free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Pemerintahan

Upacara Harlah Pancasila, Wali Kota Blitar Mas Ibin: Pancasila Harus Jadi Kompas Masa Depan

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Pasukan Paskibraka Kota Blitar melangkah tegap di Alun-Alun Blitar dalam upacara peringatan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2025. (Foto: Aunur Rofiq/ JatimTIMES)

JATIMTIMES– Suasana Minggu pagi, 1 Juni 2025, di Alun-Alun Kota Blitar berbeda dari biasanya. Di bawah langit cerah, ratusan peserta upacara berkumpul mengenakan busana Djadoel Puspadahana, membentuk barisan rapi. Bukan sekadar peringatan seremonial, upacara Hari Lahir Pancasila tahun ini dipimpin langsung oleh Wali Kota Blitar, H Syauqul Muhibbin atau yang akrab disapa Mas Ibin, dalam balutan budaya dan semangat kebangsaan yang kental.

Upacara yang digelar dalam nuansa budaya tersebut menjadi panggung ekspresi nilai-nilai Pancasila dalam format yang membumi. Peserta dari seluruh kelurahan dan kecamatan membawa tumpeng gunungan, simbol kesejahteraan dan gotong royong. Elemen adat dan kekayaan lokal sengaja dihadirkan agar Pancasila tidak hanya hadir sebagai ideologi, tetapi sebagai nilai yang hidup dalam denyut masyarakat.

Baca Juga : Bukan Hanya Soekarno, Ini 9 Tokoh yang Merumuskan Pancasila 

 

Dalam amanatnya, Mas Ibin membacakan sambutan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi. Dalam pidato tersebut, ditegaskan bahwa Hari Lahir Pancasila bukan sekadar momen historis, melainkan ajakan untuk merevitalisasi nilai-nilai dasar bangsa. “Pancasila bukan dokumen normatif semata. Ia adalah bintang penuntun yang harus menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa,” ujar Mas Ibin saat membacakan pidato tersebut.

Mas Ibin menyampaikan bahwa tantangan bangsa saat ini tidak hanya bersifat fisik dan struktural, tetapi juga ideologis. Menurutnya, di era globalisasi dan digitalisasi, berbagai nilai asing dan paham ekstrem semakin mudah menyusup. Karena itu, penting bagi masyarakat untuk memperkuat pemahaman akan nilai-nilai Pancasila dalam setiap aspek kehidupan.

“Pancasila bukan warisan masa lalu, melainkan kompas masa depan,” tegas Mas Ibin. Ia mengajak seluruh elemen masyarakat, terutama generasi muda, untuk menghidupkan kembali semangat gotong royong, keadilan sosial, dan kebhinekaan sebagai inti kekuatan bangsa.

Pemerintah pusat melalui Asta Cita — delapan agenda strategis menuju Indonesia Emas 2045 — telah menempatkan penguatan ideologi Pancasila, demokrasi, dan hak asasi manusia sebagai prioritas utama. Hal ini, menurut sambutan yang dibacakan Mas Ibin, menjadi landasan penting agar pembangunan nasional tidak tercerabut dari akar nilai-nilai luhur bangsa.

Dalam konteks lokal, Wali Kota Blitar menegaskan bahwa revitalisasi nilai-nilai kebangsaan dilakukan tidak hanya melalui seremoni, tetapi juga lewat praktik kebijakan yang berpihak kepada rakyat. Ia menyebutkan pentingnya pelayanan publik yang transparan, pendidikan karakter sejak usia dini, serta dukungan nyata kepada pelaku ekonomi kerakyatan seperti UMKM dan koperasi.

“Kalau semangat keadilan sosial benar-benar dihidupkan, maka pembangunan bukan hanya milik kota besar, tetapi sampai ke pinggiran,” ujar Mas Ibin usai upacara. Ia juga menekankan bahwa seluruh aparatur sipil negara di Blitar harus menjadi teladan dalam menjalankan nilai-nilai Pancasila dalam birokrasi.

Rangkaian peringatan Hari Lahir Pancasila di Blitar tahun ini juga memperkuat ruang kebudayaan sebagai medium pemasyarakatan nilai. Kehadiran elemen budaya seperti tumpeng gunungan, busana Djadoel, dan partisipasi lintas usia menjadi pengingat bahwa Pancasila hidup dan berkembang di tengah masyarakat.

