free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Peristiwa

Gubernur Lemhannas Ziarah ke Makam Bung Karno

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Dede Nana

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Gubernur Lemhannas RI, Ace Hasan Syadzily, menabur bunga di pusara Bung Karno di Blitar, Jumat (16/5/2025). Ziarah ini menjadi bagian dari peringatan HUT ke-60 Lemhannas RI. (Foto: Pemkab Blitar)

JATIMTIMES - Pagi itu, Jumat 16 Mei 2025, sinar matahari menyusup lembut di antara rindangnya pepohonan di kompleks Makam Bung Karno, Kota Blitar. Aroma dupa dan bunga tabur menyatu dalam suasana khidmat saat Gubernur Lemhannas RI, Ace Hasan Syadzily, memimpin ziarah nasional dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-60 Lemhannas.

Ziarah ke makam Presiden pertama Republik Indonesia ini bukan sekadar ritual simbolik. Di balik doa-doa yang dipanjatkan, tersimpan ikhtiar yang kuat untuk menguatkan kembali semangat pendirian lembaga yang pernah digagas Bung Karno pada era 1960-an. Ace menyebut ziarah ini sebagai bentuk penghormatan terhadap Sang Proklamator sekaligus momen refleksi atas peran Lemhannas dalam merawat ketahanan nasional.

Baca Juga : Sentot Alibasyah Prawirodirdjo: Senopati Diponegoro yang Lahir dari Bara Api Revolusi

Menurut Ace, Bung Karno tidak hanya meletakkan fondasi negara, tetapi juga membayangkan hadirnya satu lembaga yang mencetak para pemimpin dengan wawasan strategis kebangsaan. "Lemhannas dibentuk oleh Bung Karno sebagai Kawah Candradimuka, tempat pematangan para calon pemimpin bangsa. Dan kami terus melanjutkan visi itu," ujarnya dalam pernyataan kepada media.

Ia menyadari, dalam dunia yang kian kompleks dan penuh ketidakpastian, para pemimpin tidak cukup hanya paham birokrasi atau politik praktis. Mereka, kata Ace, harus mampu membaca peta geopolitik, memahami dinamika geostrategi, dan menguasai persoalan geoekonomi secara mendalam. "Ini penting agar pemimpin-pemimpin masa depan siap menghadapi tantangan global yang kian dinamis," tambahnya.

Rangkaian kegiatan ini menjadi bagian dari peringatan HUT ke-60 Lemhannas RI tahun 2025. Di Blitar, penghormatan terhadap Bung Karno bukan sekadar agenda seremonial. Kota ini, yang menjadi tempat peristirahatan terakhir Sang Proklamator, telah menjelma menjadi saksi bisu pergulatan nilai dan semangat kebangsaan.

Wali Kota Blitar, Syauqul Muhibbin, mengungkapkan rasa bangganya atas kunjungan Gubernur Lemhannas dan jajaran Forkompimda. Menurutnya, setiap pemimpin yang mengemban amanat negara seharusnya tak melupakan sejarah. 

"Ziarah ini bukan hanya mengenang jasa, tapi juga pengingat bahwa kepemimpinan harus bersandar pada nilai-nilai luhur yang diwariskan para pendiri bangsa," kata pria yang akrab disapa Mas Ibin itu.

Turut hadir dalam ziarah tersebut jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dari Kota dan Kabupaten Blitar. Kapolda Jawa Timur, Dandim 0808 Blitar, serta para pejabat daerah lainnya ikut memadati kompleks pemakaman. Doa-doa dipanjatkan, bunga ditabur, dan setiap langkah terasa menyatu dalam semangat kebangsaan yang membumi.

Bupati Blitar, Rijanto, yang turut mendampingi Ace Hasan Syadzily dalam ziarah itu menyampaikan apresiasi atas komitmen Lemhannas. Menurutnya, Lemhannas memiliki peran strategis dalam merawat nilai-nilai kebangsaan di tengah tantangan zaman yang terus berubah. “Kami bangga Kabupaten Blitar bisa menjadi bagian dari upaya Lemhannas untuk terus menjaga semangat pendiri bangsa,” tuturnya.

Baca Juga : Pemprov Jatim Targetkan Dokter Gigi Tersebar Merata di Seluruh Puskesmas 

Ziarah ini memang hanya satu dari sekian agenda dalam peringatan ulang tahun Lemhannas. Namun, di tengah pusaran isu-isu nasional yang kerap menguras perhatian publik, langkah kecil ini menjadi penanda penting: bahwa kepemimpinan sejati dimulai dari mengenali akar sejarah, menghormati pendiri, dan menapaki masa depan dengan kompas nilai-nilai kebangsaan yang jelas.

Ace menegaskan, ke depan Lemhannas akan terus melakukan revitalisasi pendidikan kepemimpinan nasional agar semakin adaptif terhadap tantangan global. Ia menyebut, memperkuat ketahanan nasional bukan hanya tugas aparat keamanan, tetapi juga tanggung jawab setiap pemimpin bangsa.

Dari Blitar, pesan itu mengalir pelan tapi pasti. Di antara batu nisan dan bunga melati, suara Bung Karno seakan menggema kembali—mengingatkan bahwa Indonesia dibangun bukan oleh kepentingan sesaat, melainkan oleh visi jangka panjang dan komitmen terhadap kebangsaan yang utuh.