JATIMTIMES - Hari Kebangkitan Nasional atau yang lebih dikenal dengan Harkitnas diperingati setiap tanggal 20 Mei setiap tahunnya. Perayaan ini tidak terlepas dari tokoh nasional dan organisasi Budi Utomo dalam membangkitkan semangat perjuangan menuju kemerdekaan.
Tahun 2025 ini menjadi peringatan ke-117 sejak lahirnya organisasi Boedi Utomo pada tahun 1908 yang menjadi tonggak awal gerakan nasional terorganisir di Indonesia.
Baca Juga : 63 Paguyuban Se-Indonesia Tolak 19 April sebagai Hari Keris Nasional
Pemerintah sendiri melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) telah merilis pedoman peringatan ke-117 Hari Kebangkitan Nasional.
Adapun tema yang diangkat tahun ini adalah "Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat". Tema ini menggambarkan semangat kolektif seluruh komponen bangsa untuk bangkit dari berbagai tantangan dan bergerak maju menuju Indonesia yang lebih kuat, mandiri, dan sejahtera.
Lantas seperti apa sejarah awal peringatan Hari Kebangkitan Nasional hingga bisa diperingati setiap 20 Mei? Berikut ulasan lengkapnya.
Sejarah Peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei
Dilansir dari laman resmi Kemdikbud, Hari Kebangkitan Nasional diperingati di setiap tanggal 20 Mei yang dilatarbelakangi dari lahirnya organisasi Boedi Oetomo. Organisasi ini diprakarsai oleh para mahasiswa STOVIA atas dorongan dari Dr. Wahidin Sudirohusodo (1857-1917), seorang dokter alumni STOVIA itu sendiri.
Pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia secara resmi menetapkan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Penetapan ini dirayakan secara besar-besaran di Istana Merdeka. Dalam upacara peringatan bersejarah ini, Presiden Soekarno menyampaikan pidatonya tentang alasan penetapan 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
"...Kenapa kita tanggal 20 Mei 1958 ini mengadakan peringatan Hari Kebangkitan Nasional setjara hebat? Toch 20 Mei tahun 1908 itu sekedar hari lahirnja satu perserikatan ketjil jang dinamakan Budi Utomo. Memang benar, Budi Utomo adalah satu serikat jang ketjil. Tetapi bukan itu jang kita peringati. Jang kita peringati ialah bahwa 20 Mei 1908 itu berisi kemenangan satu asas, kemenangan satu beginsel," penggalan pidato Presiden Soekarno.
Presiden Soekarno dalam pidatonya di Hari Kebangkitan Nasional pertama tahun 1958 menekankan betapa pentingnya kelahiran Boedi Oetomo pada tahun 1908 bagi kebangkitan bangsa. Menurut Soekarno, meskipun kelahiran dan kematian organisasi adalah hal yang biasa, Boedi Oetomo memiliki peran krusial dalam memicu semangat kebangsaan.
Boedi Oetomo, meskipun hanya berfokus pada kebudayaan Jawa, menjadi inspirasi bagi pendirian Sarekat Islam pada tahun 1911 oleh Haji Samanhudi. Sarekat Islam, yang aktif di luar Jawa dan bahkan di luar Hindia Belanda, melebarkan sayap dan memperjuangkan kemerdekaan. Di tahun yang sama, Indische Partij didirikan sebagai organisasi pertama yang secara tegas menuntut kemerdekaan Hindia.
Memasuki abad ke-20 menjadi babak penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Pada masa ini, muncullah kesadaran akan jati diri sebagai satu bangsa dalam pengertian modern.
Semangat kebangsaan ini telah menjauhkan Indonesia dari berbagai tragedi, seperti separatisme, perang antar agama, dan rasisme. Meskipun pernah mengalami pemberontakan seperti DI/TII dan PRRI/Permesta, pemberontakan tersebut bukan bertujuan untuk melawan identitas kebangsaan.
Rasa kebangsaan yang kuat ini merupakan hasil persebaran semangat kebangkitan nasional yang dimulai sejak masa pergerakan Boedi Oetomo. Peringatan Hari Kebangkitan Nasional setiap tanggal 20 Mei hendaknya menjadi momen untuk memahami makna di balik fakta sejarah ini.
Berdirinya Organisasi Boedi Oetomo
Baca Juga : Demo Ojol 20 Mei, Ini Info Lokasi dan Jam Aksinya
Berdirinya organisasi Boedi Oetomo dilatarbelakangi oleh kondisi sosial ekonomi yang memburuk pada abad ke-19. Hal ini diakibatkan oleh munculnya eksploitasi kolonial, politik liberal dan politik etis yang menyebabkan pemerintah kolonial menjadi pihak yang diuntungkan, sementara masyarakat Indonesia semakin melarat dan sengsara.
Kondisi yang memprihatinkan ini menarik simpati Dr. Wahidin Sudirohusodo yang merupakan tamatan sekolah dokter pribumi Stovia di Jakarta. Pada tahun 1906-1907 dia melakukan propaganda keliling pulau Jawa.
Pada tahun 1907, Dr. Wahidin Sudirohusodo mengunjungi almamaternya STOVIA di Jakarta. Di sana, dia bertemu dengan para mahasiswa dan melontarkan gagasan inspiratif untuk mendirikan organisasi yang bertujuan memajukan derajat bangsa.
Ide cemerlang Dr. Wahidin Sudirohusodo ini disambut dengan antusias oleh para mahasiswa STOVIA, terutama Sutomo dan kawan-kawannya. Bersama-sama, mereka merumuskan gagasan tersebut dan mendirikan organisasi Boedi Oetomo di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1908.
Nama organisasi tersebut diusul oleh seorang siswa bernama M. Soeradji. Boedi Oetomo yang berarti "Kebangkitan Budi Pekerti Luhur" menjadi organisasi pemuda pertama di Indonesia yang memiliki peran penting dalam membangkitkan semangat nasionalisme dan persatuan bangsa.
Makna Hari Kebangkitan Nasional
Hari Kebangkitan Nasional bukan hanya mengenang masa lalu, tetapi menjadi pengingat akan pentingnya persatuan, semangat gotong royong, dan nasionalisme dalam menghadapi tantangan zaman.
Sejak era 1900-an, bangsa Indonesia telah membuktikan kemampuannya untuk bangkit, bersatu, mengusir penjajah, meraih kemerdekaan, akses pendidikan, dan mempertahankan keutuhan negara di tengah berbagai krisis.
Semangat kebangkitan nasional ini yang mesti diwariskan dari generasi ke generasi, menjadi fondasi dalam membangun demokrasi, menjaga kedaulatan, serta menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bahkan, dalam kondisi arus globalisasi dan tantangan zaman, semangat Hari Kebangkitan Nasional tetap relevan sebagai pengingat bahwa kebangkitan bangsa dimulai dari kesadaran dan persatuan seluruh anak bangsa.