide membangun kebun binatang bermula dari kejadian tak terduga. Tony Sumampau pernah digigit harimau saat mengurus satwa pertunjukan. Ia kemudian menjalani perawatan di Australia. Di sana, ia melihat model kebun safari bernama African Lion Safari dan terinspirasi untuk membuat versi serupa di Indonesia.
Dari situ, keluarga Manansang banting setir. Mereka memilih lokasi bekas kebun teh seluas 60 hektare di kawasan Cisarua, Bogor, yang saat itu sudah tidak produktif. Lahan tersebut disulap menjadi Taman Safari Indonesia, dengan pembangunan dimulai pada 1981.
Mereka mengundang dua konsultan dari Jerman dan Amerika untuk membentuk konsep kebun binatang modern. Proyek ini akhirnya diresmikan sebagai objek wisata nasional pada 16 Maret 1990.
Saat pertama kali dibuka, koleksi satwanya mencapai 400 ekor dari 100 spesies yang berasal dari lima benua, termasuk badak, orang utan, dan harimau.
Kini, lebih dari 50 tahun kemudian, Taman Safari Indonesia berkembang pesat. Mereka memiliki unit-unit baru seperti Taman Safari II di Prigen (Jawa Timur), Bali Safari & Marine Park, Batang Dolphin Center, hingga Jakarta Aquarium & Safari. Bisnis keluarga Manansang juga merambah ke sektor perhotelan dan resort bertema satwa.
Profil Anak-anak Hadi Manansang
Ketiga putra Hadi Manansang mengambil peran penting dalam membesarkan Taman Safari Indonesia:
• Jansen Manansang, lahir di Jakarta tahun 1942, kini menjabat sebagai Direktur Taman Safari Group. Ia menjadi sosok sentral yang memimpin arah strategis perusahaan. Tahun 2023, Jansen dinobatkan sebagai Bapak Konservasi Lingkungan Hidup Indonesia dan menerima penghargaan dari Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) atas kontribusinya dalam kesejahteraan satwa.
• Frans Manansang, adik Jansen, dikenal aktif dalam pengembangan dan ekspansi unit-unit baru di Taman Safari Indonesia Group. Ia juga sempat membagikan banyak kisah perjalanan keluarga dalam buku Tiga Macan Safari.
• Tony Sumampau, putra bungsu, kini menjabat sebagai Komisaris Taman Safari Indonesia. Ia juga sering menjadi juru bicara ketika isu-isu menyangkut Taman Safari muncul ke publik.
Tanggapan Tony Soal Tuduhan Eksploitasi
Sebagaimana diberitakan, dua perempuan bernama Fifi dan Butet mengaku mengalami penyiksaan dan eksploitasi selama puluhan tahun saat masih menjadi pemain sirkus. Mereka menyebut nama-nama keluarga Manansang, termasuk Hadi, Jansen, dan Frans.
Namun Tony Sumampau membantah keras tuduhan tersebut. Ia menegaskan bahwa Oriental Circus Indonesia dan Taman Safari Indonesia adalah dua entitas hukum yang berbeda. "Apa yang disampaikan sama sekali mengada-ada," tegas Tony.
Menurutnya, isu serupa sudah pernah muncul pada 1997 dan ditangani langsung oleh Komnas HAM, yang kala itu diketuai oleh Ali Said. Namun, tidak pernah ada bukti hukum yang mengaitkan Taman Safari dengan dugaan eksploitasi tersebut.
Tony bahkan mengaku sempat dihubungi pihak tertentu yang menuduh Taman Safari dan meminta imbalan agar isu ini dihentikan. Ia menduga ada motif lain di balik munculnya kembali kasus lama ini.