JATIMTIMES - Pernyataan Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto yang disampaikan dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional di Balai Kota Blitar beberapa waktu lalu, kini berujung pelaporan oleh seorang warga bernama Haryono.
Pria asal Blitar itu merasa ucapan sang Wamendagri justru menciptakan kegaduhan yang tidak perlu di tengah masyarakat.
Baca Juga : TPT Turun 0,13 Persen Poin, 894,50 Ribu Orang di Jatim Masih Berstatus Pengangguran
Dalam pidatonya, Bima Arya menekankan pentingnya kekompakan antara Wali Kota Blitar, Syauqul Muhibbin, dan Wakil Wali Kota Blitar, Elim Tyu Samba. Ia bahkan menyatakan bahwa pihak-pihak yang berusaha memisahkan keduanya akan “berhadapan dengan Wakil Menteri Dalam Negeri.”
Ucapan itu direkam dalam sebuah video yang kemudian viral di media sosial. Sejumlah netizen memberikan respons beragam, sebagian menilai pernyataan itu positif sebagai bentuk dukungan terhadap kepemimpinan yang harmonis, namun ada pula yang merasa ucapan tersebut mengandung aroma tekanan politik yang tidak semestinya diungkapkan secara terbuka.
Haryono termasuk dalam kelompok yang resah. Dalam keterangannya kepada wartawan, ia menyatakan bahwa Kota Blitar selama ini dalam keadaan kondusif dan adem. Ia menilai pernyataan Wamendagri seolah-olah mencerminkan adanya konflik antara kepala daerah yang sebenarnya tidak pernah terjadi.
“Kami sering lihat Wali Kota dan Wakil Wali Kota turun bersama ke masyarakat, rapat bareng, kerja bareng. Lalu kenapa tiba-tiba muncul pernyataan yang seperti ancaman itu? Ini memunculkan tanda tanya besar di kalangan warga,” ujar Haryono, Rabu (7/5/2025).
Sebagai bentuk kepedulian terhadap jalannya pemerintahan dan tanggung jawab sosial, Haryono pun melaporkan pernyataan Wamendagri ke Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto. Tak hanya itu, surat yang ia kirim juga ditujukan kepada Menteri Dalam Negeri, Komisi II DPR RI, dan Ketua Umum PAN.
“Saya melihat ini tidak pantas dan tidak etis diucapkan dalam forum resmi. Maka saya minta laporan ini diselidiki serius dan hasilnya disampaikan ke publik. Ini bukan soal pribadi, tapi soal menjaga suasana kondusif dalam pemerintahan daerah,” tegasnya.
Di sisi lain, Wali Kota Blitar, Syauqul Muhibbin, memberikan respons yang terkesan tenang dan normatif. Ia menilai isu yang bergulir saat ini tidak berkaitan dengan aktivitasnya sebagai kepala daerah.
“Saya ini bekerja keras saja. Tidak ada apa-apa kok. Jadi saya juga tidak ngerti soal pelaporan itu,” ujarnya dengan nada datar ketika dimintai tanggapan, Rabu (7/5/2025).
Baca Juga : Wali Kota Batu Minta Ada Evaluasi Pasca Insiden Wahana Jatim Park 1: Warning bagi Pelaku Usaha Pariwisata
Menurut pria yang akrab disapa Mas Ibin ini, ia memilih untuk tetap fokus bekerja dan menjangkau masyarakat secara langsung. Ia menyebut rutinitasnya lebih banyak dihabiskan untuk memastikan pelayanan publik berjalan baik dan program-program pembangunan kota terealisasi sesuai harapan warga.
“Saya ini aktif turun ke masyarakat. Yang penting Blitar ke depan semakin baik, semakin SAE. Soal yang lain-lain, ya saya tidak ikut campur,” imbuhnya.
Pidato Bima Arya yang mengundang polemik itu sebenarnya sarat pesan persatuan. Dalam video yang beredar, Bima menyatakan bahwa tidak boleh ada pihak yang memecah belah kepemimpinan di Blitar. Ia pun mengakhiri pesannya dengan doa agar para pemimpin diberikan kemudahan dalam ikhtiar membangun daerah.
“Setuju kalau pemimpinnya kompak, setuju kalau pemimpinnya bersama-sama memikirkan warga,” ujar Bima dalam video tersebut.
Namun, dalam kacamata publik yang lebih sensitif terhadap gestur politik, pesan tersebut bisa dibaca berlapis. Haryono adalah satu dari sekian yang menafsirkan pernyataan itu bukan sekadar dukungan, melainkan sinyal terhadap dinamika internal pemerintahan daerah yang sebelumnya tidak pernah muncul ke permukaan.
Kini, bola panas telah dilempar. Apakah laporan warga ini akan ditindaklanjuti secara serius oleh pemerintah pusat, atau justru diredam sebagai bagian dari dinamika demokrasi lokal, publik Blitar tengah menunggu jawabannya. Yang pasti, di tengah hiruk-pikuk polemik, Mas Ibin memilih diam dan bekerja, sikap yang barangkali paling waras di tengah atmosfer politik yang mulai beriak.