BPIP sendiri dalam sambutannya menekankan bahwa revitalisasi Pancasila harus menyentuh seluruh dimensi kehidupan: pendidikan, birokrasi, ekonomi, hingga ruang digital. Mereka mengajak masyarakat untuk melawan disinformasi, hoaks, dan ujaran kebencian di media sosial dengan semangat literasi dan gotong royong.

Menutup amanatnya, Mas Ibin mengajak masyarakat untuk tidak berhenti pada peringatan semata. Ia menegaskan bahwa yang paling penting adalah bagaimana Pancasila dijadikan panduan dalam tindakan sehari-hari, bukan hanya dihafal dalam teks.

“Hari ini kita memperingati Pancasila dengan budaya, tapi esok dan seterusnya, kita harus menjadikannya sebagai laku hidup,” pungkasnya.

Baca Juga : Peringati Hari Lahir Pancasila, Berikut Simbol dan Maknanya  

 

Upacara Hari Lahir Pancasila di Alun-Alun Blitar tahun ini bukan sekadar seremoni, melainkan pernyataan tegas: Kota Blitar ingin menjadi ruang tumbuhnya semangat kebangsaan yang tak lekang oleh zaman.

Usai Upacara, Gunungan Lima Diarak ke Makam Bung Karno, Warga Ramaikan Kenduri Pancasila

Setelah prosesi upacara peringatan Hari Lahir Pancasila yang berlangsung khidmat di Alun-Alun Kota Blitar, rangkaian acara Grebeg Pancasila dilanjutkan dengan Kirab Gunungan Lima. Sekitar pukul 09.00 WIB, gunungan tumpeng berisi hasil bumi diarak menuju Makam Bung Karno. Warga tampak antusias menyambut kirab yang membawa lima gunungan berisi aneka hasil panen, sebagai simbol kemakmuran dan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Gunungan tersebut merupakan representasi dari lima sila Pancasila dan menjadi bagian dari tradisi tahunan yang selalu menyertai peringatan Hari Lahir Pancasila di Kota Blitar. Dengan mengenakan busana djadoel Puspadahana, para peserta kirab—yang terdiri dari forkopimda, unsur pemerintahan, pelajar, dan masyarakat umum—berjalan beriringan dengan diiringi musik tradisional menuju kompleks Makam Bung Karno.

Setibanya di Makam Bung Karno, prosesi serah terima Gunungan Lima dipimpin langsung oleh Wali Kota Blitar, H Syauqul Muhibbin atau yang akrab disapa Mas Ibin. Prosesi ini merupakan bentuk penghormatan kepada Sang Proklamator sekaligus penggali nilai-nilai Pancasila.

Sekitar pukul 10.00 WIB, acara dilanjutkan dengan Kenduri Pancasila yang digelar di halaman Perpustakaan Nasional Bung Karno. Dalam suasana penuh kekeluargaan, warga bersama pejabat dan tokoh masyarakat duduk lesehan menikmati hidangan kenduri sebagai wujud kebersamaan dan gotong royong—nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila. Setelah prosesi doa, gunungan kemudian diperebutkan oleh warga yang meyakini bahwa hasil bumi dari kirab tersebut membawa berkah.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Blitar, Edy Wasono, mengatakan bahwa tradisi ini merupakan bagian tak terpisahkan dari rangkaian Grebeg Pancasila yang digelar setiap tahun. “Rangkaian acaranya tetap sama seperti tahun-tahun sebelumnya, mulai dari Kirab Pancasila, renungan malam, upacara pagi, hingga kirab dan kenduri. Ini adalah bentuk penghormatan dan pengingat akan nilai-nilai dasar bangsa,” ujarnya.

Sementara itu, Wali Kota Blitar, Mas Ibin, menyampaikan bahwa peringatan Hari Lahir Pancasila di Kota Blitar bukan sekadar seremoni, tetapi juga bentuk pelestarian budaya dan sejarah. “Ini sudah menjadi tradisi di Kota Blitar setiap 1 Juni. Harapannya, Kota Blitar semakin dikenal karena di sinilah Presiden Pertama Republik Indonesia dimakamkan, dan dari Bung Karno-lah Pancasila pertama kali dikobarkan melalui pidatonya di sidang BPUPKI,” ucapnya.

Pemerintah Kota Blitar, lanjut Mas Ibin, berharap Kota Blitar menjadi tempat yang wajib dikunjungi oleh siapa saja yang ingin mengenang jasa-jasa Bung Karno sekaligus memahami akar nilai-nilai Pancasila. “Karena dari sini, dari kota ini, nilai-nilai dasar bangsa Indonesia digali dan diwariskan dari generasi ke generasi,” tambahnya.