free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Serba Serbi

Mengenal Tradisi Pindapata Jelang Waisak 2025, Begini Maknanya

Penulis : Binti Nikmatur - Editor : Yunan Helmy

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Pindapata, sebuah tradisi yang menjadi simbol pengabdian dan rasa terima kasih umat kepada para biksu. (Foto: laman Ditjen Bimas Buddha)

JATIMTIMES - Menjelang Hari Raya Waisak 2025 yang jatuh pada Senin (12/5/2025), umat Buddha di berbagai daerah kembali mempersiapkan diri untuk melaksanakan beragam prosesi sakral. Salah satunya prosesi yang cukup dikenal adalah Pindapata, tradisi yang menjadi simbol pengabdian dan rasa terima kasih umat kepada para biksu. 

Meski terlihat sederhana, berupa pemberian makanan atau kebutuhan sehari-hari kepada biksu, Pindapata menyimpan nilai spiritual yang mendalam. Tradisi ini mengajarkan ketulusan, kerendahan hati, dan pentingnya berbagi sebagai bagian dari perjalanan menuju pencerahan. 

Untuk diketahui, Pindapata adalah tradisi dalam ajaran Buddha. Dalam tradisi ini, para biksu atau biksuni berjalan kaki ke pemukiman warga untuk menerima derma berupa makanan atau perlengkapan sehari-hari dari umat.

Namun, perlu dipahami bahwa Pindapata bukanlah kegiatan meminta-minta. Tradisi ini justru merupakan wujud penghormatan umat kepada guru spiritual yakni para biksu, yang selama ini telah membimbing umat dalam ajaran Dharma.

Baca Juga : Studi Kampus Implementasi P5RA, MAN Kota Batu Kunjungi Sejumlah PTN Ternama dan Tempat Bersejarah

Pindapata juga mencerminkan hubungan batin antara murid dan guru, serta menjadi simbol kedekatan spiritual. 

Tak hanya itu. Pindapata juga menjadi bentuk praktik hidup sederhana bagi para biksu yang menjauh dari urusan duniawi. Dalam tradisi ini, biksu akan mengenakan jubah dan membawa patta (mangkuk sedekah) untuk menerima persembahan dari umat. 

Sebelum melaksanakan Pindapata, para biksu biasanya memanjatkan doa atau membaca parita di vihara. Doa ini dimaksudkan agar pelaksanaan berlangsung lancar dan tidak ada kendala selama perjalanan. 

Saat prosesi berlangsung, umat dianjurkan bersikap hormat. Umumnya, umat Buddha akan memberikan sedekah dengan menangkupkan kedua tangan di dada (anjali), sebagai bentuk penghormatan. Bahkan, sebagian umat tidak menggunakan alas kaki sebagai simbol kerendahan hati saat memberikan persembahan. 

Yang diberikan pun beragam. Mulai dari makanan, minuman, hingga perlengkapan mandi. Dalam ajaran Buddha, terdapat empat kebutuhan pokok biksu yang bisa disumbangkan, yakni:
- Civara: jubah atau pakaian biksu
- Ahara: makanan dan minuman
- Senāsana: tempat tinggal
- Bhesajja: obat-obatan 

Namun perlu diingat, biksu tidak diperbolehkan menerima uang secara pribadi ataupun terlibat dalam aktivitas perdagangan. Uang yang dikumpulkan biasanya dikelola oleh vihara untuk kebutuhan pendidikan, kegiatan keagamaan, atau pembangunan fasilitas ibadah. 

Pelaksanaan Pindapata menjelang Waisak umumnya disesuaikan dengan kebijakan masing-masing vihara atau komunitas Buddha. Waktu dan rutenya bisa berbeda-beda di tiap daerah, namun semua dilangsungkan menjelang Hari Raya Waisak.