JATIMTIMES - Malam 1 Suro berasal dari asyura yang berarti hari ke-1 Muharram atau bertepatan dengan Tahun Baru Islam. Bagi umat muslim, malam itu seluruh amalan yang dikerjakan akan dilipatgandakan oleh Allah.
Sementara itu, berdasarkan penanggalan Jawa, malam satu Suro dipercaya sebagai malam pergantian tahun yang dianggap momen sakral dan penuh makna.
Baca Juga : Unika Widya Karya Malang Ajak Mahasiswa Kenal Web3 Lewat Seminar Sui Goes to UKWK
Pada tahun ini, malam 1 Suro jatuh pada 27 Juni 2025. Artinya, datangnya malam 1 Suro hanya tinggal menghitung hari saja.
Pada bulan Suro ini, berbagai macam acara diselenggarakan masyarakat Jawa dari berbagai daerah dengan kegiatan dan makna berbeda-beda dalam rangka merayakan malam satu Suro.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang sejarah malam satu Suro, simak pemaparan sejarahnya berikut ini.
Apa Itu Malam 1 Suro?
Mengutip laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, malam 1 Suro adalah awal tahun baru Hijriah yang dianggap sakral oleh masyarakat Jawa. Pada malam ini, masyarakat Jawa di Indonesia melakukan berbagai macam ritual sesuai dengan tradisi masing-masing daerah.
Sejarah Malam 1 Suro
Mengutip laman Kelurahan Ngeposari Kab. Gunungkidul, penetapan 1 Suro sebagai awal tahun baru Jawa dilakukan sejak zaman Kerajaan Mataram pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo. Raja Mataram yang berkuasa pada 1613-1645 tersebut.
Pada 1633 M atau 1555 tahun Jawa, Sultan Agung mengadakan pesta atau selamatan secara besar-besaran. Dalam pesta itu, Sultan Agung menetapkan Tahun Jawa atau tahun Baru Saka untuk diberlakukan di bumi Mataram. Sultan Agung juga menetapkan 1 Suro sebagai tanda awal tahun baru Jawa.
Penetapan tersebut diputuskan oleh Sultan Agung setelah memadukan kalender Hijriah, kalender Jawa, sistem penanggalan Hindu, dan sedikit pengaruh dari penanggalan Julian.
Sultan Agung kemudian mengeluarkan dekrit yang menyatakan pergantian penanggalan Saka yang berbasis putaran matahari dengan kalender Qamariah yang berbasis putaran bulan. Dekrit tersebut menjadi awal perubahan setiap angka tahun Jawa yang diteruskan dan berkesinambungan dengan tahun Saka.
Di sisi lain, Sunan Giri II membuat penyesuaian antara sistem kalender Hijriah dengan sistem kalender Jawa pada tahun 931 H atau 1443 tahun Jawa baru untuk memperkenalkan kalender Islam pada masyarakat Jawa.
Baca Juga : Obor Porprov Jatim 2025 Tiba di Kabupaten Malang, Ini Rute Lengkap Kirabnya
Pada saat yang bersamaan, Sultan Agung menyeru kepada rakyatnya untuk bersatu melawan Belanda di Batavia. Seluruh kalangan masyarakat termasuk kaum santri dan abangan disatukan oleh Sultan Agung.
Untuk mengontrol pemerintahannya, Sultan Agung mengadakan laporan pemerintahan yang dilakukan setiap hari Jumat Legi. Selain itu, kegiatan tersebut juga disertai dengan pengajian sekaligus ziarah kubur dan haul ke makam Ngampel (Sunan Ampel) dan Giri. Kegiatan inilah yang menjadi cikal bakal kesakralan malam 1 Suro.
Peringatan Malam 1 Suro
Dikutip dari laman Kemdikbud RI, malam 1 Suro diperingati pada malam hari setelah maghrib pada hari sebelum tanggal 1 Suro. Adapun hal itu karena pergantian hari dalam kalender Jawa dimulai saat matahari terbenam dari hari sebelumnya, bukan pada tengah malam sebagaimana pergantian hari dalam kalender Masehi.
Salah satu wilayah yang memiliki tradisi peringatan malam 1 Suro adalah Kota Surakarta. Di kota ini tepatnya di Keraton Surakarta terdapat ritual Kirab Malam 1 Suro. Ritual ini telah dilaksanakan secara turun-temurun selama ratusan tahun.
Pada pelaksanaan Kirab Malam 1 Suro, ribuan orang berpartisipasi mulai dari Raja beserta keluarga dan kerabat, abdi dalem, hingga masyarakat umum. Terdapat pula kebo bule sebagai cucuk lampah kirab, keturunan dari kebo Kyai Slamet.
Semua peserta kirab mengenakan pakaian warna hitam, dimana laki-laki menggunakan pakaian adat Jawa berwarna hitam atau busana Jawi Jangkep dan wanita mengenakan kebaya berwarna hitam.
Selama prosesi kirab berlangsung, tak satupun peserta kirab mengucapkan satu patah kata, hal tersebut memiliki makna perenungan diri terhadap apa yang sudah dilakukan selama setahun ke belakang.