JATIMTIMES - Vatikan menjadi sorotan dunia setelah wafatnya Paus Fransiskus pada Senin Paskah lalu dalam usia 88 tahun. Kini, gereja Katolik bersiap memilih pemimpin barunya melalui proses Konklaf yang penuh kerahasiaan dan tradisi berusia ratusan tahun.
Hingga Kamis (8/5/2025), kata kunci Konklaf pemilihan Paus baru menjadi trending dalam penelusuran Google. Banyak yang mencari tahu prosesnya.
Para Kardinal Berkumpul di Vatikan
Dilansir dari BBC, Kamis (8/5/2025), para pemimpin senior gereja Katolik dari berbagai penjuru dunia telah berkumpul di Kota Vatikan. Mereka bersiap menjalani proses Konklaf, yakni pertemuan tertutup dan rahasia untuk memilih paus baru menggantikan Paus Fransiskus, Paus pertama asal Amerika Latin yang kini telah wafat.
Sejarah mencatat, setiap kali Konklaf digelar, itu menjadi momen perubahan besar bagi gereja Katolik. Setiap Paus baru membawa arah dan warna berbeda bagi umat Katolik di seluruh dunia.
Siapa yang Memilih?
Hanya para kardinal yang berusia di bawah 80 tahun yang berhak memilih paus baru. Mereka memegang tanggung jawab besar, bukan hanya secara administratif, tetapi juga secara spiritual. Total ada 135 kardinal yang memenuhi syarat saat Paus Fransiskus wafat. Namun, dua di antaranya absen karena alasan kesehatan. Artinya, ada 133 kardinal yang akan memberikan suara dalam Konklaf kali ini.
Menariknya, dari 133 kardinal tersebut, 108 di antaranya ditunjuk langsung oleh Paus Fransiskus semasa hidupnya. Meski tidak menjamin, hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa Paus baru akan meneruskan visi progresif dan inklusif yang selama ini diusung Paus Fransiskus.
Meski mayoritas kardinal masih berasal dari Eropa,sesuatu yang sudah berlangsung berabad-abad, pergeseran mulai terlihat. Kini, hampir seperempat kardinal yang ikut serta dalam Konklaf berasal dari Asia. Ini mencerminkan pergeseran geografis pusat pertumbuhan umat Katolik dunia.
Konklaf: Proses yang Penuh Tradisi
Konklaf berasal dari bahasa Latin cum clave yang berarti “dengan kunci”, merujuk pada tradisi mengunci para kardinal agar tidak terpengaruh dunia luar selama proses pemilihan berlangsung. Sejak abad ke-15, pemilihan Paus dilakukan di dalam Kapel Sistina, di bawah fresco Renaissance karya Michelangelo yang terkenal.
Selama Konklaf, para kardinal tinggal di Casa Santa Marta, sebuah wisma tamu lima lantai di dalam Vatikan yang memiliki 106 suite dan 22 kamar tunggal. Paus Fransiskus sendiri dahulu tinggal di suite 201 selama masa kepausannya.
Setiap hari, para kardinal akan berjalan menyusuri Via delle Fondamenta menuju Kapel Sistina. Seluruh komunikasi dengan dunia luar dilarang keras selama masa konklaf.
Di Dalam Kapel Sistina
Proses pemilihan Paus sangat rahasia. Begitu memasuki Kapel Sistina, para kardinal tidak boleh lagi berhubungan dengan pihak luar. Pada hari pertama, biasanya hanya ada satu putaran pemungutan suara. Namun setelahnya, bisa dilakukan hingga empat putaran dalam sehari.
Untuk terpilih menjadi Paus, seorang kandidat harus mendapat dua pertiga suara. Masing-masing kardinal menuliskan nama pilihannya pada selembar kertas bertuliskan dalam bahasa Latin: “Eligo in Summum Pontificem” (Saya memilih sebagai Paus Tertinggi), lalu memasukkannya ke dalam sebuah wadah perak berlapis emas.
Tiga kardinal yang ditunjuk sebagai scrutineer akan menghitung suara dan membacakannya satu per satu. Setelah itu, semua kertas suara dijahit dan dibakar di tungku khusus yang dipasang di dalam Kapel Sistina.
Jika suara yang keluar dari cerobong berwarna hitam, itu berarti belum ada Paus yang terpilih. Namun, jika asap yang mengepul berwarna putih, itu pertanda bahwa Paus baru telah dipilih.
Untuk menghindari kebingungan, suara lonceng juga akan dibunyikan bersamaan dengan asap putih, mengonfirmasi kabar suka cita kepada ribuan umat yang menanti di Lapangan Santo Petrus.
Jika Pemilihan Berlangsung Lama
Apabila Konklaf memasuki hari ketiga tanpa hasil, para kardinal dapat mengambil satu hari untuk berdoa. Setelah itu, mereka diizinkan beristirahat setiap tujuh putaran pemungutan suara.
Jika hingga 33 putaran tidak menghasilkan keputusan, dua kandidat dengan suara terbanyak akan masuk ke putaran akhir. Meski demikian, salah satu dari mereka tetap harus mengantongi dua pertiga suara untuk bisa terpilih menjadi Paus.
Konklaf terlama dalam sejarah berlangsung selama dua tahun sembilan bulan, dimulai pada 1268. Namun setelah beberapa reformasi aturan, kini rata-rata Konklaf hanya berlangsung sekitar tiga hari. Paus Benediktus XVI dan Paus Fransiskus sendiri terpilih hanya dalam waktu dua hari.
Mengumumkan Paus Baru
Setelah terpilih, Paus baru akan ditanya apakah ia menerima jabatan tersebut dan nama yang ingin digunakannya. Tradisinya, Paus memilih nama simbolik sebagai bentuk penghormatan atau inspirasi, sebagaimana Paus Fransiskus yang memilih nama tersebut karena terinspirasi oleh Santo Fransiskus dari Assisi dan sahabatnya, Kardinal Claudio Hummes.
Setelah menyatakan nama barunya, Paus akan dibawa ke Room of Tears—sebuah ruang kecil di Kapel Sistina tempat ia pertama mengenakan jubah kepausan dan aksesori seperti mozzetta (mantel) dan zucchetto (kopiah putih).
Ruangan itu dinamakan demikian karena banyak Paus yang dilaporkan menangis di dalamnya, merasakan beban dan tanggung jawab besar sebagai pemimpin 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia.
Pilihan pakaian yang dikenakan di detik-detik awal juga menjadi isyarat gaya kepemimpinan sang Paus baru. Paus Fransiskus, misalnya, memilih mengenakan jubah putih sederhana dan menolak mantel merah dengan bulu musang sebagai simbol kesederhanaannya.
Momen yang Ditunggu Dunia
Setelah siap, Paus baru akan tampil di balkon Basilika Santo Petrus, menyapa umat dari seluruh dunia yang berkumpul di lapangan.
Pengumuman tradisional pun akan bergema:
“Annuntio vobis gaudium magnum... habemus papam!”
(Saya mengumumkan kepada Anda sukacita besar... kita memiliki seorang Paus!).