free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Pemerintahan

Perang Iran-Israel Berdampak ke Berbagai Sektor di Jatim, DPRD Sebut Ada Peluang Positif

Penulis : Muhammad Choirul Anwar - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Anggota DPRD Jatim Lilik Hendarwati. (Foto: Ist)

JATIMTIMES - Perang antara Iran dan Israel berpotensi memicu konflik yang lebih luas di Timur Tengah. Kondisi tersebut bisa memukul berbagai sektor, mengingat situasi global yang semakin tidak menentu.

Alhasil, Indonesia juga pasti akan terdampak, termasuk Jawa Timur (Jatim). Anggota DPRD Jatim Lilik Hendarwati menyebut, setidaknya ketegangan Iran-Israel secara langsung akan mempengaruhi harga energi dunia, stabilitas geopolitik, dan jalur logistik internasional.

Baca Juga : Pariwisata Santerra Diduga Lakukan Upaya Potong Kompas Urus Perizinan

"Karena Jawa Timur juga sebagai provinsi dengan pelabuhan internasional dan sektor industri ekspor-impor yang besar, pastinya akan terimbas pada berbagai sektor," ungkap Lilik ketika berbincang dengan Jatimtimes.com, Senin (16/6/2025).

Diketahui, Iran merupakan salah satu negara anggota Organisasi Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC), yang menjadi produsen utama minyak bumi dunia. Lilik menilai, kenaikan harga minyak dunia tidak akan terbendung akibat perang yang terjadi.

Menurutnya, perang akan menurunkan pasokan global dan menaikkan harga minyak mentah. Transportasi dan biaya logistik otomatis akan ikut terkerek. "UMKM dan industri besar akan terdampak karena kenaikan tarif listrik dan BBM non-subsidi. Kekwatiran lainnya bisa muncul inflasi daerah, terutama di sektor transportasi dan pangan," urai Lilik.

Anggota Komisi C ini juga menyoroti dampak terhadap perdagangan dan ekspor-impor. Ia menyebut, terdapat risiko gangguan rantai pasok pada jalur logistik global yakni Selat Hormuz dan Laut Merah. Dengan begitu, ketegangan di wilayah Timur Tengah juga akan mengganggu distribusi global, terutama rute menuju Eropa dan Asia Selatan.

"Dampaknya ke Jatim, industri ekspor-impor berbasis pelabuhan seperti di Surabaya (Tanjung Perak), Gresik, dan Pasuruan bisa mengalami hambatan. Komoditas ekspor utama Jatim seperti produk hasil pertanian, perikanan, dan alas kaki berisiko tertunda atau bahkan kehilangan pasar," sesalnya.

Karena itu, dia menekankan perlunya diversifikasi pasar ekspor dan penguatan pelaku UMKM ekspor lokal. Terlebih, pada gilirannya kondisi ketenagakerjaan dan UMKM di Jatim juga bisa jadi ikut terdampak adanya perang.

Lilik khawatir perang akan menyebabkan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang semakin besar, serta penurunan daya beli. Ia menyebut, terdapat potensi kenaikan biaya produksi dan gangguan ekspor, yang pada akhirnya membuat perusahaan mengurangi tenaga kerja.

"Di Jatim resiko PHK di sektor industri ekspor (garmen, perikanan, manufaktur) bisa muncul. UMKM kesulitan bahan baku dan distribusi yang akan menyebabkan omzet turun," ucap legislator asal Dapil Surabaya ini.

Baca Juga : Bahas Ranperda RPJMD 2025-2029, DPRD Kota Malang Sorot Pembangunan SDM

Lebih lanjut, Lilik juga mewanti-wanti potensi turunnya kekuatan fiskal daerah. Hal tersebut tak lepas dari pertumbuhan ekonomi nasional yang juga terancam terganjal, bahkan bisa jadi minus jika perang terus berkecamuk.

Tentu saja, kondisi ini akan berdampak ke transfer keuangan pusat ke daerah. Dengan kaya lain, Lilik menilai ada potensi penurunan Dana Alokasi Umum (DAU)/ Dana Bagi Hasil (DBH). Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor industri dan perdagangan juga bisa terganggu.

Selain itu, ketidakpastian global juga dikhawatirkan akan menekan arus investasi asing. "Investor global cenderung wait and see saat krisis geopolitik. Dampak ke Jatim bisa memungkinkan penurunan realisasi investasi baru, terutama untuk sektor industri strategis seperti manufaktur, petrokimia, dan logistik. Proyek-proyek PMA juga bisa tertunda," tandasnya.

Lilik menambahkan, sektor ketahanan pangan dan pertanian juga bisa jadi terdampak. Harga pupuk dan bahan pangan berpotensi melambung, mengingat banyak bahan baku pupuk dan pangan dunia berasal dari kawasan konflik."Di Jatim petani bisa kesulitan akses pupuk dan pestisida. Harga bahan pangan pokok bisa melonjak akibat gangguan distribusi, imbuh Ketua Fraksi PKS itu.

Kendati diwarnai berbagai ancaman negatif akibat perang, Lilik juga menyebut ada peluang positif yang bisa dimanfaatkan Jatim, dalam hal ini adalah reposisi ekonomi daerah. Menurutnya, perang bisa mendorong restrukturisasi jalur distribusi global.

"Ini peluang bagi Jawa Timur memperkuat peran pelabuhan Tanjung Perak sebagai hub logistik untuk industri substitusi impor misal tekstil, bahan pangan, dan herbal. Juga ekonomi hijau dan energi alternatif seperti bioenergi dari pertanian," pungkasnya.