free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Pemerintahan

Kelanjutan Angkutan Publik, Pemkot Malang Pertimbangkan Skema BTS dan ART

Penulis : Riski Wijaya - Editor : Yunan Helmy

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Sekda Kota Malang Erik Setyo Santoso. (Foto: Istimewa)

JATIMTIMES - Pemerintahan Kota (Pemkot) Malang tengah mempertimbangkan dua skema angkutan publik atau transportasi masal untuk mengatasi kemacetan yang masih sering dikeluhkan. Apalagi kemacetan juga menjadi salah satu pekerjaan rumah (PR) bagi Pemkot Malang. 

Dua skema yang tengah dipertimbangkan tersebut yakni buy the service (BTS) dan automatic rapid transit (ART). Kendati demikian, Pemkot Malang berupaya memastikan nasib para sopir angkutan kota (angkot) saat ini. Sehingga dalam pembahasannnya nanti, nasib sopir angkot akan turut jadi bahasan. 

Baca Juga : Dewan Kehormatan Desak Ketum KONI Banyuwangi Gelar Rakerkab soal 2 Pengurus yang Dipecat

 

"Untuk penanganan kemacetan, salah satunya pasti harus membangun transportasi masal. Dengan harapan masyarakat mau menggunakan transportasi masal dan tidak menggunakan kendaraan pribadi," ujar Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Malang Erik Setyo Santoso. 

Erik mengatakan, saat ini skema yang sudah mulai dalam pembahasan adalah BTS. Apalagi dalam waktu dekat, Pemkot Malang berencana  mengonsultasikan hal tersebut kepada Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Salah satu tujuannya juga untuk mendapat dukungan pendanaan. 

Sementara, lanjut Erik, skema ART ternyata juga sempat dibahas oleh Presiden Joko Widodo dalam gelaran Asosiasi Pemerintah Kota Se-Indonesia (Apeksi) di Balikpapan beberapa waktu lalu. Bahkan saat itu juga dipertimbangkan sebagai pilihan yang telah diterapkan di kota-kota besar lainnya.

"Jadi, untuk di Kota Malang, nanti akan kita lihat apakah ART atau BTS yang paling sesuai dengan kondisi di sini," imbuh Erik. 

Di sisi lain Pemkot Malang juga masih mempertimbangkan nasib sopir angkot. Sebab, bagaimana pun, angkot menjadi salah satu transportasi publik di Kota Malang yang sudah beroperasi sejak lama. 

Erik menilai, angkot nantinya dapat berperan sebagai moda transportasi pengumpan. Artinya, menjadi armada yang digunakan untuk menghubungkan dengan jalur-jalur utama atau backbone sistem transportasi masal yang baru diterapkan nanti. 

Baca Juga : 21 Juni: Merayakan Hari Musik Sedunia dan Jejak Emas Guruh Gipsy di Kancah Musik Indonesia

 

"Saat ini kan kami masih dalam tahap pematangan untuk konsep yang nanti akan diambil. Karena ini juga bagian dari pembangunan transportasi ke depan. Membangun transportasi masal itu tidak mungkin dilakukan dalam waktu singkat. Pasti butuh waktu lama. Persiapan matang juga," ucap Erik. 

Namun, menurut dia, hal tersebut sampai saat ini masih  dalam proses. Sehingga ia memastikan bahwa skema itu belum dapat direalisasikan dalam waktu dekat. Apalagi, Pemkot Malang juga harus mempertimbangkan berbagai aspek. Termasuk aspek sosial dan ekonomi masyarakat. 

Terdekat, jika skema sudah terpilih, pemkot tentu akan mengomunikasikan hal itu dengan sejumlah pihak. Termasuk melakukan sosialisasi kepada sopir angkot dan organisasi angkutan darat. Sebab, harus dipastikan skema baru yang diterapkan diterima dengan baik oleh masyarakat. 

"Tidak hanya aspek teknis yang harus diperhatikan, tetapi juga bagaimana skema ini dapat diterima oleh masyarakat dan mengakomodasi kebutuhan mereka, termasuk para sopir angkot yang selama ini menjadi bagian dari sistem transportasi kota," pungkas Erik.