Forum Kemisan Episode 10: FISIP Unisba Blitar Bongkar FOMO Gen Z, Tawarkan Refleksi Digital
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Yunan Helmy
24 - May - 2025, 09:05
JATIMTIMES - Aula Majapahit di Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar kembali ramai pada Kamis 22 Mei 2025. Suasana diskursif membungkus Forum Kemisan Episode 10 yang digelar oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), menghadirkan puluhan mahasiswa dan warga umum.
Kali ini, tema yang diangkat bukan sekadar akademik, melainkan fenomena sosial yang menyentuh denyut keseharian generasi muda: Fear Of Missing Out (FOMO).
Baca Juga : Banyak Orang Tua Wali Keberatan Biaya, Disdikbud Kota Malang Tetap Tak Larang Sekolah Gelar Wisuda
Forum Kemisan, yang sejak 2024 rutin diselenggarakan sebagai ajang bertukar ide dan gagasan antara mahasiswa, akademisi, dan publik, menjelma sebagai ruang dialektika yang tumbuh dari keresahan sosial. “Kami ingin Forum Kemisan tidak hanya menjadi rutinitas diskusi, tapi forum pembacaan zaman,” ujar Novi Catur Muspita, kaprodi Sosiologi Unisba, dalam sambutan pembukaannya.
Menurut Novi, fenomena sosial seperti FOMO muncul seiring meningkatnya ketergantungan masyarakat terhadap media sosial. Dalam pengamatannya, gejala ini diam-diam memengaruhi komunikasi, capaian prestasi, bahkan kesehatan mental mahasiswa. “Banyak yang tidak sadar bahwa kecemasan tidak mengikuti tren justru bisa membuat seseorang kehilangan jati diri,” tambahnya.
Kegiatan Forum Kemisan kali ini menghadirkan dua dosen muda yang akrab dengan dunia generasi Z—baik sebagai akademisi maupun praktisi digital. Qommruzzaman Azam Zami, dosen sosiologi sekaligus narasumber pertama, membedah fenomena FOMO lewat perspektif ilmiah dan empirik. Ia menyebut FOMO sebagai bentuk kecemasan sosial yang lahir dari kebutuhan konstan untuk terhubung dan diakui.
Mengutip hasil riset Andrew Przybylski, Zami menjelaskan bahwa FOMO bukan hanya sekadar perasaan takut tertinggal, tetapi sudah berkembang menjadi dorongan psikologis yang menciptakan ketergantungan. “Kita melihat tren, lalu merasa harus ikut. Kita lihat orang lain viral, lalu merasa harus juga tampil. Itu bukan sekadar ikut-ikutan—itu bentuk tekanan sosial,” ujarnya.
Zami menekankan bahwa media sosial adalah pemicu utama yang menghidupkan FOMO. Dalam paparannya, ia menguraikan bahwa keinginan untuk tampil dan mendapatkan validasi dari orang lain telah mengubah pola konsumsi, dari kebutuhan menjadi simbol eksistensi. “Anak-anak muda membeli barang bukan karena butuh, tapi karena ingin diakui,” kata Zami...