free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Profil

Dian Tri Wijayanti, Adaptasi Teknologi untuk Ciptakan Generasi Cerdas dan Berakhlak Mulia

Penulis : Riski Wijaya - Editor : Yunan Helmy

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Dian Tri Wijayanti.(Foto: Istimewa).

JATIMTIMES - Menjadi seorang tenaga pendidik merupakan profesi yang diimpikan oleh Dian Tri Wijayanti, guru Sekolah Dasar (SD) Negeri Torongrejo 3, Kota Batu. Tak berpuas hanya menjadi seorang tenaga pendidik saja, Dian sapaan akrabnya, secara penuh menyadari ada sejumlah hal yang menjadi tantangan dan harus dihadapi untuk dapat menciptakan generasi penerus yang cerdas dan berakhlak mulia. 

Menurut Dian (39), salah satu tantangan yang dinilai signifikan dalam dunia pendidikan saat ini adalah perkembangan teknologi dan tuntutan zaman. Ia juga menyadari bahwa perkembangan teknologi menjadi salah satu hal yang tak dapat dihindari dan terus bertumbuh seiring berkembangnya zaman.

Baca Juga : Konflik Darah di Istana Mataram: Amangkurat I, Pangeran Purbaya, dan Pembantaian Keraton

"Salah satu tantangan utama adalah bagaimana menavigasi dan mengintegrasikan pesatnya perkembangan teknologi, termasuk konsep pendekatan deep learning, ke dalam praktik pengajaran yang efektif dan relevan," ujar wanita cantik berkelahiran 29 Desember 1986 ini. 

Sehingga, sebagai seorang guru, dirinya juga menyadari secara penuh untuk dapat memahami prinsip-prinsip deep learning. Termasuk potensi penerapannya dalam meningkatkan pemahaman bagi siswa yang mendalam serta merumuskan cara yang efektif dan efisien untuk dapat mengimplementasikannya di dalam kelas pada kegiatan belajar mengajar. 

"Tantangannya terletak pada bagaimana mentransformasi kurikulum dan metode pengajaran tradisional agar selaras dengan pendekatan deep learning yang menekankan pada pemecahan masalah kompleks, berpikir kritis, dan pembelajaran yang dipersonalisasi," jelas Dian. 

Tak hanya sebagai seorang tenaga pendidik. Sebagai orang tua, ia juga mengaku memiliki kekhawatiran untuk bagaimana mempersiapkan buah hatinya dalam menghadapi masa depan yang didominasi perkembangan tekonologi. Terlebih memastikan agar putra dan putrinya memiliki keterampilan dan pemahaman yang dibutuhkan untuk tidak hanya menjadi pengguna teknologi tetapi juga pemikir yang adaptif dan inovatif. 

"Intinya, menjadi tenaga pendidik sekaligus orang tua di era ini membutuhkan kesabaran, adaptabilitas, dan kolaborasi yang kuat antara pihak sekolah dan keluarga demi menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menghasilkan generasi penerus yang cerdas serta berakhlak mulia," terang ketua TP-PKK Kecamatan Jabung ini. 

Selain harus beradaptasi dengan pesatnya teknologi, dirinya juga memberikan perhatian pada maraknya kasus bullying yang masih kerap terjadi. Menurut dia, hal tersebut menjadi preseden buruk bagi dunia pendidikan. Dirinya pun mengatakan bahwa adanya kasus bullying merupakan tanggung jawab bersama dan berlapis. 

Menurut Dian, tidak ada satu pihak pun yang dapat sepenuhnya disalahkan atau dibebankan tanggung jawab tunggal. Namun, jika harus menunjuk pihak yang paling bertanggung jawab, dalam konteks pencegahan dan penanganan awal, maka institusi pendidikan atau sekolah dirasa memiliki peran kunci dan tanggung jaeab yang besar.  

