free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Pendidikan

Industri Kreatif Masuk Dunia Pendidikan di SMA BSS, Siswa Dapat Ilmu Seputar Perfilman

Penulis : Hendra Saputra - Editor : Nurlayla Ratri

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Murid SMA BSS yang siap bersaing pada industri kreatif. (foto: Hendra Saputra/JatimTIMES)

JATIMTIMES - Industri kreatif saat ini telah memasuki dunia pendidikan. Bahkan, siswa juga dituntut untuk dapat mengembangkan kreativitasnya. 

Salah satunya yakni SMA Brawijaya Smart School (BSS) yang kerap menggelar kegiatan di Malang Creative Center (MCC). Kegiatan itu dalam bentuk pelatihan pada industri perfilman yang dibalut dalam kerjasama. 

Baca Juga : Buku Neng Syafiyah: Penghormatan dan Warisan Sosok Penginspirasi dalam Dunia Pendidikan

Untuk mengembangkan kreativitas, SMA BSS mengajak siswa-siswinya untuk menggelar sebuah kegiatan yang terkait industri perfilman. Kegiatan itu bertajuk Vixxi 4.0 Wiyata Sandhya Astameva. 

Kegiatan ini menjadi wadah bagi para murid untuk menyalurkan kreativitas mereka melalui film pendek. Kegiatan ini juga sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

“Kegiatan ini adalah movie festival internal kami. Event tahunan ini menjadi ruang ekspresi dan apresiasi untuk anak-anak yang berkarya di bidang film pendek,” ujar Ketua Pelaksana, Widyo Nugroho Adi. 

Adi menjelaskan bahwa kegiatan ini tidak bersifat ekstrakurikuler, melainkan terintegrasi dalam pembelajaran intrasekolah. Terkhusus dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Seni Budaya. 

“Jadi ini bagian dari pembelajaran. Setiap kelas wajib membuat dua film pendek, karena satu kelas dibagi menjadi dua kelompok,” jelas Adi. 

Secara keseluruhan, terdapat 24 film pendek hasil karya siswa kelas 10 dan 11 yang ditayangkan, dengan tema besar kearifan lokal dan demokrasi. Setiap film berdurasi antara 5 hingga 15 menit, yang digarap hampir selama satu semester, mulai dari tahap penulisan naskah hingga proses pengambilan gambar dan pengeditan.

“Anak-anak mulai penggarapan sejak semester dua. Mereka belajar membuat naskah, mengatur jadwal syuting, mengelola anggaran, hingga mengedit film sendiri. Ini sangat mendidik dari sisi manajemen waktu dan kerjasama,” tambah Adi.

Dalam prosesnya, para siswa dibimbing oleh guru Bahasa Indonesia dan Seni Budaya, serta mendapat pendampingan dari alumni yang bekerja di industri perfilman, juga pelatih profesional melalui kerja sama dengan MCC.

Baca Juga : Bedhol Tumpeng Senopati, Siswa SMP Negeri 4 Ngawi Lepas Puluhan Burung Pipit 

Pendanaan kegiatan ini sebagian besar berasal dari swadaya siswa dan sponsor yang mereka cari sendiri, meskipun sekolah tetap memberikan subsidi. “Kami memang tidak mematok anggaran tinggi. Fokus kami bukan pada kemewahan, tapi pada kualitas karya yang bisa diapresiasi,” ungkap Adi.

Sekadar informasi, pada tahun sebelumnya, salah satu film karya siswa dalam kegiatan ini berhasil menembus kompetisi tingkat nasional dan meraih peringkat tiga besar. 

“Alhamdulillah, tahun kemarin sudah bisa ikut lomba nasional, dan menang. Harapannya tahun ini bisa kembali membawa pulang piala,” ucap Adi. 

Lebih dari sekadar festival, Fiksi telah menjadi ruang pembelajaran penting bagi siswa. Menurutnya, ini merupakan suatu bekal berharga untuk para siswa di masa mendatang

“Yang paling utama, mereka belajar mengatur waktu, bekerja sama, menyelesaikan konflik, dan bertanggung jawab,” tutupnya.