free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Pendidikan

Guru SMA/SMK Patut Waspadai Burnout: Pahami Penyebab, Dampak Hingga Solusinya 

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Seminar Guru BK SMA/SMK Kabupaten Malang mengusung tema 'Menyembuhkan Diri Untuk Menyembuhkan Siswa: Mengatasi Burnout Guru BK' di Universitas Gajayana (Uniga), Sabtu (3/5/2025)

JATIMTIMES - Burnout atau kelelahan psikologis kini menjadi salah satu permasalahan serius yang dihadapi oleh para guru di Kabupaten Malang. Tidak hanya mengganggu kesehatan mental, kondisi ini juga mempengaruhi kinerja guru dalam memberikan pendidikan yang maksimal kepada siswa. 

Dalam Seminar Guru BK SMA/SMK Kabupaten Malang, mengusung tema 'Menyembuhkan Diri Untuk Menyembuhkan Siswa: Mengatasi Burnout Guru BK' di Universitas Gajayana (Uniga), Sabtu (3/5/2025), dua psikolog mengungkapkan pentingnya mengenali gejala burnout dan cara penanganannya agar para tenaga pendidik dapat kembali bekerja dengan penuh dedikasi.

Baca Juga : Gempa Tektonik M 4,8 di Kuta Selatan-Bali Turut Dirasakan Hingga Malang

Burnout merupakan kondisi kelelahan fisik dan emosional yang dialami seseorang akibat stres yang berlarut-larut, dan hal ini banyak dialami oleh para guru di Kabupaten Malang. Menurut Yafi Ahmad, M.Psi, seorang psikolog yang menjadi narasumber dalam seminar, burnout seringkali dimulai dengan gejala fisik seperti rasa lelah yang berlebihan, kehilangan semangat, dan berkurangnya motivasi untuk bekerja.

 

1

"Guru yang mengalami burnout akan merasa sangat lelah, tidak punya energi untuk melanjutkan pekerjaan, dan sering kali merasa bahwa apa yang mereka lakukan tidak memberikan hasil yang memuaskan," ujar Yafi.

Tidak hanya itu, burnout pada guru juga dipicu oleh tekanan psikologis akibat tuntutan pekerjaan yang tinggi. Banyak guru yang merasa tertekan oleh masalah-masalah yang tidak hanya berasal dari pekerjaan mereka, tetapi juga dari lingkungan sosial, termasuk interaksi dengan siswa dan perkembangan media sosial yang semakin memengaruhi kehidupan anak-anak zaman sekarang. 

Salah satu faktor utama yang memengaruhi terjadinya burnout adalah perubahan besar dalam dinamika karakter dan perilaku siswa. 

Dewi Suryaningtyas, M.Psi, psikolog yang juga menjadi narasumber dalam seminar, menjelaskan bahwa karakteristik siswa zaman sekarang sangat berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya. "Anak-anak zaman sekarang memiliki kepribadian dan karakter yang sangat beragam. Terkadang, perilaku siswa yang dianggap 'nakal' oleh guru bisa menjadi pemicu terjadinya burnout," terang Dewi.

2

Selain itu, hadirnya media sosial sebagai bagian dari kehidupan siswa kini semakin memperburuk situasi. Banyak siswa yang mempublikasikan masalah mereka di media sosial, yang sering kali memicu kecemasan dan tekanan bagi para guru. 

"Tekanan dari media sosial membuat burnout pada guru menjadi lebih rentan terjadi, karena mereka merasa harus mengelola masalah pribadi dan akademik siswa dalam ruang yang semakin terbuka untuk umum," lanjut Dewi. 

Jika tidak segera ditangani, burnout dapat berkembang menjadi masalah psikologis yang lebih serius, seperti stres kronis, depresi, dan kecemasan. 

Baca Juga : Pemkab Blitar Siapkan Tim Pendamping Tambang: Upaya Tertibkan Galian Pasir dan Jaga Lingkungan

Fenomena ini sangat berisiko jika dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, karena tidak hanya merugikan guru, tetapi juga memengaruhi kualitas pendidikan yang diberikan kepada siswa. Oleh karena itu, penting untuk memberikan perhatian lebih pada kesejahteraan mental para guru agar mereka dapat melaksanakan tugas mereka dengan optimal.

Yafi Ahmad menekankan bahwa penting bagi guru untuk mengenali gejala burnout pada diri mereka dan mencari dukungan emosional. "Sebelum dapat membantu siswa, guru perlu memastikan bahwa mereka sehat secara fisik dan mental. Ini adalah langkah pertama untuk bisa memberikan pengajaran yang efektif," jelasnya.

Salah satu cara yang disarankan untuk mengatasi burnout adalah dengan menciptakan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. Guru juga disarankan untuk berkomunikasi dengan rekan sejawat atau konselor sekolah jika merasa tertekan. Selain itu, pelatihan untuk mengelola stres dan memperkuat ketahanan mental sangat dibutuhkan oleh para guru agar dapat menghadapi tantangan yang ada dengan lebih baik.

3

Kaprodi Psikologi, Moersito Wimbo, S.Psi., M.A, menambahkan bahwa burnout yang tidak ditangani dapat berdampak pada kesehatan mental guru. "Burnout adalah awal dari stres yang berkepanjangan. Jika tidak segera ditangani, hal ini dapat menyebabkan gangguan psikologis yang lebih serius, seperti depresi dan kecemasan," kata Wimbo.

Lebih lanjut Wimbo menjelaskan, pelatihan dan seminar ini sangat penting untuk memberi pemahaman lebih kepada guru BK tentang bagaimana menangani burnout, baik pada diri sendiri maupun pada siswa. Diharapkan, melalui program-program seperti ini, para guru tidak hanya mampu mengelola burnout mereka sendiri, tetapi juga dapat memberikan dukungan psikologis yang lebih baik kepada siswa.

"Dengan adanya pelatihan ini, kami berharap banyak guru yang dapat mengungkapkan keluhan mereka, sehingga mereka bisa kembali bekerja dengan semangat baru," pungkas Wimbo.