free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Pemerintahan

Didik Pelajar Barak Militer, Wakil Mendagri: Bukan Hanya Melatih Disiplin

Penulis : Riski Wijaya - Editor : A Yahya

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Wakil Mendagri RI, Bima Arya Sugiarto.(Foto: Istimewa).

JATIMTIMES - Wakil Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Bima Arya Sugiarto menilai bahwa untuk pendekatan secara militer tak cukup untuk menyelesaikan persoalan kenakalan remaja. Meskipun di sisi lain, persoalan tersebut sudah sepatutnya diberi perhatian serius. 

Hal tersebut disampaikan untuk menanggapi langkah pembinaan bagi sejumlah pelajar dengan mengirimkannya ke barak militer. Hal ini diketahui dilakukan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat belum lama ini. 

Baca Juga : Wamendagri Sebut Kota Malang Masuk di Jajaran Terdepan Soal Kinerja Pemerintahan

Berdasarkan informasi yang dihimpun, setidaknya ada sebanyak 39 siswa dari sejumlah sekolah di Purwakarta terlibat dalam aksi kenakalan remaja. Puluhan siswa ini pun dikirim ke Resimen Artileri Medan 1 Sthira Yudha, Batalyon Artileri Medan 9 TNI AD, Kamis (1/5/2025) kemarin. 

Menurut Bima, pelaksanaan program itu patut didukung, terlebih jika dimaksudkan sebagai upaya dalam membina karakter anak. Namun dirinya berpesan agar pendekatan yang dilakukan tak hanya ketegasan ala militer. 

Melainkan harus diimbangi dengan pendekatan yang lebih humanis dan menyeluruh. Dirinya sendiri memandang bahwa banyak aksi kenakalan remaja yang sudah tergolong mengkhawatirkan, bahkan mengarah kriminal. 

"Memang tingkat kenakalan sudah banyak meresahkan dan mengkhawatirkan. Bukan lagi nakal, tetapi kriminal. Namun catatannya adalah harus hati-hati," ujar Bima, ditemui di Balai Kota Malang, Jumat (2/5/2025). 

Terlebih menurutnya, perlu keterlibatan sejumlah tenaga ahli dalam proses perumusan atau pelaksanaan program pembinaan tersebut. Seperti psikolog, pemerhati keluarga, ahli ilmu keluarga dan juga para orang tua. 

Tak hanya itu, pendekatan secara humanis bersifat kekeluargaan juga perlu dilakukan dalam proses pelaksanaannya. Dalam hal ini, seorang anak tidak boleh jika hanya diberikan pembinaan hingga hanya merasa dihukum tanpa memahami kesalahan yang dilakukan dan membangun kesadaran untuk memperbaiki diri. 

Baca Juga : Menolak Inovasi Korupsi di Sekolah

"Jadi saran saya, disiapkan, dikonsepkan dengan hati-hati. Betul-betul disiapkan secara serius, matangkan konsepnya, dan ada unsur pendekatan yang sifatnya humanis kekeluargaan. Selain melengkapi pembinaan disiplin militer itu tadi," tuturnya. 

Menanggapi pertanyaan soal perlu tidaknya anak-anak dikirim ke barak militer, Bima menjelaskan barak sebetulnya hanyalah persoalan tempat. Yang lebih penting, menurutnya, adalah metode dan isi dari program pembinaan itu sendiri.

"Barak kan masalah tempat, metodenya kan juga bisa. Seperti di retret, kami kan gak harus dididik militer, di sana kam kekeluargaan, ada tim building. Tempatnya boleh saja di barak, tetapi di sana hendaknya disusun konsep yang juga melibatkan pakar keluarga, bimbingan atau konseling," pungkasnya.