free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Hiburan, Seni dan Budaya

Masuk Kalender Karisma Event Nusantara, Banyuwangi Ethno Carnival 2025 Angkat Tema Ngelukat: Usingnese Traditional Ritual

Penulis : Nurhadi Joyo - Editor : Yunan Helmy

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
John A.  Rahmatullah, fotografer dan pengurus Dewan Kesenian Blambangan (DKB) Banyuwangi (baju hitam) menjadi juri audisi calon peserta BEC 2025 di Kantor Kecamatan Srono Banyuwangi. (Istimewa)

JATIMTIMES - Banyuwangi Ethno Carnival (BEC), salah satu even kebanggaan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi, tahun ini kembali masuk dalam kalender Karisma Event Nusantara (KEN) yang memasuki tahun keempat

Masuknya BEC dalam even yang disusun oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI itu menegaskan posisi BEC sebagai salah satu even unggulan berskala nasional. BEC tidak hanya menampilkan kekayaan seni budaya lokal, tetapi juga menarik perhatian wisatawan Nusantara dan mancanegara.

Baca Juga : Workshop Asistensi Mengajar: Kontribusi MIN 1 Kota Malang dalam Mencetak Pendidik Berkualitas 

Dengan berbagai persiapan yang matang dan antusiasme masyarakat yang tinggi, BEC 2025 diprediksi akan mampu menjadi magnet pariwisata yang memikat dan mengundang masyarakat untuk datang berkunjung dan menyaksikan aksi para talenta berbakat seni budaya dalam catwalk yang cukup panjang.

Menurut Plt kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Banyuwangi melalui Kepala Bidang (Kabid) Pemasaran Ainur Rofiq,  BEC akan digelar pada 12 Juli 2025 mendatang dengan mengusung tema “Ngelukat: Usingnese Traditional Ritual”, yang mengangkat filosofi dan tahapan penting dalam kehidupan masyarakat Oesing. Mulai dari selapan, mudun lemah, sunatan/khitanan, lamaran, pengantin, mitoni, hingga semoyo buyut.

Untuk menjaring calon peserta BEC 2025, Disbudpar Kabupaten Banyuwangi menunjuk 3 juri audisi yang cukup dikenal masyarakat yang ada di ujung timur Pulau Jawa itu. YaitubSabar Hariyanto dari Sanggar Tari Lang Lang Buana Banyuwangi, John A.  Rahmatullah (fotografer dan pengurus Dewan Kesenian Blambangan (DKB) Banyuwangi, dan Sella (Sella Models Banyuwangi).

Menurut Rofiq, untuk mematangkan persiapan pihaknya telah melakukan sejak jauh-jauh hari. Yang terbaru adalah menggelar seleksi atau audisi peserta BEC yang dibagi menjadi empat zona.

Gelaran audisi pertama dilaksanakan di pendapa Kecamatan Srono Banyuwangi pada Selasa (6/5/2025). Kemudian audisi kedua dan ketiga digelar pada 7 dan 8 Mei 2025 .di Kantor Kecamatan Bangorejo dan di Kantor Kecamatan Genteng serta dilanjutkan di Kantor Disbudpar Kabupaten Banyuwangi pada 14 Mei 2025.

Alumni FISIP Universitas Jember tersebut mengatakan,   peserta BEC tahun ini ditargetkan bisa mencapai 100 orang. "Tahun ini kami akan memberikan subsidi kostum kepada peserta yang lolos audisi. Masing-masing peserta akan mendapatkan subsidi senilai Rp. 1.500.000. Jadi, kami harap peserta secara kreatif bisa membuat desain kostum yang menarik," ujarnya pada Rabu (7/5/2025).

Baca Juga : Perkuat Sinergi, Bupati Malang Sanusi Hadiri Pengukuhan Kepala OJK Malang

Dalam tahapan audisi, dewan juri akan memberikan penilaian terhadap peserta yang dengan beberapa kriteria seperti antara lain; penampilan menarik (good looking), tinggi badan minimal 165 cm untuk pria dan 160 cm untuk wanita, serta memiliki kemampuan dasar dalam bidang tari dan modelling. Penilaian juga mencakup catwalk, tari dasar, fashion dance, serta ekspresi peserta.

Sementara salah seorang juri audisi BEC 2025 John A.  Rahmatullah menyatakan istilah "Ngelukat" dalam adat tradisi dan budaya Oesing merupakan tahapan kehidupan yang harus dilalui semenjak sebelum dilahirkan hingga memasuki masa tuanya.

“Wujud atau bentuk dari rasa syukur tersebut divisualisasikan dalam bentuk ritual atau selamatan/tasyakuran sebagai perlambang kebaikan serta kebajikan yang telah dilimpahkan oleh Allah SWT. Sebagai wujud kita sebagai hamba yang senantiasa  wajib menjalankan perintah dan kewajiban yang Allah dan rasulnya,” ujar John.

Lebih lanjut dia menuturkan sebagai penggambarannya nenek moyang atau para leluhur mengemasnya dalam bentuk tradisi selamatan/ peringatan dalam kehidupan sosialnya.”Untuk memaknai  seluruh tradisi tersebut, biasanya dikenal dengan tradisi antara lain; mitoni, mudun lemah, khitanan, mantenan,  nggeruwat, angon putu ( among buyut ) dan lain-lain,” pungkas John.