"Hal ini dikarenakan sekolah adalah lingkungan formal di mana interaksi antar siswa terjadi secara intens dan terstruktur. Sekolah memiliki kewajiban untuk menciptakan lingkungan yang aman, inklusif, dan bebas dari segala bentuk kekerasan, termasuk bullying," tutur ibu dua anak ini.

Dian Tri Wijayanti.(Foto: Istimewa)

Bahkan, sekolah pun memiliki kewenangan untuk menetapkan kebijakann anti-bullying serta dapat mengimplementasikannya secara efektif. Termasuk dengan memberikan edukasi kepada siswa, guru, dan orang tua mengenai bullying. Selain itu, harus menyiapkan mekanisme pelaporan dan penanganan yang jelas dan responsif.

Untuk mengantisipasi hal tercela itu terjadi,  langkah pertama adalah meningkatkan kesadaran dan pemahaman mengenai berbagai bentuk bullying. Mulai dari memahami dampaknya, dan tanda-tanda yang mungkin ditunjukkan oleh korban maupun pelaku.

"Pendidik harus menciptakan iklim kelas dan sekolah yang positif, di mana nilai-nilai saling menghormati, empati, dan toleransi dijunjung tinggi. Intervensi proaktif melalui diskusi kelas, kegiatan kelompok yang kolaboratif, dan penanaman nilai-nilai anti-bullying dalam kurikulum sangat penting," kata Dian. 

Baca Juga : Setelah Cetak Rekor, Harga Emas Antam Kini Turun Rp 10.000 per Gram

Selain itu, pendidik harus peka terhadap dinamika sosial siswa, mengamati interaksi mereka, dan segera menindaklanjuti setiap indikasi adanya bullying, sekecil apa pun. Membangun komunikasi yang terbuka dan aman dengan siswa agar tercipta rasa nyaman untuk mau melaporkan, manakala menjadi korban atau menyaksikan tindakan yang mengarah pada bullying.

"Selain itu, bekerja sama dengan pihak sekolah, orang tua, dan ahli (psikolog atau konselor) dalam menangani kasus bullying secara komprehensif adalah sebuah keharusan," ucapnya. 

Saat ini, Dian telah mengabdikan diri sebagai tenaga pendidik selama kurang lebih 16 tahun. Karirnya sebagai guru ia awali saat mengajar di SD Negeri Temas 1 sejak tahun 2009. Hingga pada tahun 2017, ia dipindah untuk bertugas di SDN Pendem 1. Dan sejak tahun 2024 hingga saat ini, ia mengajar di SD Negeri Torongrejo 3. 

Meski telah lebih dari 10 tahun mengabdi sebagai tenaga pendidik, Dian mengaku tak ingin cepat berpuas diri. Ia masih memiliki cita-cita besar yang ingin dicapai. Yakni bagaimana agar murid tidak hanya sukses secara akademis, namun juga menjadi individu yang berkarakter kuat, memiliki empati yang tinggi, dan berkontribusi positif bagi lingkungan masyarakat. 

"Pelatihan pendidikan karakter yang kami ikuti di BBGP (Balai Besar Guru Penggerak) Jawa Timur pada tahun 2024 telah menginspirasi kami untuk menciptakan lingkungan belajar yang tidak hanya fokus pada kemampuan kognitif dan sekadar transfer ilmu pengetahuan. Namun juga pada pembentukan nilai-nilai karakter dan pengembangan potensi diri siswa secara holistik," terangnya. 

Meskipun banyak murid yang telah meraih kesuksesan dalam berbagai bidang, dirinya mengaku masih belum cukup puas. Apalagi jika ternyata masih ada beberapa siswa yang kurang memiliki kepekaan sosial atau belum menemukan panggilan hidupnya yang sejati.

"Cita-cita ini akan terus menjadi kompas dalam setiap gerak langkah saya sebagai pendidik, mendorong saya untuk terus berinovasi dan mencari cara terbaik untuk mewujudkan generasi penerus bangsa yang cerdas, berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi sesama," pungkas Dian.