JATIMTIMES - Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Tulungagung Indonesia (AMTI) menggelar aksi simbolik bertajuk "Ada Apa dengan Tulungagung" di perempatan Tugu Kendang, Tulungagung.
Salah satu mahasiswa yang ikut terjun langsung dalam aksi, Asa, mengatakan bahwa spanduk ini telah terpasang di pusat kota Tulungagung sejak Rabu (7/5) siang. Dia menjelaskan bahwa banyak sektor masyarakat belum merasakan dampak signifikan dari kepemimpinan baru di Tulungagung.
Baca Juga : Pemkab Gresik Lantik 17 Jurusita Pajak Daerah, Ini Tugasnya
Aksi ini ditandai dengan pembentangan spanduk besar berwarna mencolok yang mengusung pertanyaan tajam tersebut sebagai bentuk kritik terhadap situasi yang mereka nilai memprihatinkan di daerah. Terdapat beberapa tulisan yang terbagi dalam sisi yang berbeda selain tema utama, yakni "Mafia Hukum! Penegakan?" dan "Koruptor Berkeliaran" terpampang jelas di perempatan Tugu Kendang tersebut.
“Saat dikroscek oleh teman-teman ke yayasan-yayasan sekitar masih banyak yang belum merasakan dampak kinerja. Seperti perbaikan jalan yang belum terealisasikan,” jelas Asa.
Dukungan masyarakat terlihat nyata. Beberapa pengguna jalan yang melintas memberikan reaksi simpatik. Bahkan beberapa pengendara berhenti sejenak untuk membaca isi spanduk. Aksi pasang spanduk ini juga mendapat pengawalan ketat dari aparat kepolisian demi memastikan ketertiban dan keselamatan semua pihak yang terlibat.
Tema besar yang diangkat dalam unjuk rasa ini mencerminkan keresahan mahasiswa atas sejumlah persoalan yang belum tertangani dengan baik. Mulai dari dugaan praktik korupsi yang belum tersentuh hukum secara tuntas hingga harapan agar kepemimpinan baru di Tulungagung bisa lebih responsif terhadap suara publik, khususnya kalangan muda dan akar rumput.
Para mahasiswa menyuarakan beberapa tuntutan utama. Pertama, mereka mendesak pengusutan menyeluruh terhadap pejabat yang diduga terlibat dalam tindak pidana korupsi. Kedua, mereka mendorong evaluasi serius terhadap gaya kepemimpinan kepala daerah yang baru agar terbuka pada aspirasi rakyat.
Seluruh mahasiswa yang terlibat dalam aksi juga menekankan pentingnya penegakan hukum yang adil dan tidak tebang pilih sekaligus menjamin hak warga dalam menyuarakan pendapat.
Asa juga menyampaikan bahwa gerakan ini tidak akan berhenti di satu titik. Menurut dia, akan ada aksi lanjutan yang lebih konsisten dilakukan setiap hari Selasa sebagai bentuk tekanan moral kepada pihak terkait. “Akan ada pergerakan setiap hari Selasa,” ujarnya.
Baca Juga : Kandang Ayam di Nglegok Ludes Terbakar Saat Hujan Deras, Konsleting Listrik Diduga Jadi Biang Kerok
Berdasarkan keterangan lanjutan, gerakan ini akan mereka beri nama “Selasar” sebagai aksi ruang terbuka untuk menyampaikan suara terhadap pejabat publik di Tulungagung.
Mahasiswa berharap, pemerintah daerah bersedia membuka ruang dialog dan merespons tuntutan ini bukan sebagai bentuk perlawanan, melainkan sebagai masukan konstruktif demi membangun Tulungagung yang lebih baik dan transparan.