free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Hiburan, Seni dan Budaya

Tradisi Gelar Pitu Masyarakat Glagah Banyuwangi

Penulis : Nurhadi Joyo - Editor : Dede Nana

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Pelaksanaan Tradisi Gelar Pitu warga Dukuh Kecamatan Glagah Banyuwangi (foto; Nurhadi Banyuwangi TIMES)

JATIMTIMES - Sebagai salah satu wilayah yang kental dengan budaya masyarakat Osing, Kecamatan Glagah selain dikenal memiliki ritual adat Barong Ider Bumi di Desa Kemiren, Seblang Olehsari dan Seblang Bakungan juga memiliki Tradisi Gelar Pitu, khususnya masyarakat yang tinggal di Dusun Dukuh Desa/Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur (Jatim).

Tradisi Gelar Pitu yang dilaksanakan pada hari ketujuh bulan Syawal, merupakan bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT yang sudah memberikan berbagai macam karunia selama satu tahun termasuk kelancaran dalam melaksanakan Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran.

Baca Juga : Usulan Perubahan Nama Jalan Tol Probowangi menjadi Prosiwangi Jadi Bahan Guyonan Warganet

Menurut Kepala Desa (Kades) Glagah Slamet Priyo Widodo, sebagai pemerintah yang ada di desa pihaknya memberikan dukungan pada warganya yang berupaya menjaga memelihara dan melestarikan warisan budaya leluhur agar tidak tergerus kemajuan zaman.

“Salah satu bentuk ritual masyarakat dukuh adalan “Mendak Tirta,” selamatan di sumber air yang pada masa lalu menjadi sumber penghidupan masyarakat dusun setempat. Sementara di wilayah lain mengalami kekeringan dan kesulitan mendapatkan air,” ujar Slamet Priyo Widodo, Minggu (6/4/2025).

Menurut dia perlengkapan yang disiapkan dalam acara Gelar Pitu antara lain; tujuh buah ketupat yang ditempatkan dalam ancak, bunga tujuh rupa, dua ekor ayam, dupa, kendi atau tempat air untuk menampung air dan lain sebagainya.

Kades yang diakrab disapa Priyo tersebut menambahkan dengan Tradisi Gelar Pitu pihaknya berharap masyarakat mampu melestarikan gotong royong,  kebersamaan dan tidak tergerus serbuan budaya luar.

”Jangan mudah terpengaruh budaya luar yang bisa mempengaruhi dan menghilangkan  warisan budaya yang adi luhung ini,” pungkasnya.