Kisah Syahid Badui dan Kafan Istimewa dari Rasulullah
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Nurlayla Ratri
13 - Jun - 2025, 10:48
JATIMTIMES - Di tengah gemuruh Perang Khaibar, seorang lelaki Badui yang baru memeluk Islam mengajukan permintaan yang tak biasa kepada Rasulullah SAW. Bukan harta rampasan perang (ganimah) yang ia dambakan, melainkan sebuah tusukan di leher yang akan mengantarkannya pada kesyahidan.
Permintaan itu bukan sekadar kata-kata. Tak lama kemudian, ia terbaring syahid, persis di titik yang ditunjukkannya, dikafani dengan baju zirah Rasulullah sendiri, dan disaksikan langsung oleh Sang Nabi.
Baca Juga : Menumbuhkan Kecintaan pada Belajar lewat Pendidikan yang Membahagiakan
Kisah menggetarkan ini, yang mengalir dari dedikasi para peneliti lokal, diabadikan dalam buku Kisah Mengagumkan dalam Kehidupan Rasulullah SAW karya Khoirul Anam. Ia menegaskan janji Allah dalam Al-Qur'an Surat Ali 'Imran ayat 169-170: bahwa mereka yang gugur di jalan-Nya tidaklah mati, melainkan hidup di sisi Allah dengan penuh rezeki, bergembira atas karunia-Nya, dan berbahagia menyambut saudara seimannya yang akan menyusul tanpa rasa takut maupun sedih.
Kisah bermula ketika seorang lelaki Badui, penduduk pedalaman Arab yang hidup nomaden, datang menghadap Rasulullah SAW. Dengan hati terbuka, ia menyatakan keislamannya dan tekad untuk berhijrah bersama Nabi. Sebagai mualaf, ia pun menerima bimbingan agama dari Rasulullah dan para sahabat.
Api iman dalam dadanya berkobar begitu besar, mendorongnya untuk turut serta dalam Perang Khaibar membela Islam. Kemenangan pun berpihak pada kaum muslimin. Sebagai bagian dari pasukan, lelaki Badui itu pun mendapat jatah ghanimah. Namun, berbeda dengan kegembiraan rekan-rekannya, wajahnya justru berkerut. "Apa ini?" tanyanya heran saat menerima bagian.
"Ini bagian ghanimah untukmu dari Rasulullah SAW," jawab para sahabat.
Diterimanya harta itu, namun hatinya gelisah. Ia pun menghadap Rasulullah SAW, "Harta apakah ini, ya Rasulullah?". "Ini adalah bagian ghanimah yang kuberikan sebagai bagianmu," jelas Nabi.
Dengan keteguhan hati, lelaki Badui itu pun membuka isi hatinya: "Bukan karena alasan ini aku mengikutimu, ya Rasulullah. Aku ingin suatu saat nanti terkena tancapan di sini," ujarnya sambil menunjuk lehernya sendiri, "sehingga aku terbunuh dan masuk surga." Cita-citanya jelas: syahid.
Mendengar pengakuan tulus itu, Rasulullah SAW menjawab penuh keyakinan, "Jika kau menepati janjimu kepada Allah, Dia juga akan menepati janji-Nya kepadamu...