JATIMTIMES - Wisuda atau purnawiyata mewah atau menghabiskan biaya tinggi sudah banyak ditinggalkan. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kauman I, Kota Malang.
SDN Kauman 1 justru akan menggelar wisuda mewah di Hotel Santika Premiere Malang pada 19 Juni 2025 mendatang. Alokasi biaya per siswa mencapai ratusan ribu. Hal itu belum termasuk kostum adat yang rencananya digunakan untuk tema acara wisuda tersebut.
Baca Juga : Promo Elegan, Harga Terjangkau: Graha Bangunan Tawarkan Diskon 15 Persen Handle Kunci Belleza
Salah satu orang tua wali yang mewanti-wanti identitasnya tidak diumbar ke publik berkeluh kesah kepada JatimTIMES. Ia mengaku kaget karena biaya yang dibebankan untuk kegiatan wisuda sekelas anak sekolah dasar seperti mahasiswa.
Tapi, orang tua siswa tersebut mengaku sangat sulit untuk angkat bicara. Alasannya, takut anaknya menjadi bahan cibiran orang tua lain atau menjadi incaran pihak sekolah.
“Banyak sebenarnya yang keberatan. Tapi mereka tidak berani bicara. Pertama takut diincar guru atau dimusuhi oleh paguyuban orang tua,” kata dia , Jumat (23/5/2025).
Orang tua siswa ini juga melihat sejumlah sekolah lain menggelar wisuda secara sederhana dan tidak membebani orang tua siswa. Menurut dia, kondisi keuangan setiap orang tua siswa berbeda.
“Biayanya sudah ratusan ribu. Itu belum baju yang ditemakan, kan masih biaya lagi. Nah, kalau anaknya cewek, kan juga make up, biaya lagi,” keluhnya.
Terpisah, ketua panitia purnawiyata SDN Kauman I Eva mengatakan bahwa rencana kegiatan tersebut merupakan permintaan wali murid. Pihaknya sebagai paguyuban mengaku mengakomodasi keinginan wali murid kelas 6.
Terkait masalah biaya, Eva mengaku pihaknya menyesuaikan dengan kebutuhan rancangan anggaran biaya (RAB) yang telah dipresentasikan. Bahkan, Eva menegaskan semua wali murid kelas 6 menyepakati biaya purnawiyata sebesar Rp 575 ribu.
“Untuk dresscode masih belum final karena masih menunggu pertemuan dengan wali murid grade 6 di awal bulan Juni sesuai yang sudah kami sampaikan di grup wali murid di masing-masing kelas,” ungkap Eva melalui pesan WhatsApp kepada media ini.
Menanggapi hal itu, Sentot Harianto, kasek SDN Kauman I, mengaku purnawiyata tersebut telah mengacu pada peraturan yang ada dan sesuai aturan dari kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang.
Menurut Sentot, sesuai aturan dari Kementerian Pendidikan, tidak ada larangan untuk menggelar wisuda. “Karena pada aturan itu tidak ada aturan dan larangan. Maka kepala dinas mengeluarkan edaran yang isinya pada prinsipnya wisuda tidak diwajibkan, tapi juga tidak dilarang, tergantung kesepakatan orang tua. Karena apa? Tugas dari lembaga pendidikan adalah melakukan penilaian sampai menentukan lulusan,” kata Sentot ditemui di ruangan kerjanya.
Sentot pun mengaku bahwa kegiatan purnawiyata SDN Kauman I dikelola orang tua siswa. Sekolah hanya menyetujui rencana tersebut.
“Asalkan semua dikoordinasikan dengan orang tua. Pesan kepala dinas, biayanya supaya diefisiensi, sehemat mungkin, sehingga tidak ada kesan wisuda seremonial sehingga memberikan kesan baik dari siswa kepada sekolah atau anak memberi apresiasi kepada sekolah karena enam tahun menempuh pendidikan,” imbuh Sentot.
Baca Juga : Proses Pilrek UIN Maliki Malang Masuki Tahap Penting di Kemenag
Hemat yang dimaksud Sentot sebenarnya tidak ada batasan nominal. “Hemat yang dimaksud itu sebenarnya tidak ada batasan, tapi seandainya sekolah itu punya ruangan yang istilahnya mencukupi untuk kegiatan, maka seyogyanya dilakukan di sekolah. Tapi kalau sekolah kesulitan, tidak punya ruangan untuk menyelenggarakan itu, maka orang tua berpikir daripada ribet, maka bisa menggunakan sarana tertentu seperti hotel yang jika dikalkulasi lebih murah. Kemudian dari sisi tenaga, pada dasarnya ini panitia kan ibu-ibu yang terlibat, kan harus mengoordinasi sarpras dan lainnya,” ungkap Sentot.
Sentot pun mengaku sebenarnya SDN Kauman I pun memiliki sebuah ruangan yang berada di lantai 3. Namun, dia mengaku kesulitan untuk menggelar kegiatan di ruangan tersebut. Dalihnya, mobilitas orang tua jadi sulit sehingga orang tua wali menyepakati menggelar purnawiyata di hotel.
“Kenapa di sana (hotel, red)? Kami punya ruangan tapi di lantai 3. Jadi, mobilitas orang tua itu sulit dan kami tidak punya perangkat sound dan lainnya. Kalau di Santika kita tinggal datang berkegiatan dan pulang. Kalau di sini kan kita harus bersihkan dan lainnya,” beber Sentot.
Di sisi lain, Sentot mengakui ada sekitar 20 persen orang tua siswa yang mendapatkan subsidi dari orang tua siswa lainnya. Hal itu yang memungkinkan sejumlah siswa dari 113 siswa yang akan diwisuda keberatan dengan rencana pembiayaan tersebut.
“Masalah biaya masih dibicarakan. Lalu bagaimana dengan yang tidak mampu? Solusinya adalah pertama, kami ajak diskusi kepada panitia atau orang tua. Kami ajak bicara kesulitannya di mana. Misal secra finansial tidak mampu, maka seyogyanya panitia yang lain dan mampu dapat menyubsidi,” lanjut Sentot.
Sementara itu, Kadisdikbud Kota Malang Suwarjana mengaku aturan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah tidak ada larangan menggelar wisuda. Namun, ia menekankan pentingnya kesepakatan dan tidak memberatkan orang tua.
“Dibolehkan, tapi tidak boleh memberatkan dan disepakati semua. Kalau satu wisuda, wisuda semua. Tidak ada aturan di hotel atau apa. Makanya diserahkan ke masing-masing,” ungkap Suwarjana ditemui di Pemkot Malang beberapa waktu lalu.
Suwarjana pun mengaku wisuda tidak diperbolehkan jika ada yang tidak diwisuda. Dalam arti, kalau ada salah satu siswa atau orang tua siswa yang keberatan, tidak ada wisuda.
“Sejauh ini, ada yang keberatan kaitannya dengan biaya. Tapi kan itu kembali lagi ke orang tuanya,” tukas Suwarjana.